ADULT AREA! WARNING 21+
Kata orang, patah hati akan lebih mudah sembuh dengan kehadiran hati yang baru. Namun, Wenda justru menutup rapat hatinya setelah berulang kali diselingkuhi oleh Dion.
Hati Wenda menjadi sulit tersentuh dengan rasa yang dise...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Awan kelabu yang semula menghiasi langit, mendadak tersingkap. Tidak perlu menunggu hitungan menit, cahaya langsung muncul dan menerobos celah atap kaca sebuah kafe yang didominasi dengan warna cokelat di setiap bagiannya. Cahaya hangat itu menyorot pada pribadi Wenda yang berdiri dengan dada naik turun. Kedua iris hitam Wenda tertuju lurus pada sosok yang selama ini gemar menorehkan luka dalam hati.
Semua atensi tertuju pada Wenda setelah satu gelas cappucino hangat mendarat di kepala pria di hadapannya. Butiran kecokelatan masih menetes dari ujung rambut pria tersebut.
"Kita putus!" tandas Wenda tanpa ragu. Bersamaan dengan kalimat itu dilontarkan, pandangan Wenda kabur sebab butiran bening yang mengumpul di pelupuk mata.
Wenda benci melihat wanita menangis di depan pria. Namun, selama ini ia sendiri sering merintih di hadapan Dion. Menunjukkan betapa lemahnya hati seorang wanita ketika berurusan dengan cinta.
"Pu-putus?" Bibir tebal Dion ikut mengucap kata keramat itu. Lantas tangannya terulur spontan untuk meraih tangan Wenda. "Wen, ini nggak seperti yang kamu lihat."
Apa yang dilakukan seorang pria dengan wanita di balik bilik wastafel sambil mencecap satu sama lain? Mata Wenda masih sehat dan bisa melihat betapa Dion menikmati setiap kecupan yang diberikan oleh Sofia. Saling membelitkan lidah dan menghisap penuh kerakusan. Bahkan dada Wenda masih terasa sesak jika teringat tangan Dion menyibakkan rok Sofia dan meraba bagian paling sensitif itu. Sungguh tidak beradab! Mereka seperti kehabisan tempat hingga bercumbu di tempat umum.
Tanpa basa-basi, Wenda menghempaskan tangan Dion. Cukup! Ia harus mengakhiri kebodohan yang sudah bersarang selama 3 tahun ini. Entah apa yang membutakan mata Wenda, hingga selalu bersedia memaafkan semua kelakuan Dion. Ini bukan pertama kalinya Dion kepergok selingkuh dengan seorang wanita. Bahkan kesalahan Dion sudah tidak bisa dihitung dengan menggunakan jemari selama mereka merajut kasih.
Semua ingatan tentang bagaimana Dion bercumbu di dalam mobil dengan wanita lain, desahan ketika bercinta di dalam ruangan dengan staf kantor kembali muncul di benak Wenda. Bibirnya bergetar diikuti kedua bagian gigi yang beradu.
"Simpan penjelasan kamu buat cewek bodoh yang akan menggantikan posisiku, Dion!" Intonasi Wenda semakin meninggi. Lalu ia melepaskan cincin bertahta berlian yang melingkari jari manisnya. "Anggap kita nggak pernah kenal satu sama lain!"
Setelah meletakkan cincin pertunangan mereka di meja dengan kasar, Wenda berlari menuju pintu keluar Kafe Sepenggal Kenangan. Air mata yang sedari tadi ditahan nyatanya tumpah dan melindas kedua pipi. Hati Wenda terasa nyeri, tetapi ada rasa lega yang tercipta. Ia cukup bersusah payah mengumpulkan keberanian untuk keluar dari hubungan beracun itu.
Selama ini ia berharap Dion bisa berubah suatu saat nanti. Namun, sifatnya yang doyan selingkuh sudah mendarah daging dan sulit untuk berubah.
"Wenda!" Langkah Dion terhenti ketika tangan Sofia menahannya diikuti gelengan kepala. Wanita dengan dress selutut warna krem itu merupakan orang ketiga yang mengoyak hubungan Wenda dan Dion.