Stage 6

555 72 7
                                    

Maksud hati ingin sering update, apa daya waktu tak sampai

Happy Monday, Happy reading,

^^

__________________________

Lima menit pertama setelah kepergian Pandu dan Maya, belum ada satupun yang berusaha memecah keheningan. Keduanya asyik dengan pikirannya masing-masing dan berusaha merangkai kalimat untuk membuka percakapan. Keheningan terpecahkan ketika pesanan Raras datang. Untung saja dia tidak memesan makanan berat.

"Nggak pesan makanan yang lebih ngenyangin? Ini udah waktunya dinner."

Raras menggelengkan kepala. "Aku masih kenyang, makasih." Jawab Raras, masih berusaha sopan.

Sebenarnya, Raras tidak terlalu betah bersikap basa-basi seperti ini. Dia langsung ingin berbicara ke fokus permasalahan, supaya jelas ke arah mana perkenalan mereka menuju. Seperti yang sudah disebutkan Maya, Wisnu memiliki tujuan penting yang sama, yaitu pernikahan. Jadi, jika Wisnu tidak benar-benar bertujuan kesana, maka Raras tidak perlu membuang banyak waktu untuk hal yang sia-sia.

"Udah bisa kita mulai?"

Wisnu mengerutkan keningnya. "Mulai apanya?" Tanyanya bingung.

"Perkanalan ini." Jawab Raras.

Dengan spontan, Wisnu tertawa. Kelakuan Wisnu membuat kening Raras berkerut. Dia tidak tahu dimana yang lucu dari kata-katanya. Tapi, entah kenapa, melihat Wisnu tertawa membuat Raras sedikit merasa tenang dan nyaman.

Karena dia sudah jauh lebih nyaman, Raras akhirnya memiliki kesempatan untuk mengamati Wisnu jauh lebih dalam dan lama. Karena isi postingan Wisnu di Instagram juga tidak satupun menampilkan potret dirinya, Raras hanya bisa mengandalkan ingatannya. Penampilan Wisnu malam ini sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka.

Wisnu membiarkan rambutnya panjang hingga melewati telinga. Pakaiannya juga jauh lebih kasual dengan yang terakhir kali diingatnya. Dari segi wajah, Wisnu memang tidak setampan Bayu. Tapi, dia memiliki garis wajah yang tegas, namun berubah menjadi hangat ketika tersenyum atau tertawa. Tidak seperti Bayu yang menyukai kerapian, Wisnu sepertinya sengaja tidak bercukur berhari-hari – sama seperti rambutnya yang dibiarkan panjang, sehingga terlihat urakan dari pengamatan Raras. Dari perkiraan Raras, Wisnu juga jauh lebih kurus dan tinggi dibanding Bayu.

Oke, Raras. Sepertinya udah cukup ngebandingi Wisnu dengan Bayu.

"Kamu nggak pernah PDKT sebelumnya?"

PDKT? Raras tidak bisa menahan kerutan di keningnya yang justru membuat Wisnu mengeluarkan seringaian lebar. "Kita udah sama-sama terlalu tua untuk menggunakan bahasa itu, bukan? PDKT? Serius?" Raras menolak pemilihan kata yang dipakai Wisnu dan meluruskannya.

Wisnu mengangguk, kali ini sepakat dengan pendapat Raras. "Kamu benar juga. Aku sendiri bahkan geli waktu ngucapin kata itu." Wisnu menyeruput sedikit kopi yang tadi dibawanya sendiri. "Berarti, kita sepakat memakai istilah kamu. Perkenalan?"

Ada nada gurauan dari akhir pertanyaan Wisnu, dan Raras memilih mengabaikannya.

"Kita langsung mulai saja?" Begitu mendapati Wisnu mengangguk, Raras melanjutkan, "aku mulai dulu."

"Tujuan kamu melakukan ini semua untuk pernikahan, kan?" Raras memulai dengan caranya.

Wisnu mengangguk. Dengan senyum sedikit terangkat.

"Kamu beneran single? Nggak punya pacar sekarang?"

Wisnu kembali mengangguk. Dengan senyuman lebih lebar yang tidak bisa ditahannya.

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang