Sedari tadi Bulan tidak bisa duduk dengan tenang, setiap ada orang yang masuk ke dalam kelas, Bulan langsung memusatkan perhatiannya ke arah pintu. Membuat Shifa yang sedari tadi berada di sampingnya terheran-heran dengan tingkah laku Bulan pagi ini.
"Bulan, lo tuh nungguin siapa sih? Dari tadi kepala lo ga berhenti-berhenti liatin orang yang masuk, sampe bikin gue pusing sendiri jadinya"
Bulan langsung mengalihkan arah pandangnya. Mulutnya bergerak, seperti mau membicarakan sesuatu, namun tertutup lagi dengan sendirinya.
Seakan mengerti dengan sifat Bulan, Shifa menatap Bulan dengan seksama. "Gue tau, kita baru kenal beberapa bulan ini, tapi Lan, lo bisa cerita apapun ke gue. Gue gaakan maksa lo untuk cerita sekarang, kapanpun lo butuh gue, gue bakalan ada Lan"
Mendengar penuturan Shifa yang terdengar begitu tulus, membuat hati Bulan tersentuh. Bulan kemudian menghela napasnya.
"Bintang sakit" ucap Bulan pada akhirnya.
Shifa tentu terkejut mendengar penuturan Bulan, namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya.
"Karena gue"
"Terus?"
"Gue, ngerasa bersalah sama dia"
"Emangnya Bintang sakit apa?"
"Bintang kena tumor otak"
"Hahh? Kok bisa? Bentar deh, kalian kecelakaan apa gimana? Lo luka juga ga?" Teriak Shifa, beruntung kondisi kelas masih sepi, sehingga tidak banyak orang yang mendengarnya.
"Gue gak kenapa-kenapa" tegas Bulan
"Semalem tuh Bintang ngajak main, gue okein. Nah gue yang milih tempat nya, karena gue suka banget horor, gue ajaklah ke rumah hantu. Gue sengaja ngajak dia ke sana, karena gue tau dia penakut. Tapi gak tau kalau Bintang ternyata sepenakut itu. Dan lo mau tau apa? Ternyata di rumah hantu itu bener-bener ada hantunya"
"Hah? Gila ya lo?"
"Dengerin gue dulu. Gue awalnya juga gak percaya waktu Bintang bilang kalau dia ngedenger suara miss k. Tapi, waktu kita berdua sama-sama diem, gue denger jelas suaranya. Kaget dong gue, langsung lah lari, kagak tau kalau kaki gue ada yang megang. Alhasil kita berdua jatoh. Kaki gue luka, terus pelipis Bintang juga luka"
"Udah dong diobatin. Nah waktu makan, tiba-tiba Bintang langsung megang kepalanya. Gue panik dong, soalnya dia tuh kayak yang kesakitan banget. Langsung gue telpon temen gue, abis di rumah sakit, ternyata baru ketauan kalau selama ini tuh Bintang punya tumor di otaknya"
"Yang bikin gue ngerasa bersalah tuh, karena gue yang ajak Bintang ke sana, harusnya gue gak ngeiyain ajakan Bintang. H-harusnya gue tetep dirumah aja. Harusnya--" ucapannya terhenti karena nafasnya yang naik turun disertai dengan air matanya mengalir dari kedua pelupuknya.
"Stt, it's okay Lan. Lo bisa nangis sepuasnya" Shifa membawa Bulan ke dalam pelukannya.
Tangis Bulan yang ditahannya sedari tadi, pecah begitu saja di pelukan Shifa.
"Gue- gue jahat banget" Ujarnya sambil memukul-mukul dada nya.
"Noo. Jangan salahin diri lo sendiri. Ini bukan salah lo Lan" Shifa mengelus pelan rambut Bulan.
"Keadaannya sekarang gimana?" Tanyanya ketika Bulan sudah bisa mengontrol dirinya sendiri.
Bulan menggelengkan kepalanya dengan lemas "Gue gak tau, semalem dia masih di ICU. Gue juga belum dapet kabar apa-apa dari Rendi sama Tian"
"Lo tenangin diri lo. Gue yakin, Bintang baik-baik aja. Kita doain aja Bintang. Gue yakin, dia orang yang kuat"
Mendengar ucapan Shifa, setidaknya membuat senyum tipis terukir di bibir Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Teen Fiction[Harap follow dulu sebelum membaca. Terima kasih] __________________________________________________ Ternyata ada hal yang lebih menyakitkan selain melupakan, yaitu mengikhlaskan. Bulan tidak tau apa kesalahannya, sampai orang yang di sayanginya per...