29 | Supermarket

21 4 0
                                    

Ketika Angkasa sibuk dengan telpon genggamnya, Ruby yang sudah mulai bosan berada di dalam troli nya, turun begitu saja, kaki kecil nya langsung melangkah begitu saja ketika ia melihat di sebrang nya ada snack yang sangat di sukainya. 

Mata nya berbinar ketika dirinya sudah berada di depan snack yang di inginkannya, tangan mungil nya berusaha untuk menggapai snack itu, namun tentunya tubuh kecil itu masih belum bisa menggapai tinggi nya letak penyimpanan snack itu. 

Tidak ingin menyerah, tangan nya terus berusaha menggapainya, sampai akhirnya kakinya kehilangan keseimbangan. Ruby memejamkan matanya, ketika ia rasa, pantat nya akan menyentuh dinginnya lantai. 

Namun, dalam beberapa detik itu, Ruby sama sekali tidak merasakan sakit di pantat nya seperti ketika pagi tadi saat dirinya terjatuh di kamar Angkasa. Karena penasaran, akhirnya Ruby membuka kembali matanya, sontak Ruby berteriak kegirangan ketika ia mendapati Bulan memegang tubuhnya yang kecil itu. 

"TANTEEEE!!" Ruby langsung membalikkan badannya dan memeluk tubuh Bulan. 

"Untung ada tante, kalau enggak pantat Uby bakalan cium-cium lantai dua kali hari ini." kekehnya sambil menunjukkan tangannya dan membentuk angka dua. Bulan terkekeh mendengar penuturan anak kecil ini.

"Ruby di sini sama siapa? Kok sendirian sih?" tanya Bulan, ia bahkan merendahkan tingginya supaya sejajar dengan tinggi Ruby. 

"Uby sama om Kaca tante."

"Terus om Kaca nya mana?"

"Di sana tante." tunjuk Ruby ke lorong sebrang. "Om Kaca nya lama banget, Uby kan bosen. Terus Uby liat ada makanan kesukaan Uby, kalau Uby pergi sama mamah, Uby suka beli itu." tunjuk nya ke arah makanan yang sedari tadi di inginkannya.

"Oh iya tante, boleh bantuin Uby bawain gak? Tangan Uby gak nyampe nih tan, hehehe." lanjut Ruby sambil memperlihatkan giginya.

Bulan kemudian mengambil makanan yang di maksud Ruby. Tentunya langsung di terima Ruby dengan mata berbinar, Ruby bahkan tersenyum sangat lebar menunjukkan giginya yang rapi. Setelah mengucapkan terimakasih kepada Bulan, Ruby langsung menggenggam tangan Bulan.  

"Ruby udah dapet makanannya kan? Sekarang tante anterin ke om Kaca ya?"

"Okayyy!!"

Keduanya melangkahkan kakinya, di sana terlihat Angkasa yang sedang bergerak dengan gelisah-- kepalanya bergerak kesana-kemari, seperti mencari sesuatu. Bahkan tak jarang, Angkasa memukul-mukul kepalanya. 

Melihat itu, Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, ia kemudian melepas tangan Bulan yang berada di genggamannya. "OM KACAAA." teriak nya sambil berlari kecil-- membuat jarak antara dirinya dan Bulan. 

Angkasa yang merasa namanya di panggil, langsung membalikkan badannya. Ia membuang napasnya--sungguh lega ketika melihat sosok Ruby yang masih utuh itu sedang berlari ke arahnya. 

"Kamu dari mana sih? Gak tau apa kalau om khawatir banget?"

"Uby ambil ini." jawab nya sambil memamerkan makanan yang berada di pelukannya. 

"Lain kali tuh bilang dulu Uby, kalau Uby ilang, nyawa om juga bisa ilang tau ga."

"Hah kenapa nyawa om ikutan ilang juga?"

"Iya lah, bisa-bisa om di terkam emak Uby."

"Di terkam itu apa om?"

Angkasa mengedipkan matanya perlahan-- bingung bagaimana menjelaskannya kepada anak seusianya yang selalu penasaran dengan banyak hal. 

"Di terkam itu artinya di marahin, Ruby." jawab Bulan ketika ia melihat wajah Angkasa yang kebingungan. 

Angkasa yang baru menyadari kehadiran Bulan, sontak terkejut. Ia langsung bangun dari duduknya. 

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang