9 | Sushi tei

50 10 0
                                    

Setelah selesai mandi, Angkasa turun ke bawah dan bertemu dengan kakak dan ibunya yang sedang mengobrol di ruang keluarga.

"Gue titip anak gue bentar ya" ujar kakaknya begitu melihat Angkasa yang sedang mengacak-ngacak rambutnya menggunakan handuk.

"Emangnya lo mau kemana?"

"Pacaran"

"Enak banget lo pacaran, gue yang repot. Ogah"

"Lo tau sendirikan, gue ketemu suami gue aja tiga bulan sekali" ujarnya sambil cemberut.

"Anggap aja family time, ribet amat sih lo"

"Udah kemaren-kemaren. Sekarang gue mau nya pacaran. Yaaa? Gue beliin martabak deh pulangnya"

"Gak mau"

"Yah padahal tadinya gue mau beliin martabak mang ujo yang spesial buat lo. Tapi kalau lo gak mau, yaudah deh" kakaknya kemudian berdiri hendak memanggil anak dan suaminya yang berada di taman belakang rumahnya.

Mendengar tawaran yang menggiurkan, tentu saja Angkasa senang. Kapan lagi dapet martabak spesial mang ujo secara gratis? Perlu di catet, untuk anak kuliahan macam Angkasa, itu adalah kesempatan yang sangat menggiurkan.

"Tunggu, gak mau nolak maksud gue" ujar Angkasa cengengesan. Mendengar itu, Nebula--kakaknya Angkasa tersenyum puas. 

"Angkasa tuh gampang banget sih sogokannya cuman sama martabak doang" ejek mamahnya.

"Mah, masalahnya martabak mang ujo tuh beda. Enak banget, harganya juga gak ecek-ecek. Kalau Angkasa beli sendiri tuh rasanya sayang banget gitu, dari pada di beliin martabak doang yang nikmatnya hanya sesaat, mending Angkasa beliin buat canvas aja deh" cerocosnya. 

Mendengar itu, kakak dan mamahnya tertawa. Sebenarnya, Angkasa itu anak yang bisa di bilang terlahir kaya. Hanya saja, Angkasa anaknya sangat sederhana dan tidak ingin menghabiskan uang orang tuanya. 

Pernah suatu kali mamahnya heran ketika ia tidak mendapatkan tagihan apapun dari kartu yang diberikannya untuk Angkasa, ketika ditanyai hal itu, Angkasa hanya bilang bahwa sebenarnya ia bekerja part-time untuk menghidupi kehidupan sehari-hari perkuliahannya dan tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.

Mendengar itu, tentu mamahnya langsung menangis, ia sangat bangga memiliki anak yang mandiri,  walaupun sebetulnya harta yang dimiliki orang tuanya tidak akan habis jika hanya  membiayai sekolah Angkasa. 

"Nih, bawa kartu gue, terserah deh mau lo beliin apa juga. Yang penting jaga anak gue"

"Okee" Angkasa tersenyum puas sambil membawa kartu kakanya dengan senang hati.

Nebula kemudian memanggil suami dan anaknya yang berada di taman belakang rumah. "Ruby, hari ini kamu main sama om Angkasa dulu ya, mamah sama papah mau pergi dulu. Oke?"

"Oke mamah"

"Cium dulu dong mamah nya"

Ruby langsung mencium kedua pipi mamahnya. 

"Ruby jangan nakal ya. Turutin kata om Angkasa okey?"

"Oke papah"

"Good boy" papahnya menepuk-nepuk pelan kepala Ruby sambil tersenyum. 

"Mah titip Ruby ya" ujar Nebula.

"Iyaa, have fun sayang" balas mamahnya sambil tersenyum.

"Dadahh mamahh, dadah papahh" 

"Byee"

Ketiga nya mengantar orangtua Ruby sampai depan rumah. Setelah melihat mobil yang di tumpanginya meninggalkan pekarangan rumah, Angkasa langsung menggendong sang ponakan.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang