Setelah insiden Bintang mimisan, jadilah Sesil yang mengambil alih mobil yang di bawanya. Sedangkan Bintang dan Bulan berada di kursi belakang--tentu nya setelah Bulan di paksa untuk menemani Bintang dengan alasan "Bulan, siapa tau idung gue mimisan lagi. Boleh pinjem kaki nya enggak buat tiduran?" Jadilah saat ini Bintang sedang tiduran di kaki nya Bulan.
Dari jarak sedekat ini, Bintang bisa mencium aroma Bulan yang menyeruak ke dalam hidung nya. Bulan memiliki aroma yang lembut seperti aroma buah strawberry. Sangat menenangkan, mengingatkan Bintang dengan yogurt strawberry kesukannya.
Membuat Bintang memilih untuk memejamkan matanya. Mengingat kepalanya pun masih sedikit pusing.
Bulan terduduk dengan kaku ketika Bintang menempelkan kepalanya diantara kakinya. Bukan apa-apa, hanya saja jika di perhatikan dari jarak sedekat ini, Bintang terlihat sangat tampan. Apalagi ketika ia sedang menutup matanya, dirinya terlihat seperti bayi yang polos, sangat lucu. Berbanding terbalik dengan Bintang dengan keadaan sadar yang begitu menjengkelkan.
Tanpa sadar, tangan Bulan memegang helaian-helaian rambut Bintang. Bulan mengusap lembut helaian rambut Bintang. Membuat siempunya melenguhkan suaranya pelan--tanda jika ia pun menikmati usapan nya.
Sesil yang sedang menyetir di depan, melihat semuanya melalui rear view mirror yang berada di mobil nya. Kemudian ia tersenyum puas melihat keduanya.
"Diliatin aja terus, tenang aja Lan orang nya juga gaakan ilang" Sesil terkekeh.
Mendengar omongan Sesil, otomatis Bulan menyimpan kembali tangannya. "Apaan sih lo" Bulan mengalihkan tatapannya ke luar jendela, mencoba untuk menutupi kegugupannya.
Melihat itu, Sesil lantas makin tertawa. "Lucu banget sih lo Lan, udah lama gue gak liat lo salah tinngkah kayak gitu" kekehnya.
"Gue gak salah tingkah"
"Yaa..yaa.. terserah lo deh" Sesil memilih untuk mengalah.
"Oh iyaa Lan, berhubung ini udah malem, gimana kalau lo nginep aja di rumah gue?" tanyanya ketika tawa nya sudah berhenti.
"Gue gak bawa baju"
"Tenang aja, gue kan udah beli banyak baju tadi"
"Yaudah"
***
Rini sedari tadi berjalan mundar-mandir tidak tenang, bagaimana tidak anak semata wayang nya belum juga menampakkan dirinya padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam."Belum ada kabar juga mas?" Tanya Rini begitu melihat sang suami yang menghampirinya.
Dimas menggelengkan kepalanya.
"Kamu gak punya nomor telepon temannya gitu?"
Rini menghela napasnya pelan "Gimana bisa aku punya nomor telepon temannya, kalau Bulan aja masih menjaga jarak sama aku mas" Rani menekukkan wajahnya dalam-dalam.
Ia merasa gagal menjadi seorang ibu bagi anaknya, walaupun Bulan bukan anak kandungnya. Tetap saja Rini merasa tidak berguna.
Ia juga merasa bersalah, jika saja tadi pagi ia tidak meminta sang suami untuk ikut serta membeli kebutuhan keluarganya, mungkin saja Bulan akan izin dulu kepada ayahnya jika ia pergi.
"Pak Yono juga tadi bilang katanya Bulan pas berangkat buru-buru banget. Mas kalau Bulan kenapa-kenapa gimana?" Rani sangat khawatir dengan Bulan. Ia takut putri nya kenapa-kenapa.
Dimas menghampiri istrinya yang masih berdiri kemudian memeluknya, mencoba untuk menenangkan sang istri.
"Tenang Ran, aku yakin Bulan gak akan kenapa-napa. Kalau sampai besok kita gak dapet kabar dari Bulan, kita lapor polisi ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Teen Fiction[Harap follow dulu sebelum membaca. Terima kasih] __________________________________________________ Ternyata ada hal yang lebih menyakitkan selain melupakan, yaitu mengikhlaskan. Bulan tidak tau apa kesalahannya, sampai orang yang di sayanginya per...