"Lo nggak canggung kerja bareng Bayu?" Maya yang tiba-tiba muncul berbisik pada Raras yang sedang fokus mengawasi pekerja yang sedang memasang dekorasi acara.
Sebelum menjawab, Raras menggelengkan kepala. "Kenapa harus canggung? Kami bukannya punya hubungan terlarang."
Mendengar jawaban Raras, Maya mengernyitkan keningnya. Setelah menikah dengan Wisnu, Maya mengakui bahwa banyak perubahan terjadi pada Raras. Salah satunya adalah selera humor Raras yang meningkat meskipun masih dengan ekspresi datarnya. Terkadang, Maya harus memastikan apakah Raras sedang bercanda atau serius.
"Lo memang nggak canggung. Tapi, gue yakin teman kerjanya Bayu yang kenal sama lo ngerasa canggung."
Ucapan Maya benar. Raras mengenal cukup baik beberapa rekan kerja Bayu karena selama mereka berpacaran, Bayu sering mengajak Raras saat ada acara kantor atau sekedar ngumpul dengan rekannya. Raras memilih tidak ambil pusing. Hubungannya dengan Bayu sudah berakhir lebih dari setahun. Meskipun saat ini pernikahan Bayu berada di ambang perceraian, Raras sendiri sudah menikah. Raras tidak punya kepentingan untuk bersikap canggung. Seharusnya, Bayu dan teman-temannya juga bersikap demikian.
"Mba, ini minum dulu." Ayu yang datang dengan membawa peralatan dekorasi tabahan mengulurkan dua botol minuman pada Raras dan Maya.
Maya yang tidak terlalu haus, menerima botol tersebut dari Ayu, namun meletakkanya kembali di meja di sampingnya karena tidak tahan dengan dinginnya. Berbanding terbalik dengan Maya, Raras yang tidak sampai sepuluh menit lalu sudah menghabiskan sebotol air dingin, kali ini meminum minuma pemberian Ayu sampai habis hampir setengah. Maya dan Ayu keheranan dengan daya minum Raras dan saling melirik.
"Lo kehausan banget?" Maya tidak tahan untuk tidak bertanya.
Raras mengangguk. Dia mengelap ujung bibirnya yang sedikit ketumpahan air. "Gue nggak tahu kenapa akhir-akhir ini suka haus." Jawabnya yang kemudian dilanjutkan dengan menghabiskan sisa air di botol.
"Mbak lagi kurang enak badan? Dari tadi aku perhatiin agak pucat." Ayu ikut memberi pendapat.
Setelah Ayu selesai berbicara, Maya ikut menyadari bahwa kondisi Raras hari ini memang tidak terlalu fit. Sering menghelas nafas, sering menguap, sering haus, dan memilih untuk duduk setiap ada kesempatan. Gerak gerik Raras hari ini tidak seperti Raras biasanya.
"Lo sakit?" Tanya Maya khawatir.
Untuk seorang organizer seperti mereka, sakit adalah kondisi yang paling dihindari. Apalagi, saat ini mereka sedang menangani acara yang skalanya paling besar dari acara sebelumnya. Tidak boleh ada kesalahan. Terlebih untuk Raras yang secara natural adalah seorang perfeksionis. Namun, sepenting apapun sebuah acara, keselahatan tetap menjadi prioritas utama untuk mereka.
Raras tidak langsung menjawab. Dia memikirkan kembali kondisi tubuhnya beberapa hari terakhir yang memang tidak seperti biasanya. Raras tidak merasa sakit. Dia hanya merasa bahwa tubuhnya terasa kurang nyaman. Dan ini pertama kalinya terjadi.
"Gue cuma ngerasa nggak nyaman." Jawab Raras sembari memijat pelan tengkuk lehernya.
"Lo mendingan periksa ke dokter. Hari ini biar gue yang handle. Kalo penyebabnya ketahuan lebih cepet, seenggaknya lo bisa lebih tenang. Untuk penanggung jawab acara besok, bis akita putusin lagi setelah hasil pemeriksaan lo keluar."
Ayu ikut mengangguk, sangat setuju dengan saran dari Maya. "Mbak Maya bener, Mbak. Lebih baik cepet ketahuan daripada telat."
Raras langsung menyetujui. Dengan tiba-tiba, Raras berdiri. Tanpa disangka, perubahan posisi tubuhnya dari duduk ke berdiri yang tiba-tiba membuat kepala Raras mendadak ikut berputar. Dia merasa sangat pusing dan kehilangan keseimbangan tubuh. Merasa sangat panik, Raras mengulurkan tangan untuk meraih apapun yang bisa dia gunakan untuk menopang tubuhnya. Sebelum dia menemukan sesuatu, Raras sudah terlebih dahulu kehilangan kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Destiny
RomansaRaras dan Wisnu, dua orang dengan niat berbeda, yang bersatu atas nama pernikahan dan sama-sama belajar untuk menyatukan tujuan