Stage 1

1.1K 84 3
                                    

Raras keluar dari ruangannya menuju ruang penerimaan tamu di kantornya karena Dewi mengatakan ada tamu yang mencarinya. Ketika mendapati seorang perempuan duduk menunduk di sofa tempat biasa Raras dan rekan kerjanya menemui klien, perasaan raras mendadak berat.

Alya sepertinya menyadari kehadiran Raras. Perlahan, dia mengangkat kepalanya, dan tatapan matanya bertemu langsung dengan milik Raras. Terakhir kali Raras bertemu dengan Alya adalah lebaran tahun lalu, yang berarti sudah enam bulan. Terakhir kali bertemu, Alya tengah mengandung, sehingga tubuhnya mengalami kenaikan berat badan. Baru juga melahirkan tiga bulan lalu, tubuh Alya sudah berubah drastis menjadi sangat kurus.

"Ada apa?" Raras merasa tidak perlu berbasa-basi, karena selain dia tidak punya minat berbicara banyak dengan Alya, Raras juga sedang sangat sibuk.

Pertanyaan Raras yang ketus dan dingin membuat mata Alya perlahan berkaca-kaca. Seakan Raras baru saja mengucapkan kata-kata makian, Alya mulai meneteskan air mata. Raras melihatnya dengan tidak nyaman. Dia meraih kotak tisu di dekatnya dan mendorongnya supaya lebih dekat dengan Alya.

"Kantor gue adalah wedding organizer, bukan konsultan pernikahan, apalagi psikiatri. Jadi, lo salah kalau datang kesini sambil bercucuran air mata begitu." Kata Raras sama sekali tidak berminat melembutkan cara bicaranya.

"Mbak Raras, selamatkan aku sekali lagi, Mbak." Akhirnya Alya membuka suara, yang membuat Raras semakin muak.

Kening Raras berkerut. Selamatkan? Selamatkan apa lagi? Tiba-tiba, Raras kembali teringat dengan percakapannya dengan Alya setahun lalu ketika Alya mengaku ke keluarga besar mereka bahwa dia sedang mengandung anaknya Bayu, laki-laki yang harusnya menikah dengan Raras.

"Hubungan satu malam yang terjadi antara aku dan Mas Bayu mungkin memang hanya kesalahan dan kecelakaan untuk Mbak dan Mas Bayu. Tapi, nggak untuk aku, Mbak. Meskipun Mas Bayu adalah pacar Mbak, tapi, aku yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan Mas Bayu di kantor. Dan aku nggak akan mengelak kalau aku memang punya perasaan untuk Mas Bayu. Jadi, kali ini, aku mohon Mbak Raras untuk mengalah. Karena mau bagaimanapun juga, di perutku ada janin milik Mas Bayu. Apa Mbak tega membiarkan bayi ini lahir tanpa ayah? Atau, saat dewasa nanti dia tahu, bahwa ayah kandungnya adalah suami dari tantenya?"

Raras bahkan masih ingat kata per kata yang diucapkan Alya. Siapapun yang mendengar pasti akan mengira bahwa Alya adalah korban sedangkan Raraslah tersangkanya. Karena Raras sendiri dibuat tercengang dengan besarnya kepercayaan diri Alya.

Waktu itu, Raras mengalah. Persiapan pernikahannya yang sudah delapan puluh persen dibatalkan begitu saja. Gedung yang sudah disewa dibatalkan. Undangan yang sudah siap disebarkan, dibakar begitu saja oleh ibunya. Sedangkan untuk pembatalan vendor, Raras yang menelepon satu per satu karena memang sejak awal dia sendirilah yang mengurus semua urusan pernikahan. Tidak ada yang menyangka, bahwa ketika dua bulan lagi akan menjadi hari bahagianya berakhir dengan rusaknya hubungan keluarga besar ayahnya dan tantenya.

Jadi, ketika Alya meminta untuk menyelamatkannya sekali lagi, Raras tidak mengerti. Apa bentuk pertolongan yang diminta Alya kali ini? Karena sebelumnya sudah cukup membuat Raras terbangun di malam hari karena mimpi buruk.

"Mas Bayu mau menceraikan aku, Mbak." Alya kembali membuka suara karena Raras terlihat tidak tertarik untuk merespon.

"Lalu, apa hubungannya sama gue?"

Alya menggelengkan kepala. Air mata masih terus bercucuran, membuat Raras semakin jengah.

"Jelas ini ada hubungannya sama Mbak. Karena sejak awal, Mas Bayu sudah mengatakan bahwa dia menikahi aku hanya untuk bertanggung jawab pada Bintang. Begitu akta lahirnya Bintang selesai, Mas Bayu sudah mengancam akan menceraikan aku."

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang