Di sinilah Sakura menemukan kedamaian—tempat favoritnya di mansion Senju. Sebuah sudut tersembunyi di balik tembok atap yang menghadap ke taman belakang.
Malam ini, cahaya bulan memantul di permukaan danau yang tenang, mengharmonisasi keindahan rumput dan daun di sekitarnya, menjadi latar bagi pikirannya yang berkelana.
Sakura memeluk lututnya, duduk di atas lantai atap yang dingin.
Bayangan percakapannya dengan Sasori di sel tahanan beberapa waktu lalu kembali menyeruak di benaknya. Ada sesuatu dalam percakapan itu yang terus mengganggunya.
Sakura teringat bagaimana dia bertanya pada Sasori tentang seseorang yang mengancamnya.
Awalnya, Sasori tidak memberikan jawaban. Namun, untuk seorang yang gesit dan peka seperti Sasori membutuhkan waktu cukup lama untuk sebuah pertanyaan sederhana, jelas ada sesuatu yang menjadi pertimbangannya.
Sakura tidak akan mencurigainya jika saja dia tidak menangkap sinyal kecil di mata Sasori, sebuah keterkejutan yang begitu halus hingga nyaris luput dari pengamatannya.
Sikapnya yang seperti itu lebih dari cukup untuk membangun dugaan juga semakin menguatkan kecurigaan Sakura.
"Apa nilai transaksi yang begitu besar hingga membuat Sasori tunduk kepada pria brengsek itu selama 10 tahun lamanya?"
Jika benar Sasori diancam, apa yang digunakan untuk mengancamnya? Apakah itu sesuatu yang sangat berharga? Benda apa yang membuatnya merasa sepadan untuk tunduk? Atau... apakah itu nyawa seseorang? Jika iya, siapa? Dan, mengapa?
"Mungkinkah aku?"
Apakah ada hubungannya dengan perubahan sikap Sasori terhadapnya belakangan ini? Tapi kemudian Sakura menggeleng pelan, berusaha mengusir pikiran dangkal itu. Sasori tahu betul bahwa dia bukan gadis rapuh. Sakura adalah seseorang yang selalu mampu melindungi dirinya sendiri, bahkan ketika situasi paling sulit sekalipun.
Karena pemikiran itu tidak membawa jawaban, Sakura telah memutuskan untuk kembali ke mansion Haruno untuk kembali menggeledah kamar Sasori.
...
Pagi hari, suara ketukan halus di pintu kamar Sakura terdengar.
"Nona, waktu sarapan sudah tiba," seorang staf mansion memberi tahu dari luar sebelum pergi, seperti permintaan Sakura sebelumnya untuk tidak mengganggu waktu tidur.
Mendengar itu Sakura hanya menggeliat malas di tempat tidur, menyelimutkan dirinya hingga menutupi wajah lalu menekan kepalanya ke bantal.
"Tidur delapan jam tidak cukup untuk orang lelah sepertiku." mengeluh pada dirinya sendiri.
Melewati tiga puluh menit, Sakura terbangun dengan sikap terkejut.
"Ugh, kenapa aku tiba-tiba terbangun? Tidak ada yang bisa melawan Hak Ratu Tidur, jadi mari kita kembali tidur," ucapnya sebelum meringkuk lagi dengan senyum kecil.
Sakura berguling ke kanan dan kiri mencari posisi nyaman, kakinya bahkan menjuntai ke sisi kiri kasur, setelah banyak percobaan dia kehilangan momentum untuk kembali terlelap.
Akhirnya, setelah merasa puas berguling ke sana kemari, Sakura menendang selimutnya dan terduduk. Dia mengingat rencana semalam untuk memeriksa kediaman Haruno. Dia menghela napas panjang, tahu bahwa takdir pagi ini tak akan mengizinkannya berlama-lama di kerajaan tidurnya.
Dengan cepat Sakura mandi, mengenakan pakaian sederhana, dan bergegas meninggalkan kamarnya. Sarapan yang sudah rapi diletakkan di luar pintu pun tak sempat disentuh olehnya.
Saat langkah cepatnya menuruni tangga, suara lembut dari neneknya yang masih tampak anggun dan penuh wibawa menghentikannya sejenak.
"Sakura, kemana kau akan pergi sepagi ini?" tanya Tsunade dengan tatapan penuh perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Damsel 🔞 || Sasusaku
FanfictionNaruto©Masashi Kishimoto Note: Rate berjalan mengikuti alur. Memiliki cerita yang kompleks, cocok untuk penyuka genre romance, drama dengan sentuhan komedi. SINOPSIS: Sakura, gadis dingin yang menyembunyikan identitas aslinya, tidak ada yang tau bah...