Stage 21

665 84 12
                                    

Happy friday!

Mari percepat liburan dengan yang manis-manis biar besok liburannya semakin manis.

Dan nggak lupa, salam sehat semuanya

_____________

Resepsi acara dijadwalkan sama dengan acara pada umumnya, dimulai jam sebelas, dan berakhir jam satu. Tapi, karena masih ada tamu yang berdatangan, acara baru benar-benar selesai jam dua. Begitu selesai, Raras dan Wisnu masih harus berberes dan bisa bernafas lega saat watunya sholat Ashar. Sesuai kesepakatan, malam ini Raras dan Wisnu akan bermalam di rumah kedua orang tua Raras. Keesokan harinya, Raras dan Wisnu akan mampir ke rumah orang tua Wisnu, baru sepenuhnya pindah ke apartemen Wisnu.

Sebulan belakangan ini Raras rutin memindahkan barang-barangnya sedikit demi sedikit, begitu juga dengan membeli perlengkapan rumah atau perabotan yang dia perlukan. Raras tidak melakukannya sendiri. Maya benar-benar menjadi penyelamatnya karena banyak membantu.

Suasana setelah makan malam masih sangatlah riuh, karena keluarganya yang baru bertemu Wisnu saat acara akad dan resepsi memanfaatkan kesempatan untuk mengobrol dengan Wisnu. Wisnu tidak terlihat keberatan. Dia menikmati semua usaha perkenalan dari keluarga besar Raras. Raras hanya bisa pasrah mendengar petuah-petuah dari Bude, Tante, dan sepupu yang sudah menikah tentang seluk beluk pernikahan.

Jam sudah menunjukkan angka sembilan dan Raras tidak tahan lagi. Dia memang sudah berganti pakaian dengan gamis yang jauh lebih nyaman. Tapi, dia belum sempat mandi dan mencuci wajahnya dengan benar. Tubuhnya seakan remuk redam karena harus bergantian antara duduk dan berdiri. Belum lagi wajahnya yang kaku karena harus tersenyum sepanjang hari.

Raras undur diri. Raras masuk ke kamar dan masih harus dihadapkan dengan kondisi kamarnya yang belum berubah dari malam sebelumnya. Pengalamannya di malam sebelumnya berhasil membuat kulitnya tebal dan tidak terlalu canggung atau malu. Dia menuju lemari pakaian, dimana masih ada beberapa baju sengaja ditinggalkan. Raras sudah tidak sabar untuk mandi air hangat dan mengganti baju gamisnya dengan seragam tidurnya yang nyaman. Kepalanya yang terasa berat dan pusing juga berhak mendapat keramas dan pijatan ringan.

Saat menutup lemari, pandangan Raras jatuh ke tas jinjing yang diletakkan di ujung lemari. Tas tersebut milik Wisnu, yang dibawakan Wulan tadi pagi dan diserahkan ke Tania. Raras bisa menebak bahwa isinya adalah pakaian ganti milik Wisnu.

Mengabaikan pipinya yang kembali memanas, Raras buru-buru menuju kamar mandi.

☺☺☺

Tidak berapa lama setelah Raras masuk, pintu kamarnya yang memang tidak dikunci dibuka dari luar. Wisnu memasuki kamar Raras untuk pertama kalinya.

Wisnu yang sejak tadi mengikuti pergerakan Raras dari ekor matanya, tidak bisa berhenti mengulum senyum ketika melihat Raras masuk ke kamar. Dia juga merasa sangat lelah. Melihat bagaimana antusiasnya kerabat Raras ingin mengenal dirinya, Wisnu tidak bisa mengabaikan begitu saja. Ketika ayah mertuanya mendapati menantunya menguap beberapa kali, akhirnya merasa kasihan dan menyuruh menantunya untuk menyusul Raras dan beristirahat.

Setelah berada di dalam kamar Raras, Wisnu terdiam mematung tepat di balik pintu. Ini adalah pertama kalinya dia memasuki kamar seorang perempuan yang bukan adik-adiknya. Bahkan saat masih pacaran dulu, Wisnu tidak pernah sejauh sampai harus masuk ke kamar mereka. Papa dan mamanya sangat ketat dalam menerapkan batas-batas antara laki-laki dan perempuan.

Kamar yang cukup lebar itu dihias sedemikian rupa, dengan dominasi warna merah mudah dan ungu pastel yang sangat tidak cocok dengan kepribadian Raras. Jelas sekali bahwa kamar ini dihias tanpa campur tangan Raras.

Suara percikan air dari kamar mandi membuat Wisnu semakin mematung. Dia membenci bagaimana otaknya mulai berpikiran liar. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia berdehem untuk melancarkan tenggorokannya yang tiba-tiba mengering. Dia butuh air minum.

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang