Harapan

1.2K 152 33
                                    

"Demamnya akan segera turun, Jimin kekurangan istirahat jadi biarkan dia tidur lebih lama." Yoongi melepaskan stetoskopnya dan mulai menuliskan resep obat.

Dokter itu menatap Taehyung dan salah seorang pelayan yang berada di kamar Jimin dengan senyuman untuk menenagkan mereka yang sempat kalut.

Seokjin masih berada di kediaman Park sembari menunggu Tuan Park kembali dari kantornya ia menatap sekeliling rumah mewah itu, mungkin ia tak tau sisi kelam bangunan yang di pijakinnya.

Secangkir teh dan beberapa kudapan tertata rapi di hadapan pria 29 tahun itu, namun tak ada minat baginya untuk menyentuh semuanya. Perutnya tak dapat diajak berkompromi saat ini.

"Yoongi-ah!" Seokjin sepontan berdiri saat melihat dokter muda itu menuruni anak tangga.

"Ku pikir kau kembali ke sekolah." Yoongi menarik senyum dan segera berjalan mendekat.

"Apakah Jimin baik-baik saja?" Dokter itu mengangguk singkat sembari meletakkan tas yang ia bawa ke atas sofa.

"Jimin kelelahan dan kekurangan cairan, jadi aku memberinya cairan infus demamnya juga akan segera turun." Setidaknya Seokjin dapat bernafas sedikit lebih lega. Mungkin saja ada yang ingin tau hubungan dua pria itu, mereka berdua nampak akrab karena Seokjin dan Yoongi adalah rekan saat sekolah menengah atas dulu.

"Aku akan kembali kerumah sakit, mau sekalian ku antar?" Tawar Yoongi yang dibalas gelengan oleh Seokjin.

"Aku akan menunggu orang tua Jimin tiba dan membicarakan ini." Yoongi paham betul tanggung jawab di bahu rekannya, ia hanya mengangguk dan menepuk sekilas bahu Seokjin sebelum beranjak.

Sekitar 30 menit Seokjin menunggu dengan mata yang terus melirik arlojinya. Sepertinya ayah Jimin sangat sibuk dengan tugas kantornya itu hingga butuh waktu lama untuk pulang.

"Tuan!" Terkejut bukan main saat seorang penjaga yang berlari kecil ke arah pintu utama.

Seorang pria dengan jas rapinya memasuki rumah dengan wajah cemasnya, melewati Seokjin begitu saja sembari melepas kancing jas dan lengan bajunya.

Tak tinggal diam dan hanya menunggu Seokjin segera mengikuti langkah Tuan Park yang berjalan cepat menuju kamar sang putra.

"Apakah Jimin baik-baik saja." Pria 45 tahun itu mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Jimin, memastikan demam remaja itu sudah menurun atau belum.

"Apa kata Dokter Min?" Kini tatapan Tuan Park beralih kepada wanita paruh baya di sampingnya.

"Tuan muda baik baik saja, ia hanya butuh istirahat." Tuan Park mengangguk sekilas dan mengusap kening putranya yang terlelap.

"Taehyung, kau juga disini?" Remaja Kim itu menarik senyum menatap Tuan Park yang menatapnya lamat. Bagaimanapun ia harus bersikap sopan walaupun dalam hati terdalamnya ia sangat ingin memutilasi pria tak tau diri dihadapannya itu.

"Ne, tadi aku yang mengantarnya pulang dengan Kim Saem." Jelas Taehyung sembari menarik lengan Seokjin tanpa permisi.

"Jadi anda wali kelas Jimin?"

"Ah.... ne Kim Seokjin imnida." Rasa canggung yang begitu besar, sangat besar melebihi rasa percaya diri seorang Kim Seokjin.

"Senang bertemu dengan anda." Uluran tangan Tuan Park yang sesegera mungkin dibalas, tak ingin melewatkan moment berharga karena bisa menyentuh tangan pembisnis yang cukup terpandang.

Mungkin saja Seokjin bisa tertular kekayaan yang dimiliki pria ini.

"Sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu pada anda." Tujuan telah diucapkan kini tinggal bagaimana cara menjelaskannya.

"Baiklah, kita bicara diluar." Tuan Park menyetujui ajakan itu dan menatap sekilas Taehyung.

"Apakah kau tidak kembali ke sekolah?"

"Ah.... aku akan menemani Jimin, apakah itu boleh paman. Kim Saem juga sudah memberiku ijin." Tunggu... apa? Bagaimana bisa Taehyung mengatakan hal itu, bahkan Seokjin yang tak tau apapun harus terjerumus kedalamnya.

Jika bisa ingin sekali Seokjin mencekik murid tak tau dirinya itu. Apakah itu salah satu tindakan ilegal?

Dan bisa-bisanya ia tersenyum selebar itu tanpa menyadari dosa besar yang ia perbuat pada pria malang seperti Kim Seokjin.

"Baiklah, mari Kim Saem!"

***
"Dari mana kau seharian ini?" Taehyung yang baru saja tiba telah di sambut oleh pertanyaan dari sang ayah.

Pria itu nampak tenang sembari menikmati secangkir teh dengan koran ditangannya.

"Bukan urusanmu." Tak peduli Taehyung kembali melangkah meninggalkan sang ayah yang masih menatapnya.

"Apa kau pergi latihan taekwondo?"

"Sudah kukatakan itu bukan urusanmu!" Tekan Taehyung seraya membalas ratapan tajam yang diberikan Tuan Kim, mereka nampak saling membunuh dengan tatapan itu.

"Hah, kudengar Jimin sakit apakah itu buruk?" Baiklah, darimana sang ayah bisa tau hal itu. Hal yang akan membuat Taehyung berpikir ribuan kali untuk datang berlatih Taekwondo.

"Aku menemaninya seharian di rumahnya sampai ia bangun. Apakah appa puas?"

"Kurasa Park Seojoon terlalu memaksakan anak itu, kasihan dia jika harus belajar karena ketamakan ayahnya." Tuan Kim berujar ringan sembari mengambil cangkir tehnya dan menyesap cairan manis itu.

Taehyung menarik senyum simpul, sungguh memalukan karena bahkan ayahnya tak tau apa yang telah ia lakukan juga tak kalah buruknya.

"Lalu, bagaimana dengan mu Tuan Kim?"

"Apa?" Bodoh atau memang tak sadar diri, ingin sekali Taehyung mengumpati pria dihadapannya. Jika ia tak ingat bahwa pria itu adalah ayahnya.

"Kau melarangku ikut taekwondo dan selalu berbuat semaumu."

"Itu juga demi kebaikanmu, Taehyung kau bisa meminta apapun dan melakukan apapun kecuali Taekwondo." Kedua tangan Taehyung mengepal kuat menunjukkan urat lengan yang turut menonjol.

"Kau juga sangat egois, aku tak seperti Jimin yang akan menurut begitu saja. Kau pikir aku peduli denganmu? Itu mimpiku dan akan ku raih bagaimanapun caranya, walau nyawaku taruhannya."

"Mimpi bodohmu itu akan menghancurkanmu Kim Taehyung!" Tuan Kim yang mulai terpancing emosinya bangkit dari kursi dan siap melayangkan pukulan pada sang putra.

"Aku tak peduli!"

"Aku bersumpah akan mematahkan kakimu agar kau meninggalkan taekwondo itu!" Tendangan yang diberikan sang ayah pada kaki Taehyung tak main-main, bahkan remaja itu harus jatuh kala tak mampu menahan tendangan itu.

"Aku tak peduli walaupun kau akan membunuhku!!"




Bersambung............

Take MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang