Alhamdulillah, kita berhasil melewati 2020 yang penuh cobaan. Semoga tahun 2021 menjadi lebih baik dan kita semua kembali ke kondisi semula sebelum pandemi.
Semoga kita semua sehat dan berada di bawah lindungan-Nya
Mohon maaf karena baru bisa update setelah sekian lama.
Menjelang akhir tahun pekerjaan nggak ada abisnya. Dan semoga bisa sedikit lebih luang biar bisa menyelesaikan kisah Wisnu dan Raras.
Salam sehat ^^
_______________________________
Hal pertama yang dilihat Wisnu ketika membuka mata adalah Raras. Dengan posisi menyamping menghadapnya, Wisnu memandangi wajah damai Raras saat sedang tidur. Ada beberapa rambut Raras yang menghalangi wajahnya, dan Wisnu dengan impulsif merapikan rambut tersebut sehingga dia bisa lebih puas memandang.
Dari jam yang digandung tepat di depannya, Wisnu bisa memperkirakan bahwa sebentar lagi akan memasuki waktu sholat subuh. Salah satu nasihat yang diberikan papanya untuk bisa lebih dekat dengan mertuanya adalah mengikutkan diri dalam kegiatan atau kebiasaannya. Dari percakapan tadi malam, Wisnu sudah setuju untuk ikut sholat di masjid. Salah satu kebiasaan yang tidak pernah dia lewatkan ketika tinggal di rumah orang tuanya, dan jujur saja jarang dia lakukan ketika sudah pindah ke apartemen.
Tidak mau membuang waktu, Wisnu bangun dari tidurnya. Dia bergerak dengan sangat pelan, tidak ingin gerakannya membangunkan Raras. Dia mengambil baju bersih dari tasnya dan masuk kamar mandi.
Suara percikan air dari kamar mandilah yang justru membangunkan Raras. Beberapa detik setelah kesadarannya kembali, Raras merasa masih seperti bermimpi. Dan ketika mengingat siapa yang sepanjang malam tidur berbaring di sampingnya membuat wajah Raras memanas.
Raras juga punya kebiasaan bangun pagi. Dan ketika sudah terbangun, dia selalu kesulitan untuk tidur lagi. Dia mengambil smartphone yang dia letakkan di nakas dan mulai membuka satu per satu pesan berisi ucapan selamat dari teman, rekan, atau kerabat yang tidak bisa hadir di resepsi pernikahannya kemarin.
Raras terlalu keasyikan membalas pesan sampai tidak menyadari bahwa suara air dari kamar mandi sudah mati. Raras baru sempat membalas beberapa ketika pintu mandi terbuka dan keluarlah Wisnu dengan baju koko putih dan celana panjang hitam. Keduanya saling memandang beberapa detik sebelum Raras mengalihkannya kembali ke smartphone-nya.
"Kirain kamu belum bangun." Wisnu membuka suara.
"Aku biasa bangun pagi." Jawab Raras. Dia mencuri pandang ke arah Wisnu yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Mau ikut Ayah ke masjid?" Tanyanya meski sudah bisa menebak tujuan Wisnu.
"Iya." Jawab Wisnu, yang kini sudah duduk di pinggir tempat tidur tepat di sisi Raras tidur. Mereka hanya berjarak satu meter satu sama lain dan membuat Raras tidak tahu harus melihat ke arah mana. "Kata Papa, ini cara paling mudah untuk mengambil hati.... Ayah mertua."
Cara Wisnu mengatakan 'Ayah mertua' dengan berbisik berhasil membuat Raras tertawa pelan. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Raras tertawa dengan penampilannya sehabis bangun tidur. Sekarang Wisnu percaya ucapan orang yang mengatakan bahwa perempuan yang baru bangun tidur itu terlihat menggemaskan, apalagi jika perempuan tersebut sudah sah menjadi istrinya.
Suara adzan berkumandang.
"Aku harus keluar sebelum dipanggil Ayah." Tapi, Wisnu tidak banging dari duduknya dan justru memandang Raras semakin intens, membuat Raras mengerutkan keningnya. "Aku pengen banget cium kening kamu sekarang. Tapi, aku udah wudhu. Nanti batal."
Kerutan di kening Raras semakin dalam, dilanjutkan dengan mengerjapkan mata karena masih tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Belum sempat Raras menimpali gombalan Wisnu, suara ketukan di pintu kamar menganggu. Itu pasti ayah Raras. Wisnu kembali tersenyum, lalu segera beranjak untuk keluar kamar, meninggalkan Raras dengan pikirannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Destiny
RomanceRaras dan Wisnu, dua orang dengan niat berbeda, yang bersatu atas nama pernikahan dan sama-sama belajar untuk menyatukan tujuan