Stage 12

550 73 0
                                    

Halo. Halo. Halo.

Akhirnya bisa update lagi. Maafkan kalau ada typo-typo.

Selamat menyambut Hari Senin.

^^

___________________________________________________

Begitu diajak ke dapur, Raras langsung cekatan memberikan bantuan. Dia mengangkat tumpukan piring dan membawanya ke meja makan yang terletak tepat di samping dapur. Melihat bagaimana cekatannya Raras tanpa harus diberikan intruksi, Irma tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Kamu bisa masak, Ras?" Tanya Irma, sembari menuangkan sop dari panci ke mangkuk.

Raras yang sedang menata piring ke masing-masing kursi, berhenti lalu mendongak ke arah Irma. Sebenarnya dia merasa sangat canggung saat ini. Tapi, dalam hati dia menguatkan diri dengan menganggap keluarga Wisnu adalah klien yang biasa dan harus bisa dia hadapi. Jadi, secanggung apapun dia, dia tidak boleh menunjukkan ekspresi tersebut.

Kemudian Raras mengangguk. "Sejak kecil, Ibu udah membiasakan saya dan adik-adik saya untuk membantu pekerjaan rumah. Meskipun nggak dikatakan jago, saya percaya diri kalau kemampuan memasak saya bisa dikategorikan enak." Jawab Raras mantap.

Irma menghentikan kegiatannya, terdiam sebentar, sebelum kembali melanjutkannya. Kali ini, sebuah senyum lagi-lagi menghiasi wajahnya. Irma tidak menyangka kalau putranya yang selalu saja membuatnya marah dan kehabisan kesabaran karena selalu melakukan hal-hal seenaknya saja, kali ini bisa menemukan perempuan seperti Raras. Tidak butuh waktu lama bagi Irma untuk menyukai Raras.

"Memangnya kamu berapa bersaudara?"

"Tiga, Bu. Saya anak sulung, dan dua adik saya perempuan juga."

"Kamu kerja apa?" Irma tidak menyembunyikan rasa penasarannya, sangat blak-blakan. Tipikal yang disukai Raras.

Raras sudah selesai menyusun piring. Dia beralih kembali ke dapur, mengulurkan tangan untuk mengambil mangkuk yang sudah terisi penuh sayur sop dan memberikan senyum tipis pada Irma.

"Saya membuka bisnis event dan wedding organizer, Bu. Tapi, lebih aktif menangani acara pernikahan." Jawab Raras.

Irma mengiringi langkah Raras sambil membawa sepiring ayam sambal balado ke meja makan. Begitu meletakkan sayur sopnya, Raras menatap ragu pada Irma. "Semua masakannya harus saya bawa kesini 'kan, Bu?" Tanya Raras yang dibalas anggukan kepala oleh Irma.

Setelah mendapat ijin, Raras memindahkan semua makanan yang sudah tersedia di dapur menuju meja makan. Melihat semua makanan, membuat Raras bertanya. "Ibu punya selera masakan yang sama dengan Ibu saya. Setiap kali ada acara keluarga, Ibu juga membuat masakan mirip dengan ini."

"Ibu kasih tahu ke kamu, Raras. Ini semua dibuat sama Bik Sastri. Ibu sebenarnya tidak bisa masak."

Mata Raras melebar, bingung dengan apa yang baru saja dia dengar. Begitu mengingat bahwa ekspresinya saat ini mungkin saja terlihat tidak sopan, buru-buru Raras membiasakan ekspresinya.

"Kamu kaget?"

Raras mengangguk, lebih baik mengakuinya. "Bik Sastri siapa, Bu?"

"Saudara jauh Ibu. Dia janda dan tidak punya anak. Daripada sendirian di kampung, Ibu ajak dia tinggal disini udah cukup lama. Sekarang orangnya lagi ke warung karena Ibu minta beliin sesuatu."

Raras menyungginkan senyum tipis, melanjutkan pekerjaannya. Tidak lama kemudian, Wisnu masuk sambil menggendong Sadiya di punggungnya.

"Diya, kamu itu udah TK, udah berat. Mau sampai kapan minta gendong terus?"

Mister DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang