22 | Tragedi

46 7 1
                                    

Bulan langsung tersenyum berseri-seri ketika melihat bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya. Dirinya sungguh tidak sabar ingin segera memasuki bangunan itu. Maka dengan semangat Bulan melangkahkan kakinya. Namun langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh Bintang.

"Bulan beneran lo mau masuk kesini?" Tanyanya hati-hati.

"Iyaa, kenapa lo gak berani?" tantangnya.

"Hah? Eng--enggak lah. Yakali gue takut sama yang kayak gituan. Hal kayak gini tuh cemen banget buat gue"

"Ohh gituu, yaudah ayoo kita masuk" tangan Bulan tanpa sengaja langsung menggandeng lengan Bintang. Tentu hal itu membuat Bintang sempat terdiam beberapa saat, bahkan wajahnya yang tadinya khawatir, langsung tersenyum ketika melihat tangan Bulan yang memegang tangan Bintang.

Barulah ketika keduanya sampai di loket untuk membeli karcis, Bulan yang tersadar jika sedari tadi tangannya memegang tangan Bintang langsung melepaskannya. Namun, tangan Bintang lebih cepat bergerak. Bintang menyatukan telapak tangan keduanya dan menggenggam nya dengan erat "Gapapa gini aja" ujarnya sambil tersenyum begitu manis.

Melihat senyum Bintang seperti ini, membuat kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Bahkan Bulan merasakan sesuatu yang hangat mengalir di wajahnya. Beruntungnya, lampu-lampu disekitarnya redup, sehingga Bintang tidak akan bisa melihat wajahnya yang memerah.

"Bulan, kok diem aja? Apa kita batalin aja?"

Bulan yang tersadar dari lamunannya, segera menggelengkan kepalanya, kemudian menarik lengan Bintang untuk masuk ke dalam area.

"Bulan beneran nih kita masuk sini? Gaakan ke yang lain gitu, nonton kek?" Bisiknya ketika keduanya sudah berada tepat di depan rumah hantu.

"Nope. Gue pengen kesini. Kalau lo takut, gue bisa masuk sendiri kok" jawabnya dengan serius.

Jawaban Bulan justru membuat Bintang tersinggung, bagaimana bisa seorang lelaki meninggalkan seorang perempuan sendirian? Bisa-bisa harga dirinya jatuh sebagai lelaki.

Bintang menarik napasnya terlebih dahulu "Oke, ayo kita masuk" ajaknya serius. Bulan yang melihat perubahan wajah Bintang hanya tersenyum singkat. Lucu, melihat Bintang yang tetap keras kepala untuk menemaninya, tapi wajahnya sangat berbanding terbalik, Bulan bahkan bisa melihat keringat yang mengalir di pelipisnya.

"Bintang, kalau mau keluar sekarang masih bisa loh" bisik Bulan ketika langkah kaki keduanya baru saja memasuki ke dalam rumah hantu. Bukan tanpa alasan Bulan bilang seperti itu, hanya saja ia merasakan pegangan tangan Bintang semakin kuat.

"Enggak, ayo kita masuk"

Tidak ingin melanjutkan, Bulan membiarkan saja pilihan Bintang. Toh dia sudah memberikan penawaran.

"Eh Lan, ini gak naik kereta ya?" Bisiknya ketika keduanya semakin dalam memasuki rumah hantu.

"Enggak"

"Gue kira naik kereta anjir, terus gimana kalau nanti ada yang ngejar?"

"Ya lo tinggal lari lah??"

"Gimana bisa lari di tempat gelap gini? Kalau nabrak gimana??"

"Yaa, gak gimana-gimana. Paling benjol doang"

"Jawaban lo sangat tidak memuaskan"

Kemudian keduanya berbelok mengikuti arahnya. Bintang melihat ngeri ke bangunan di sekitarnya, banyak sekali benda-benda yang menurutnya menakutkan, seperti adanya bathtub kosong yang berlumuran darah, kursi goyang, patung yang hanya ada kepalanya, bahkan ada manekin yang dibentuk sekian rupa hingga wajahnya terlihat menyeramkan. Ada beberapa tali yang menggantung di atasnya membuat suasana menjadi lebih menyeramkan, belum lagi ada suara miss K yang tertawa terus menerus. 

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang