10 | Home

41 11 0
                                    

"Tuh kan bun, Bintang bilang juga apa, Bintang tuh cuman sakit biasa aja, gak perlu lebay kayak gitu" protes Bintang setelah hasil pemeriksaannya keluar.

"Tetep aja, maag itu jangan di ambil enteng. Kamu gak denger tadi kata dokter apa? Dari maag biasa itu, kalau di diemin terus bisa jadi maag kronis. Nah dari maag kronis bisa juga jadi kanker lambung. Itutuh bahaya Bintang"

"Tenang aja sih bun, Bintang tuh cuman kena maag biasa terus kehujanan doang kemarin. Ayah juga lebay banget sih, sampai ngancem-ngancem Bintang segala" sejujurnya jika ini bukan karena omongan ayahnya, Bintang sama sekali tidak mau mendatangi rumah sakit.

"Kok bilang gitu sih, ayah gitu tuh sayang sama Bintang. Tapi, buktinya ayah berhasil kan bikin Bintang mau ke rumah sakit. " kekeh bunda. 

Bintang yang mendengar itu hanya memutarkan bola matanya malas. Walaupun ia masih merasakan tubuhnya yang sedikit lemas, setidaknya keadaannya saat ini baik-baik saja setelah dokter memberikannya infusan dan obat pereda nyeri untuk lambung nya. 

"Lagian kalau gak dateng rumah sakit, pasti sekarang Bintang gak bisa tuh ngomel-ngomel kaya sekarang" ejek bunda. 

"Habis infusan ini habis, kita pulang pokoknya" keukeuh Bintang.

"Gak mau besok aja?"

"Bunnnn" ujar Bintang sambil memelas.

"Iyaa iyaa habis ini kita pulang" ujar bunda nya pasrah. 

"Kalau Bintang udah bawel gini, bunda percaya sih Bintang udah sehat" kekeh bunda. 

"Tapi beneran deh, tadi pagi itu kamu pucet banget, bunda kan jadi nya sedih" Mendengar ucapan sang bunda, otomatis Bintang jadi merasa bersalah. Bintang sangat tidak menyukai melihat wajah bunda nya sedih, apalagi karenanya.

"Maaf ya bun, udah bikin bunda sedih" ujar Bintang tulus. 

"Makannya Bintang jangan sakit lagi ya? Kalau Bintang sakit, bunda jadi sedih" Bintang menganggukkan kepalanya sebagai balasan dari ucapan bundanya. Bunda nya kemudian tersenyum. 

"Mau makan gak Bintang?" tanya bunda.

"Dikit aja tapi ya?" tawar Bintang. Sebenarnya, Bintang masih merasa tidak enak di lambungnya, namun demi pulang cepat, ia rasa sedikit berbohong tidak akan kenapa-napa.

"Iyaa gak apa-apa dikit, yang penting masuk" 

Bunda kemudian menyuapi Bintang dengan bubur yang di sediakan pihak rumah sakit. Bintang menelan bubur nya dengan susah payah, ia berjuang sekuat tenaga hanya untuk menelan sesuap bubur saja. Bintang bahkan harus menekan bagian perutnya yang terasa sakit, belum lagi Bintang harus mengontrol eksrpesinya supaya bunda tidak curiga. 

Setelah suapan ketiga, Bintang menyerah. "Udah bun, kenyang"

"Baru juga tiga suap, lagi yaa?" tawar bunda, Bintang menggelengkan kepalanya tanda jika ia sudah tidak mau makan. Bunda kemudian menyerah, dan memberikan Bintang minum. 

***
"Makasih yaa. Maaf banget gue jadi ngerepotin lo gini" ujar Angkasa kepada Bulan setelah Angkasa mengambil alih Ruby yang tertidur di mobil Bulan.

"Yap sama-sama"

"Gue cabut ya"

"Eh bentar" Angkasa memegang lengan Bulan, yang langsung di tepis begitu saja oleh Bulan.

"Opps sorry, gue gak maksud" ucap Angkasa canggung. Bulan hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Gue-- belum tau nama lo. Kenalin nama gue Angkasa" ujarnya sambil memberikan telapak tangannya.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang