Stage 4

539 65 1
                                    

Malamnya, Wisnu tidak bisa menahan diri untuk tidak men-stalk akun Raras yang tadi diberikan Pandu padanya. Sekitar jam sebelas, ketika dia sudah berbaring di atas tempat tidur, Wisnu meraih ponselnya dan membuka akun Instagram miliknya. Dia meng-klik tautan yang dikirimkan Pandu. Beruntung, akun Raras tidak dikunci sehingga Wisnu tidak perlu repot-repot meminta persetujuan pertemanan sebelum bisa melihat-lihat feed dari akun yang diberi nama @parasayu itu.

Wisnu tidak begitu memperhatikan foto profilnya, karena Raras menggunakan fotonya yang diambil dari jarak cukup jauh sehingga sulit untuk mengamatinya. Wisnu memulai dari membandingkan jumlah postingan, pengikut, dan yang diikuti. Dilihat dari angkanya, Wisnu bisa menyimpulkan bahwa Raras tidak begitu sering memposting gambar, dan sangat pelit dalam mengikuti akun lain. Gadis itu bahkan tidak menyimpan sorotan ceritanya, seperti gadis lain pada umumnya.

Ketika jarinya mengulir semakin kebawah, Wisnu akhirnya bisa melihat satu per satu gambar yang diposting Raras. Kesimpulan awalnya tadi akhirnya menemukan jawaban lebih lanjut, bahwa selain tidak suka membagi momen, Raras juga bukan tipikal gadis narsis. Dari seratus tiga puluh dua postingannya, Wisnu hanya menemukan sepuluh gambar yang mengabadikan dirinya sendiri, tanpa keberadaan orang lain, atau angle yang membuatnya terlihat jauh atau tidak jelas. Dan kebanyakan fotonya menyoroti objek-objek di sekitarnya.

Hasil dari stalking tersebut membuat Wisnu terlempar kembali dalam ingatan yang kini menjadi lebih jelas tentang Raras. Jika dihitung, Wisnu bertemu dengan Raras hanya dua kali, itupun tanpa perkenalan resmi karena mereka bertemu di waktu yang paling hectic. Pernikahan Pandu dan Maya.

Wisnu masih asyik menonton pertandingan bola dari ponselnya ketika merasakan betisnya ditendang pelan. Wisnu melepaskan earphone miliknya, dan mendapati Pandu berdiri di depannya dengan bersedekap dan wajah kesal.

"Nu, lo gue minta kesini untuk bantuin gladi resik acara nikahan gue besok, bukannya malah pindah tempat untuk nonton Youtube." Omel Pandu.

Wisnu meletakkan ponselnya di pangkuan dan ikut bersedekap. "Lo sendiri tahu gue paling males datang ke acara nikahan. Lo sendiri yang cari penyakit minta gue datang kesini."

"Nu. Gue nggak pakai WO karena Maya udah secara khusus minta sahabatnya yang ngurusin nikahan kami. Tapi, lo harusnya sedikit prihatin karena bagaimanapun juga, Raras pasti perlu bantuan. Dan karena gue dan Maya nggak punya waktu untuk bantuin, gue minta lo kesini untuk tujuan itu. Paham?"

Wisnu menggelengkan kepala, menolak mengerti. Pandu meringis kesal, kembali menendang betis Wisnu, namun kali ini semakin keras sehingga membuat Wisnu mendesis kesal.

Pandu mengedarkan pandangannya, lalu tiba-tiba berteriak. "Raras! Sini sebentar."

Wisnu tidak bergeming, ketika seorang gadis menghampiri tempat mereka. Dengan malas, Wisnu mengangkat kepalanya dan hal pertama yang menarik pandangannya adalah seorang gadis dengan jilbab berwarna coklat. Karena Wisnu langsung fokus pada wajahnya, Wisnu tidak sulit mendapati bagaimana gadis itu menunjukkan kekesalannya dengan jelas, tepat di depan wajah Wisnu dan Pandu.

"Gue lupa kenalin temen gue. Dia Wisnu, yang gue minta kesini untuk bantu-bantu."

Gadis yang bernama Raras itu tersenyum singkat, menunjukkan ketidaktertarikan mengenal lebih jauh siapa Wisnu dengan sangat jelas. Hanya sekitar tiga detik dia mengarahkan tatapan matanya pada Wisnu, menilai, lalu mengalihkannya.

"Gue nggak kenapa-kenapa, kok. Nggak perlulah lo minta temen lo yang kelihatannya sibuk banget untuk datang kesini. Sebentar lagi Dewi dan Anisa kesini. Bantuan mereka lebih dari cukup. Daripada harus meminta bantuan dari orang yang sedikitpun nggak menunjukkan minat untuk membantu." Raras kembali tersenyum, kali ini diusahakan terlihat lebih tulus. "Gue balik kesana lagi."

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang