14 | Ramen

29 8 0
                                    

"Kalau begitu saya permisi ya tante" Angkasa berpamitan kepada bu Rani-- tetangga baru nya setelah ia mengantarkan makanan buatan mamahnya. 

"Terimakasih banyak ya nak, jadi ngerepotin gini. Salam ya ke mamah nya" 

"Iyaa tante, saya permisi ya" Angkasa tersenyum sopan. Kemudian Angkasa membalikkan badannya. Dan berjalan ke luar pintu utama. 

Jarak dari pintu utama ke gerbang depan lumayan jauh, mengingat perumahan yang di tempati Angkasa memang kawasan elit. Dari kejauhan, Angkasa melihat ada sepasang remaja yang berhenti tepat di depan gerbang ia bahkan menyipitkan kedua matanya.

"Itu kali ya orang yang di maksud mamah"

"Syukur deh udah punya pacar, jadi mamah gaakan jodoh-jodohin gue lagi" kekeh Angkasa.

Angkasa kemudian melanjutkan jalannya dengan perasaan yang senang.

"Makasih ya" Bulan berujar setelah ia turun dari motor besar milik Bintang. 

Bintang kemudian membuka helm nya dan menyisir rambut nya ke belakang mengenakan tangannya. Kemudian tersenyum ke arah Bulan yang berdiri di samping nya. 

"Yapp sama-sama" 

Bulan kemudian melepaskan jaket yang dipinjamkan Bintang. 

"Nihh"

"Simpen aja dulu di lo"

Bulan mengernyitkan halisnya "Buat apaan?"

"Siapa tau lo kangen sama gue kan, jadi lo bisa peluk-peluk jaket gue" ujar Bintang sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum menggoda. 

"Hih ogah ya, jaket lo tuh bau tau ga" Bulan langsung menyimpan jaketnya di atas motor Bintang. 

Tak terima jaket kesayangannya di hina oleh Bulan, Bintang langsung sewot "Enak aja, jaket gue tuh wangi. Gak mungkin bau, parfum yang gue pake aja gak bakalan ada di Indo"  

"Kalau gak percaya, nih ciummmm" Bintang menyodorkan jaket nya ke arah Bulan. 

"Ihhh Bintangggg" teriak Bulan sebal. Mata Bulan memelototi Bintang, pipi nya bahkan membulat menahan amarah. Bukannya takut, Bintang malah tertawa melihat ekspresi Bulan. Lucu pikirnya. 

Melihat Bintang yang tertawa membuat Bulan semakin kesal. "Lo lucu banget sih" kekeh Bintang. 

"Sana buruan pulang" usir Bulan.

"Loh gak di tawarin masuk dulu nih?"

"Gakkkk" teriak Bulan. 

"Gue tamu loh"

"Gue tuan rumah" 

"Hauss Lann" Bintang beralasan.

"Beli minuman sana di warung" 

"Ikut kencing donggg, gak kuat nih ade gue pengen keluar"

"Bintangggggg" Bulan melotot kesal mendengar ucapan Bintang, tak hayal mendengar nya saja membuat pipi Bulan memerah. 

Bintang terkekeh, ia sengaja membuat Bulan kesal, karena baginya, muka Bulan yang marah-marah sambil melotot itu bukannya menyeramkan, malah terlihat lucu. Jadi pengen ngarungin terus di bawa aja ke rumah, pikirnya.

"Gak apa - apa deh, sekarang gue gak mampir. Masih ada lain waktu kan" ujarnya sambil tertawa renyah.

Bulan tertawa remeh mendengar ucapan Bintang "Kayak yang bakalan gue ijinin masuk aja"

"Hmm, let's see" Bintang kemudian menggunakan jaket dan helm nya yang sempat di lepasnya, ia kemudian menyalakan motornya. 

Bintang membuka kaca helm nya, "Gue balik ya, see you tomorrow Bulan" Bintang kemudian langsung menjulurkan tangannya---  mengacak -ngacak rambut Bulan, lalu secepat kilat ia menginjak gas motor nya, ketika ia melihat Bulan yang sudah siap mengeluarkan sumpah serapahnya. 

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang