Hari ini Bulan mengenakan dress berwarna putih yang panjang nya sebatas lutut, ia menambahkan aksesoris di bagian pinggang nya dengan belt yang berwarna putih gading guna mempercantik tampilannya. Bulan membiarkan rambutnya terurai dengan rapi.
Ia kemudian mengambil clutch nya yang berada di atas tempat tidurnya. Kemudian ia keluar dari kamar nya.
"Mau kemana Bulan?" tanya papah nya yang sedang menonton televisi sambil memeluk istrinya yang sedang bersender di badan papahnya. Bulan yang melihat itu hanya menghembuskan napasnya kesal.
"Ke kondangan"
"Sama siapa?"
"Sendiri"
"Mau papah anterin?" papahnya menawarkan diri untuk mengantar Bulan, karena mobil yang biasa digunakan Bulan sedang berada di bengkel.
"Gausah pah, aku naik taksi aja"
"Papah anterin aja ya, masa anak gadis malem-malem keluar sendiri, kalau ada apa - apa gimana?" papahnya sudah berdiri dari duduknya bersiap untuk mengambil kunci mobil nya yang berada di meja.
"Pah, aku udah besar. Aku juga bisa jaga diri sendiri"
"Bulann"
"Pahh, pleasee" mata Bulan menatap memohon ke arah papahnya. Bukannya Bulan tidak ingin menghabiskan waktunya bersama papahnya, hanya saja Bulan masih memerlukan waktu untuk mengikhlaskan semuanya. Bulan masih belum bisa menerima semuanya. Terasa berat baginya menerima orang baru yang jelas-jelas menjadi penyebab kematian ibunya.
Papah nya kemudian menghela napas, ia kembali meletakkan kunci mobil nya. "Yaudah, hati-hati ya" papahnya kemudian tersenyum tipis.
"Aku berangkat" tanpa membalas senyuman papahnya, Bulan langsung keluar begitu saja.
Rani menghampiri suaminya kemudian memeluknya dari belakang. "Maaf mas, aku udah buat hubungan kamu sama Bulan jadi kayak gini"
Dimas--papah nya Bulan kemudian mengelus lembut tangan istrinya yang berada di perutnya, kemudian membalikan badannya. Dan menatap istrinya lembut, "Ini bukan salah kamu, aku rasa Bulan hanya perlu waktu sampai dia bisa menerimanya" Dimas kemudian memeluk istrinya dan mencium puncak kepalanya.
***
Bulan menatap kagum dengan interior pernikahan nya. Bunga-bunga yang di susun sedemikian rupa terlihat sangat cantik menghiasi ruangan. Kursi-kursi yang dibalut dengan kain berwarna putih tersusun dengan rapi membentuk lingkaran. Terdengar suara Biola juga suara saxophone yang mengalun dengan indah memenuhi ruangan ini, membuat suasana disini menjadi lebih mewah.
Bulan yang jarang menghadiri pesta pernikahan, berdecak kagum melihat nya.
Bulan kemudian melangkahkan kakinya kedalam, ia terlihat kebingungan ketika dirinya sudah sampai di pesta pernikahan tante temannya. Bulan kemudian menyalakan handphone nya dan men-dial nomor Sesil.
"Bulaannnnn" teriak salah seorang yang begitu cantik mengenakan kebaya nya. Orang itu kemudian datang menghampiri Bulan dengan setengah berlari. Dan langsung memeluk tubuh Bulan dengan erat.
"Aaaa gue kangen bangett samaa loooo"
Bulan membalas pelukannya tak kalah erat. "Gue emang ngangenin sih orangnya" kekeh Bulan.
Mendengar itu, Sesil melepas pelukannya "Lo tuh gak berubah ya. Gengsi lo tinggi banget. Tinggal bilang kangen juga apa susah nya sih" cerocos Sesil.
"Tapi gak apa-apa deh, gue ngerti lo dengan baik" kekeh Sesil kemudian memeluk kembali Bulan. Bulan ikut tertawa mendengarnya.
"Oh iyaa, gue ada di sini selama tiga hari. Lo harus ajak gue keliling Jakartaa yaa!!" Sesil berseru dengan excited setelah pelukannya terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Roman pour Adolescents[Harap follow dulu sebelum membaca. Terima kasih] __________________________________________________ Ternyata ada hal yang lebih menyakitkan selain melupakan, yaitu mengikhlaskan. Bulan tidak tau apa kesalahannya, sampai orang yang di sayanginya per...