32-Hai

10.1K 964 190
                                    

Pen Mintol, bisa nggak komen banyak-banyak gitu? Biar seneng dan bengek sendiri baca komenan kalian, itu juga nambah semangat banget🙂❤

Tau nggak sih? Aku sering baca komenan kalian pas gabut. Btw, aku nggak kek siajg yang ngechat cuman pas gabut doang ya:')

Ah iya, btw kalau masalah Visual, aku udah dapet sih, tapi harus diuji coba dulu identitasnya, karna aku kalau makai Visual nggak sembarangan. Takut dan nggak nyaman sendiri.

Doain aja semoga sesuai harapan kalian❤🐣

SATU LAGII! MAKASIH BANYAK-BANYAK BUAT 129K, SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK, SEMOGA BETAH DAN NGGAK BOSEN SAMA CERITA INI❤❤

NGGAK TAU SIAPA YANG NGEPROMOSIIN, SOALNYA AKU JARANG BANGET, EH TIBA-TIBA DARI YANG 29K LANGSUNG GERCEP KE100K NGGAK NYANGKA SIH, TAPI MAKASIH BANGET BUAT YANG UDAH SHARE CERITA INI KE TEMEN ATAUPUN KEORANG-ORANG😭❤

Lopyou sebumi dan seisi-isinya❤🎉

Take care Typo😁

Dahlah lanjut ...

Happy Reading

Mereka saat ini sedang berada dikantin. Friska masih bersikap was-was, ia juga sedikit canggung dengan Malvin. Tiffany dan Adel yang melihat itu lantas binggung sendiri, tumben sekali Friska seperti ini.

"Ris, lo kenapa?" tanya Adel dengan bisikan. "Berantem?"

Friska menggeleng. Malvin hanya diam melihat Friska, pandangannya beralih pada Abdul dan Reina yang berada disebelah meja mereka. Dia masih curiga dengan Reina. Pandangan mereka bertemu saat Reina melihat Malvin, dia tersenyum manis saat Malvin yang menatapnya.

Friska memandang Malvin yang sedang melihat seseorang. Ia pun melihat apa yang dilihat oleh pandangan Malvin.

"Reina?"

Ia kembali menatap Malvin. Friska kesal, kenapa bisa-bisanya Malvin memandang Reina terus? Saat ini sepertinya Friska tidak merasa takut, melainkan kesal karna Malvin memandang Reina. Lagian, kenapa Reina malah seperti salting dipandang Malvin.

Senyum-senyum sendiri, padahal Abdul sedang duduk disebelahnya. Mengesalkan.

"Kalau punya mata itu dijaga!" kesal Friska dengan penuh penekanan, namun nada bicaranya pelan.

Malvin kembali memandang Friska, detik berikutnya dia tersenyum tipis. Friska kembali berbicara padanya, sejak tadi perilakunya seperti takut pada Malvin, namun Malvin hanya berpositif thingking, mungkin saja Friska shock akan yang terjadi akhir-akhir ini. Maybe!

"Ini yang gue tunggu-tunggu."

Friska berdecak sebal. "Apaan sih!"

Malvin terkekeh melihat itu. Ia lebih memilih dimarahi Friska dibanding didiamkan oleh gadis itu. Tangannya menggenggam tangan Friska, hal itu lantas membuatnya terkejut, ia pun memandang Malvin.

"Stop diemin gue," lirih Malvin pelan sembari menatap Friska lekat. "Gue sayang lo dan nggak suka lo diem."

Friska dapat mendengar itu, ia seketika menjadi gugup sendiri, padahal hanya kata-kata singkat, dari sikapnya dapat ditebak jika dia sedang salah tingkah.

Friska melepaskan tangannya dari Malvin, ia berdiri dengan canggung.

"Gu-gue duluan," pamit Friska, lalu pergi begitu saja, tidak menunggu persetujuan dari kedua sahabatnya. Malvin hanya terkekeh.

P. Sycho [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang