Keinginan

820 123 12
                                    

Perjalanan ke Busan mungkin hanya terasa sebagai hembusan angin yang segera berlalu. Tiga remaja dengan berpakaian rapi itu sudah nampak di ruang belajar sekolah mereka dengan tumpukan buku, yang beberapa saat lalu dengan ide gila Jungkook membuat buku-buku milik Taehyung harus terjun bebas dari lantai 4 sekolah.

"Astaga aku bosan sekali." Taehyung tak henti-hentiya mengeluh dan menghembuskan napas berat. Ia kini beralih pada ponsel ditangannya untuk memainkan beberapa game, setidaknya ia dapat menyelesaikan beberapa level sebelum kembali belajar.

"Hyung, eomma menghubungiku aku harus pergi terlebih dulu." Jungkook berujar dengan tangan yang sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam ransel.

"Ah... aku lelah sekali, dan masih harus menuruni 4 lantai." Keluhan Jungkook tak mendapat tanggapan dari Jimin yang subuk dengan buku dihadapannya tetapi hal itu menarik perhatian Taehyung.

"Haruskah ku bantu kau untuk turun?"Penawaran yang mungkin cukup menggiurkan untuk Jungkook.

"Tentu bagaimana caranya? Apakah hyung akan mennggendongku turun?"

"Tidak perlu seperti itu, aku cukup melemparmu keluar jendela. Bagaimana apakah kau tertarik?" Jungkook memukul bahu seniornya itu kesal dan berjalan cepat menjauh.

"Hei... kau tidak pulang?" Taehyung beralih menatap Jimin yang nampaknya tak mengedipkan matanya.

"Sebentar lagi, jika aku pulang sekarang appa akan menambah materi untuk malam ini. Aku cukup beruntung karena Namjoon hyung tak bisa datang hari ini." Jimin berujar dengan mata yang masih fokus menjelajahi rumus fisika di atas bukunya.

Taehyung diam saja, ia juga akan pulang saat Jimin pulang nanti. Mungkin ia dapat tidur atau melakukan yoga sembari menunggu kutu buku itu.

Tangan remaja Kim itu meraih ponselnya cepat kala deringnya kemungkinan akan mengganggu Jimin. Panggilan dari sang ayah membuat remaja itu berdecih kesal, ia tak berniat menjawab pangilan itu dan lebih memilih kembali memejakan matanya setelah mematikan volume pada benda pipih itu.

"Halo paman, ne....... Taehyung bersamaku, kami sedang belajar untuk ujian akhir."

Mendengar Jimin yang tiba-tiba mengangkat panggilan itu, membuat Taehyung dengan seketika memberikan tatapan tajam kearah remaja di sampingnya itu.

"Ah..... tidak, Jungkook sudah pulang terlebih dulu. Kami akan pulang sebentar lagi, selamat malam." Jimin mengakhiri panggilanya dan meletakkan kembali ponsel Taehyung ke tempat semula.

"Yak.... mengapa kau mengangkatnya?!" Taehyung menatap jengah Jimin yang kini subuk merapikan bukunya.

"Aku tak mau kau harus bertengkar lagi dengan ayahmu malam ini, sudahlah... sebaiknya kita pulang sebelum ayahmu berpikir macam-macam." Jimin mengangkat ranselnya santai, berjalan perlahan meninggalkan Taehyung yang membuang naps kasar dibelakangnya.

"Aku akan mengantarmu, setidaknya itu yang bisa kulakukan." Taehyung menarik lengan Jimin, menuju tangga. Keduanya berjalan ringan menuju tempat parkir, suhu udara cukup dingin untuk membuat tubuh keduanya menggigil malam itu, nampaknya tak ada siapapun lagi disekolah selain mereka berdua karena waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Tak butuh waktu lama keduanya sampai kediaman keluarga Park, Jimin segera turun dan memerintahkan Tehyung untuk segera pergi. Walaupun ada perdebatan di antara mereka saat Taehyung memaksa untuk menginap di rumah Jimin malam ini.

"Kau sudah pulang." Jimin yang baru saja menginjakkan kakinya dirumah langsung disambut dengan keberadaan sang ayah yang tengah duduk di kursi belajarnya.

"Ne..... tadi kami belajar bersama di ruang belajar." Jelas Jimin seraya mengeluarkan buku-bukunya dari dalam ransel.

"Baguslah, sekarang kerjakan soal-soal itu. Appa medapatkannya dari tempat  kursus, mereka mengatakan itu semua contoh materi untuk ujian masuk perguruan tinggi." Jimin menghela napas berat, ada lagi hal yang harus ia lakukan malam ini sebelum dapat memejamkan matanya.

"Ne appa." Tuan Park yang merasa puas dengan jawaban putranya, mengusap pelan rambut Jimin sebelum meninggalkan kamar sang putra.

"Berapa lama semua soal ini akan selesai?" Keluh Jimin menatap tumpukan lembar soal di atas mejanya, ia harus menyelesaikan semuanya segera karena ia harus menemui Hoseok untuk berlatih piano.

"Ini baru pukul setengah dua belas malam, semua akan selesai sebelum pukul empat pagi. Aku hanya harus mengerjakannya dengan cepat." Jimin menarik kursinya dan segera mencoret-coret kertas di atas mejanya, setidaknya ia harus menyelesaikan separuh lebih malam ini.

***

Pagi datang begitu cepat, matahari bahkan sudah menggantung diangkasa tanpa Jimin sadari. Fokusnya masih pada lembar soal yang tersusun di hadapannya. Ia bahkan tak menengokkan kepalanya barang sebentar, mungkin saja ia tak akan mengalihkan perhatiannya jika dering ponsel tak mengusik indra pendengarannya.

"Hallo!"

'Jimin-ah, aku akan tiba dirumahmu 10 menit lagi. Ingat jangan terlambat karena aku ingin menikmati sarapan pagi ini dirumah Jungkook.' Jimin mengeryitkan keningnya, untuk apa Taehyung harus berangkat sepagi ini bahkan matahari belum muncul.

"Kau sedang bermimpi, bahkan matahari belum terbit saat ini." Protes Jimin dengan nada kesal, mungkin saja Taehyung mengigau saat ini.

'Hei..... bukan aku, tapi kau yang sepertinya tengah mengigau. Ini sudah pukul 06:30 Jimin-ah, tidakkah bisa kau lihat matahari di langit.' Jimin mengusap wajahnya kasar dan beranjak menuju tirai kamarnya.

Seketika cahaya matahari menerobos masuk ke dalam kamarnya ketika tirai tersibak. Jimin yang masih belum sadar sepenuhnya berulangkali melihat jam di layar ponselnya.

"Astaga, aku akan bersiap dengan cepat!" Jimi mematikan panggilan secara sepihak, berlari dengan cepat menuju kamar mandi dan mulai mangusapkan air ke wajahnya.

"Kurasa tak mandi bukanlah masalah." Remaja itu beralih dengan cepat untuk menganti pakaiannya, merapikan buku dan berlari tunggang langgang menuruni anak tangga.

"Appa aku berangkat!" Seru Jimin seraya membenahi letak sepatunya, ketika melihat sang ayah tengah meninkmati teh hangatnya.

"Tuan muda, anda tidak sarapan?" Suara salah satu maid tak menghentikan langkah Jimin sedikitpun.

"Aku akan sarapan bersama Taehyung!"

***

"Kau terlihat sangat payah." Ledekan Taehyung sepanjang hari ini, tak lagi di gubris Jimin. Remaja itu terlalu mengantuk untuk sekedar membalas ejekan itu.

"Aku ingin tidur, bangunkan aku di jam pelajaran berikutnya." Pinta Jimin pada sahabatnya itu sebelum meringkuk di atas mejanya.

Taehyung yang nampaknya tak peduli, mengikuti Jimin yang mulai terlelap. Keduanya benar-benar tertidur hingga Seokjin masuk kedalam kelas.

"Kim Jimin! Kim Taehyung! sampai kapan kalian akan tidur?!" Suara bariton Seokjin membuat keduanya terlonjak bersama, bahkan suara benturan terdengar ketika lutut keduanya menghantam meja cukup kuat.

"Apa kalian masih ingin tidur?" Pertanyaan Seokjin dibalas cepat oleh keduanya.

"Buka buku kalian dan perhatikan ke depan."

Kedua remaja itu menjadi pusat perhatian seisi kelas, Jimin yang masih di dera rasa kantuk memilih menyandarkan tubuhnya di dinding kelas, dengan sembari menghela napas berat berulang kali.

"Hah.... aku ingin tidur lebih lama."

.

.

.

.

.

.

.

'Kurasa mimpi terbesarku saat ini adalah, dapat tidur dengan nyenyak setidaknya beberapa jam.'

-park jimin-





Bersambung................

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang