11 | Kelompok

41 10 0
                                    

"Untuk pembelajaran hari ini, saya akan membagikan kalian kelompok. Tugas kalian membuat SWOT" ujar bu Wati--selaku guru ekonomi.

"SWOT apa bu?" tanya salah satu murid yang berada di pojok kelas.

"Yahh lo masa SWOT aja gak tau" ejek Tian kepada Ardi. "Kalau di Indonesia, itu tuh sama kayak kopasus, nah SWOT tentaranya luar negeri, tentara khusus nya Di" jawab nya dengan percaya diri. 

Seketika satu kelas hening mendengar jawaban Tian. Rendi selaku teman sebangkunya merasa ada yang salah dari jawaban Tian, tapi ia juga tidak tau itu apa. Rendi bahkan sampai mengerutkan halisnya--tandai ia sedang berfikir dengan keras. Bahkan Bu Wati pun sama, ikut terdiam mendengarnya. 

Tentu Tian heran dengan reaksi teman-teman sekelasnya. Sampai Bintang yang tiba-tiba berujar dengan keras "Itu namanya SWAT geblek" di susul dengan tawanya. 

Sontak satu kelas yang paham maksud nya Bintang langsung menertawakan Tian. Bintang sampai meneteskan air matanya karena menertawai kebodohan temannya. Suasana kelas menjadi tak kondusif karenanya. Bahkan bu Wati pun ikut tertawa. 

"Anjir pergi lo jauh-jauh. Bukan temen gue lo, malu-malu in aja ni kampret" ujar Bintang yang berada di belakang meja Tian.

"Woyy ada yang mau tukeran kursi sama gue gak sih? Malu banget sebangku sama si Tian" balas Rendi sambil berteriak. Yang tentunya hanya di respon dengan tawa dari teman-temannya.

"Kalau gue jadi lo Ren, udah milih minggat bangku dah dari pada sama Tian" kekeh Bimo--sang ketua kelas. Sontak semuanya tertawa karenanya. 

Tian yang terlanjur malu, kemudian berujar dengan polosnya "Lah semenjak kapan ganti nama?"

"Bukan ganti nama, lo nya aja yang bego" ujar Rendi kesal melihat ekspresi Tian yang memasang muka polos. Bawaannya pengin nendang aja pantat Tian biar gaada lagi di kelas.

"Gue sengaja bilang itu, biar ni kelas rame aja. Gak sepi kayak kuburan" jawabnya dengan percaya diri ia bahkan sampai berdiri dari kursinya sambil menaik turunkan halis nya.

"Mana ada sengaja tapi mukanya merah gitu jing" ujar Bintang bercanda sambil melemparkan pulpennya ke arah Tian. Tepat mengenai badannya. Tian yang sudah siap membuka mulutnya untuk membalas omongan Bintang, harus terhenti ketika bu Wati memukul-mukul papan tulis dengan spidol.

"Sudahh.. sudahhh..." bu Wati akhirnya berbicara. Berusaha untuk mengkondusifkan kembali kondisi kelasnya. "Tian, kembali duduk di kursi kamu" ujarnya sambil menunjuk Tian yang masih berdiri. 

Kemudian Tian duduk kembali di kursinya. Setelah ruangan kelas kondusif, bu Wati melanjutkan pembicaraannya. "Saya akan membagikan kelompoknya berdasarkan absen. Satu kelompok terdiri dari tiga orang" 

"Kelompok pertama Alnida, Amira, dan Arjun"

"Kelompok kedua ....."

"Kelompok empat Bagas, Bintang, dan Bulan"

Mendengar namanya di panggil berbarengan dengan Bulan, Bintang secara otomatis langsung tersenyum senang.

"Kelompok lima Cinta, Dodi, dan Erin"

"Kelompok tujuh Rendi, Shifa, dan Tian"

"Kelompok dua belas..."

"Okee, semua sudah memiliki kelompoknya masing-masing yaa, ada yang mau di tanyakan?"

Rendi mengangkat tangannya "Bu, bisa ganti kelompok ga? Masa saya sekelompok sama Tian sih bu" keluhnya.

"Heh itutuh namanya takdir" balas Tian tak terima dirinya digantikan dengan yang lain.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang