Stage 8

541 74 5
                                    

Selamat pagi untuk kalian yang masih kerja di suasana liburan ini.

Dan Happy Holiday untuk kalian yang berlibur atau sekedar rebahan di kasur.

^_^

_______________________________________________

Bayu baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian kasual ketika Alya sudah berdiri sambil bersedekap di sebelah meja makan dekat kamar mandi. Dari raut wajahnya, Bayu sudah bisa menebak bahwa Alya akan menambah daftar kerutan di keningnya.

"Apa lagi?" Tanya Bayu ketus.

"Mas, ini hari Minggu. Kamu nggak ada rencana ngajak aku dan Bintang jalan-jalan? Atau sekedar quality time sama aku?"

Bayu tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya, sehingga dia memicingkan mata pada Alya. "Kamu nggak salah ngomong. Memangnya sejak kapan kita pernah quality time?"

"Bintang udah setahun, udah bisa kita titipin di rumah Mama." Alya menunjukkan wajah memelas, ekspresi yang kenapa kini terlihat menjijikan bagi Bayu. "Kamu beneran nggak punya niat untuk mempertahankan pernikahan kita?"

Bayu menghela nafas panjang. "Kamu tahu bahwa sejak awal, hubungan ini sudah hancur? Kenapa? Karena kita memulai dengan cara yang salah."

"Kita sama-sama khilaf, Mas. Meskipun kita memulai dengan cara yang salah kita masih punya waktu untuk memperbaikinya."

"Aku udah bulat dengan keputusanku."

"Kamu masih mau bercerai dari aku?"

Bayu tidak menjawab, tidak juga mengelak. Alya tahu benar bahwa jawabannya adalah benar. Selama ini dia hanya menolak mengakuinya di depan Bayu dan berlaku seakan hubungan mereka baik-baik saja. Tapi, semakin kesini, perlakuan Bayu semakin berbeda. Sejak usia anak mereka sudah menginjak satu tahun, Bayu menjadi sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang dan memilih menginap di rumah orang tuanya. Setiap kali Alya menelepon, Bayu selalu beralasan sibuk. Pesan yang dikirimnya juga hanya dibalas singkat, atau bahkan tidak dibalas sama sekali.

"Kamu pikir, setelah cerai dari aku, Raras masih mau terima kamu?"

Ketika nama Raras dibawa-bawa, emosi Bayu tersulut. Bayu kembali teringat pagi hari ketika dia terbangun di kamar hotel bersama Alya dan menyadari apa kesalahan yang sudah dia lakukan akibat terlalu banyak meminum alkohol. Setelah keduanya yakin sudah sama-sama sadar, Bayu dan Alya membicarakan dengan serius bahwa apa yang terjadi murni akibat pengaruh alkohol, dan akan membicarakan langkah selanjutnya ketika ada efek yang terjadi di kemudian hari.

Hasilnya? Alya tidak melakukan seperti yang sudah mereka rencanakan. Begitu mengetahui bahwa dirinya hamil, Alya malah memberitahukan kabar tersebut di acara dimana seluruh keluarga besarnya berkumpul. Bayu justru mengetahui ketika Alya dan kedua orang tuanya datang ke rumah orang tuanya dan meminta pertanggungjawaban Bayu untuk menikahi Alya. Tidak sedikitpun menyisakan kesempatan untuk Bayu menjelaskan pada Raras apa yang sebenarnya terjadi.

Sekarang, saat dirinya memenuhi kesepakatan yang secara sepihak dia utarakan sebelum menikah bahwa begitu anak mereka berusia setahun dan sudah memiliki akte kelahiran, maka Bayu sudah tidak punya kewajiban lagi untuk melanjutkan pernikahan mereka. Dia tidak akan lari dari tanggung jawab membesarkan putrinya, tapi, dia merasa tidak punya tanggung jawab untuk melanjutkan pernikahan mereka. Karena satu-satunya motif dia menikahi Alya adalah untuk mempertanggungjawabkan kehamilan Alya.

"Kamu nggak malu ngebawa nama Raras dalam masalah ini?"

Alya merasa terhina. "Kamu yang nggak malu masih mengharapkan Raras, padahal ngelihat muka kamu aja dia jijik. Kamu sepolos itu berpikir Raras masih mau sama kamu?"

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang