18 | Restoran

32 7 0
                                    

Sepanjang jalan, Bintang tak henti-henti nya menekuk wajah tampannya. Bagaimana tidak, Bintang di perlakukan seperti pembantu oleh Sesil dan juga Bulan, lebih tepatnya oleh Sesil, karena Bulan membawa barang belanjaannya sendiri. Ia disuruh membawa belanjaan sepupunya  yang super duper banyak. Kedua tangan Bintang bahkan penuh oleh belanjaannya. 

Bintang memelototkan matanya ketika sepupunya itu melangkahkan kakinya menuju sebuah toko. "Anjir Sesil, lo mau apaan lagi sih?" 

"Belanja lah, apa lagi?" Sesil menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap ke arah Bintang yang berada di belakangnya. 

"Lo gak liat tangan gue udah penuh gini? Lagian lo itu mau pindahan atau apa sih?" 

Sesil meringis ketika melihat tangan Bintang yang penuh dengan barang nya. 

"Sorry" bukannya merasa tak enak, Sesil kembali berujar "Janji deh abis dari toko ini kita makan" 

"Kalau perlu gue ingetin, lo udah bilang kayak gitu di tiga toko sebelumnya" balas Bintang dengan sarkas. 

"Hah? Iyakah? Gue? Bilang kayak gitu?"  

Bintang menghela napasnya dengan sabar, jika tidak ingat sedang di mall, sudah dipastikan Bintang sudah memaki-maki sepupunya yang kurang ajar itu. 

"Gak. Lagian lo tuh bentar lagi juga pulang. Ngapain sih beli banyak barang. Kayak di sana gak ada mall aja" 

"Noo! Gue memperpanjang liburan gue disini" Sesil memamerkan cengiran nya. 

"SERIUS LOO?" Bintang dan Bulan bertanya berbarengan. Bedanya, Bulan memandang dengan matanya yang bersinar, sedangkan Bintang memelototkan matanya tak percaya. 

Dan anggukan kepala Sesil menjawab pertanyaan ke duanya. 

"Sekolah lo gimana?" Bintang masih tak menerima kenyataan ini.

"Lo lupa kalau bokap gue salah satu pemegang saham disana?"

"Ttpi kann lo udah kelas dua--"

"Sttt. Lo gak perlu khawatirin masa depan gue. Masa depan gue udah terjamin"

"Bukan itu anjir... Yaudahlah percuma juga gue ngomong sama lo" Bintang makin menekukkan wajahnya "Baru aja kemaren gue ucap syukur lo temennya Bulan, sekarang gue malah yang kena sial ada lo terus" 

Sesil melangkahkan kakinya menghampiri Bintang, lalu menepuk bahunya--memberikan dukungan moral--sambil tersenyum tenang. "Tenang brotherr, janji gue gaakan gue lupain" ujarnya dengan suara yang pelan tentunya supaya Bulan tidak mendengar percakapan keduanya-- yang hanya di balas delikan mata oleh Bintang. 

"Lan, kita cari makan aja deh. Kasian nih babu gue udah kelaparan" setelah mengucapkan itu, Sesil langsung memimpin jalan yang diikuti oleh Bulan, meninggalkan Bintang yang berjalan lemas di belakangnya. 

"Nasib.. nasibb.. Bukannya untung, malah buntung" Bintang mengasihani dirinya sendiri sambil mengangkat tangannya yang penuh dengan kantung belanja.

***

"Gue gak nyangka, lo bisa sesadis itu sama Bintang" Bulan berujar saat langkahnya sudah sejajar dengan Sesil.

"Loh? Lo peduli juga sama dia?" 

"Bukan gitu... Cuma.. kasian aja..." Bulan berbicara sambil menatap lurus ke depannya.

Sesil tertawa mendengar ucapan Bulan. "Kok ketawa sih?" tanya Bulan heran melihat Sesil yang tiba-tiba tertawa sendiri. 

"Enggak. Lucu aja, lo bertingkah gak peduli di depan Bintang, tapi di belakang nya lo malah terlihat peduli banget" 

"Gue gak peduli"

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang