"Masih hidup juga lo" sindir Bulan ketika melihat Bintang yang sedang berada di dapur meminum yogurt nya.
Melihat Bulan berada berkeliaran di rumahnya, otomatis Bintang memberikan cengirannya. "Iya dong, kan udah di rawat sama dokter cantik"
Bulan hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Bintang, ia kemudian melengos begitu saja mengambil air putih. Bintang yang sedang duduk di depan pantry, kemudian tersenyum sangat manis.
"Jadi gini ya rasanya kalau kita udah berumah tangga, gue duduk manis disini, lo masak di sana" kekehnya membayangi kehidupannya jika ia dan Bulan menjadi pasangan suami istri.
"Jangan mimpi lo" ketus Bulan.
"Mimpi aja dulu, siapa tau jadi nyata" balas nya cuek lalu memakan yogurt nya.
"Bulan mau?" Bintang menawarkan yogurt nya yang di balas gelengan kepala oleh Bulan--tanda jika ia tidak menginginkannya.
"Lo, sesuka itu sama yogurt?" Tanya Bulan, dan ikut bergabung mendudukan dirinya di sebrang Bintang.
Bintang menganggukkan kepalanya. "Iyapp, gue suka banget sama yogurt. Gue dari kecil udah dikasih yogurt sama bunda. Jadi ya sampai sekarang keterusan. Pokoknya kalau sehari aja gue gak minum yogurt, berasa ada yang kurang gitu hidup gue"
"Segitunya?" Bulan terkejut, pasalnya ia tidak pernah menemukan orang yang begitu tergila-gila dengan sesuatu.
"Tenang aja Lan, lo jangan merasa tersaingi gitu. Beda kasus nya. Kalau yogurt itu minuman kesukaan gue, kalau lo orang yang gue suka"
"Mulai deh" Bulan berujar dengan malas mendengar gombalan Bintang, ia kemudian menengokkan kepalanya kesana-kemari.
"Bunda lo mana?" tanya Bulan ketika sedari tadi tidak melihat kehadiran bunda nya Bintang.
"Tadi sih bilangnya ke pasar swalayan dulu, beli sayur-sayuran" Bulan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Tak ada percakapan diantara keduanya, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai suara perut Bintang mengisi keheningan diantara keduanya.
"Hehehe, sorry perut gue minta jatah" Bintang cengengesan menatap Bulan, sambil menggaruk bekalang kepalanya yang tidak gatal.
"Di rumah lo gak ada makanan banget nih?" tanya Bulan, pasalnya dirinya juga kelaparan. Gelengan kepala Bintang membuat Bulan menghela napasnya perlahan.
"Cari makan di luar aja yuk Lan?" ajak Bintang.
"Sesil gimana?"
"Dia mah kebo, tinggalin aja"
"Ayok, buruan, gausah banyak mikir. Kasian cacing-cacing gue udah minta jatah nih" Bintang menarik lengan Bulan untuk mengikutinya.
Keduanya memilih untuk berjalan kaki menyusuri jalanan mencari pedagang kaki lima. Bulan sangat senang, rasanya ia sudah lama tidak menghirup udara pagi seperti ini. Bulan tak henti-henti nya memamerkan senyum di wajahnya.
Melihat itu, Bintang ikut tersenyum. Ia sangat jarang melihat Bulan tersenyum seperti ini. "Ternyata bikin lo senyum tuh gampang banget ya" Bintang tiba-tiba berujar, membuat perhatian Bulan teralihkan.
"Gue udah lama gak jalan pagi kayak gini, rasanya nyenengin banget. Bikin pikiran gue rileks"
"Gue bisa loh ajak lo jalan-jalan pagi kayak gini terus" Bintang tersenyum melihat Bulan.
"Gue nya yang gak bisa"
"Astaga, jawaban lo langsung nusuk hati gue" dengan lebay Bintang memegang hatinya, seakan-akan hati itu tertembak sesuatu membuat dirinya menundukkan setengah badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Teen Fiction[Harap follow dulu sebelum membaca. Terima kasih] __________________________________________________ Ternyata ada hal yang lebih menyakitkan selain melupakan, yaitu mengikhlaskan. Bulan tidak tau apa kesalahannya, sampai orang yang di sayanginya per...