16 | Kembali

26 7 0
                                    

 Lo gak perlu khawatir tentang perasaan gue. Lakuin aja apa yang lo mau, dan gue bakal lakuin apa yang gue mau

***

"Jadi lo temennya Sesil?" Suara Bintang memecah keheningan yang terjadi di antara keduanya.

"Iya"

"Wahh, dunia sempit banget ya" Bintang tersenyum di balik kemudinya.

"Tanda-tanda kita tuh emang di takdirin untuk barengan"

"Lo kalau ngomong make sense dikit kek. Gaada hubungannya antara gue temennya Sesil sama lo"

"Jelas ada lah" Bintang menghentikan laju mobil nya ketika lampu merah muncul. "Karena Sesil, gue jadi tau kalau bidadari bisa turun dari khayangan juga ya" Bintang tersenyum puas begitu ia menyelesaikan kalimatnya. 

"Jayus banget lo" bukannya baper, Bulan malah ilfeel mendengar gombalan receh Bintang. 

Bintang melepaskan tawanya "Udah gue kira, respon lo bakalan kayak gitu" kemudian ia terkekeh. Bintang mengetuk-ngetukkan jari nya di setiran sambil menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. 

"Biar gue perjelas, kalau gue, gak punya niat untuk jatuh cinta sama siapapun. Jadi, dari pada usaha lo sia-sia deketin gue, terus nanti nya lo patah hati. Lebih baik berhenti aja sampai sini" 

"Waaawww" Bulan menyerngitkan halisnya ketika melihat Bintang yang sedang menatapnya kagum.

"Itu kalimat terpanjang yang pernah gue denger dari mulut lo" lanjutnya sambil terkekeh.

"Gue serius Bintang" Bulan menegaskan kembali ucapannya. 

Bintang kemudian menginjak gas mobilnya ketika melihat lampu sudah berubah menjadi hijau.

"Itu hak lo, untuk memilih gak mencintai siapapun. Tapi, gue juga punya hak sendiri untuk menyukai orang yang gue sukai. Dan sayangnya, lo gak bisa atur perasaan gue. Itu udah kehendak gue. Gue juga bakalan terima apapun konsekuensi yang udah gue pilih" Bintang berujar tanpa melihat ke arah Bulan, matanya fokus menatap jalan. 

"Lo gak perlu khawatir tentang perasaan gue. Lakuin aja apa yang lo mau, dan gue bakal lakuin apa yang gue mau" Bintang mengakhiri ucapannya dengan senyuman sambil menatap Bulan. 

Bulan terdiam mendengarnya. "Dasar, keras kepala" bukannya marah, Bintang malah terkekeh mendengar ucapan Bulan. 

Tak terasa, mobil yang di kendarai Bintang sudah berhenti tepat di depan rumah Bulan. "Makasih ya" ujar Bulan, ia kemudian melepaskan seatbelt nya.

"Tunggu Lan" Bintang memegang lengan Bulan yang sudah siap membuka pintu. Secara otomatis, Bulan menghentakan tangannya. Bulan kemudian menghela napasnya, dan menatap Bintang. 

Bulan mengangkat halisnya, seakan-akan mata nya berbicara 'apa?'

"Maaf kalau gue lancang" Bintang menatap Bulan tepat di kedua matanya. "Gue cuman mau bilang, siapapun cowo yang lo temuin waktu itu, lo gak perlu takut lagi. Lo bisa cerita sama gue, kalau lo emang mau. Jangan di pendem Lan, itu cuman nambah luka buat lo. Gue juga akan berusaha untuk selalu ada buat lo. Jadi, jangan takut lagi okay?" 

Bulan menatap Bintang, ia tidak melihat Bintang sedang bercanda. Yang ia lihat, tatapan itu begitu serius, menatapnya sangat intens. Bulan kemudian mengedipkan kedua matanya, lalu segera membuka pintu tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Bintang.

Bintang memerhatikan tubuh Bulan yang semakin mengecil bersamaan dengan menghilangnya Bulan dari pandangan nya. 

***
"De, gimana?" Mamahnya menghampiri Angkasa yang baru terduduk di sofa dengan senyum sumringah.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang