27 | Tell the truth

20 4 0
                                    

Bintang melirik ke arah Bulan ketika ia merasakan tangan nya di genggam dengan keras. Bulan terlihat sangat ketakutan. Ia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.

"Gue gak ada urusan sama lo. Jadi minggir sekarang sebelum lo nyesel."

"Jelas lo ada urusan sama gue, dia cewek gue."

"Minggir lo!" lelaki itu mencoba untuk memegang kembali lengan Bulan, yang tentunya langsung di hempaskan oleh Bintang.

Sementara di belakang sana, Bulan tak bisa menahan air matanya. Isakan itu terdengar oleh Bintang, sehingga dengan cepat Bintang membawa Bulan keluar dari lingkungan sekolahnya, sebelum orang-orang yang memerhatikan nya lebih banyak, karena bertepatan dengan jam sekolah.

"Sorry nih, tapi gue gak ada waktu untuk ladenin omong kosong lo." 

Bintang langsung menarik tangan Bulan, keluar dari lingkungan sekolah. 

"GUE GAK ADA URUSAN SAMA LO ANJING!! BULAN, GUE PERLU NGOMONG SAMA LO. KASIH GUE KESEMPATAN LANN!!!" teriaknya. 

Dan beruntungnya satpam segera datang menghampiri orang asing tersebut, dan manahan badannya, sehingga orang tersebut tidak bisa menghampiri Bulan yang sudah pergi bersama Bintang. 

"LEPASIN GUE SIALAN!!!!!" teriaknya tak terima diperlakukan seperti itu. Orang itu menghempaskan tangannya, dan membuang ludah nya ke sembarang arah ketika melihat Bulan yang sudah pergi dari lingkungan sekolah. 

"SIALAN LO PADA!!" setelah membuat keributan, orang tersebut pergi begitu saja meninggalkan area sekolah.

Sementara di dalam mobil, Bulan masih tak mengeluarkan sepatah kata pun, ia sungguh terkejut melihat keberadaan orang yang sangat di hindarinya setelah sekian lama. 

"Bulan, gue-- gak tau dia siapa, punya urusan apa sama lo. Gue juga gak akan maksa lo untuk cerita. Tapi inget Lan, lo punya gue. Gue siap dengerin keluh kesah lo. Lo bisa ceritain kapan pun lo mau, gue bakalan tetap ada di sisi lo Lan." 

Bintang menarik Bulan ke dalam pelukannya. Di sana Bulan mengeluarkan tangisannya, tak ada suara yang keluar dari mulut Bulan selain suara isakan tangisnya. 

***

"Kok kita ke sini?" tanya Bulan heran ketika mobil yang di kendarainya berhenti di salah satu taman. 

"Tadinya gue mau bawa lo ke rumah gue, tapi ngeliat muka lo yang merah gitu, kayaknya lebih baik ke sini aja gak sih? Biar lo tenang juga."

Tatapan keduanya beradu, Bulan kemudian tersenyum tipis. "Makasih Bi."

"My pleasure." 

Kemudian keduanya turun dari mobil, dan menghampiri ayunan yang berada di pinggir taman itu.

"Lo duduk di sini yaa, gue mau beli es krim dulu. Mau rasa apa?"

"Hmmm. Strawberry."

"Okayy. Tunggu, jangan kemana-mana!"

"Iyaaa. Buruan sanaa!" 

Sebelum pergi, Bintang menyempatkan dirinya untuk mengacak-ngacak rambut Bulan dengan gemas, membuat si empunya rambut merenggut kesal. Namun tak urung, senyum keluar dari wajahnya.

Bulan memerhatikan punggung Bintang yang terlihat semakin mengecil dari pandangannya. Ia kemudian mengayun-ayunkan kakinya perlahan, hingga tubuhnya sedikit terbang. Bulan tersenyum dalam diamnya.

Entah lah sudah berapa lama Bulan tidak menaiki ayunan. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dirinya duduk diatas ayunan, mungkin ketika ia berusia 6 tahun? entahlah. 

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang