Stage 27

375 49 1
                                    

Selamat hari Senin

^^

_________________

Suasana di rumah orang tua Wisnu sudah diramaikan dengan kehadiran keluarga besar. Hari ini adalah hari penting bagi Wulan – adik bungsu Wisnu. Bertempat di gedung aula sebuah perkantoran, Wulan dan Danang melangsungkan resepsi pernihakan mereka.

Wedding Organizer yang dipakai oleh Wulan adalah Permata, milik Raras. Tapi, karena Raras harus menjalankan tugasnya mendampingi Wisnu sebagai ambeng tamu, dia menyerahkan semua urusan kepada Maya. Raras hanya membantu pada proses persiapannya.

Saat ini, keduanya sedang beristirahat di tempat duduk yang berisi anggota keluarga Wisnu. Raras sendiri sedang memangku bayi dari salah satu sepupu Wisnu yang ijin untuk mengambil giliran makan dengan istrinya.

"Jadi, Wulan sama Danang itu beneran teman sejak dulu?" Tanya Raras dengan berbisik, takut membangunkan keponakan di pangkuannya.

Wisnu mengangguk. "Dari SD. Dulu, rumah Danang cuma berjarak tiga rumah. Tapi, pas dia lulus SMP, keluarganya pindah ke Malang. Mereka ketemu lagi waktu Wulan kuliah di Unibraw. Terus pacaran sampai sekarang akhirnya nikah." Jawab Wisnu.

Raras baru saja membuka mulut untuk menyambung obrolan dengan Wisnu, bahunya merasakan sebuah tepukan pelan. Raras menoleh dan mendapati salah satu bulik Wisnu tersenyum pada Raras, ingin memulai obrolan dengannya.

"Kalian udah nikah setahun lebih kok belum punya momongan juga? Memangnya kamu gendong bayi gini nggak kepengen?"

Senyum di wajah Raras terasa kaku. Pertanyaan senada sudah didengarnya sejak acara lamaran Wulan dan Danang, acara siraman, hingga resepsi saat ini dari keluarga besar Wisnu. Raras sudah mempersiapkan diri. Namun, ketika pertanyaan tersebut menjadi lebih sering ditanyakan, Raras menjadi terganggu. Padahal, baik orang tuanya atau orang tuanya Wisnu saja tidak mempermasalahkan.

"Doain aja, Bulik. Kalau memang udah rezekinya nggak akan kemana, kok." Wisnu yang bisa merasakan postur tubuh Raras yang mendadak kaku mengambil alih jawaban.

"Jangan kelamaan. Nanti kalian malah keduluan Wulan, loh."

"Minta doanya, Bulik." Raras menyembunyikan kekesalannya dengan baik saat menimpali.

Bulik tersebut akhirnya menanyakan beberapa pertanyaan basa-basi pada Raras mengenai acara pernikahan Wulan yang ditangani oleh WO milik Raras sampai berakhir dengan meminta Raras untuk menangani pernikahan putrinya saat menikah nanti. Raras tidak langsung menerima atau menolak. Dia memberikan jawaban diplomatis dimana meminta putrinya sendiri untuk menghubunginya jika memang ingin menggunakan jasa WO-nya.

Setelah cukup puas dengan obrolannya, Bulik tersebut mengalihkan perhatiannya pada kerabat lain yang sedang dalam perbincangan seru entah tentang apa. Wisnu mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Raras yang bebas dan meremasnya pelan. "Jangan dimasukkan ke hati." Wisnu berusaha menghibur Raras.

Kesepakatan mereka untuk menunda memiliki anak sampai setahun pernikahan sudah berakhir. Baik Raras maupun Wisnu sudah tidak lagi menggunakan 'pengaman' sejak empat bulan yang lalu. Usaha mereka untuk memeriksakan diri ke dokter juga sudah dilakukan. Hasil keduanya sama-sama baik. Sama seperti ucapan Wisnu tadi, mereka hanya sedang menunggu kapan diberi kepercayaan untuk memiliki momongan sendiri.

"Cuma kesel aja." Jawab Raras singkat.

Wisnu dengan impulsif menarik tangan Raras yang digenggamnya mendekati mulutnya lalu mengecup punggung tangannya. Raras yang tidak menduga akan mendapat perlakuan semanis itu dari Wisnu di tengah-tengah keramaian, berusaha menarik tangannya, namun tidak berhasil. Wisnu menolak melepaskan genggaman tangannya. Raras hanya bisa pasrah dan menundukkan kepalanya. Wajahnya memanas karena bisa merasakan antusias keluarga Wisnu yang tidak hanya memandangi mereka, namun juga menggoda.

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang