"Happy Reading"
Saat ini jam menunjukan pukul 23:55, dimeja yang sudah disediakan terletak sebuah kue serta lilin. Sungguh, ini baru pertama kalinya dia membeli kue dan lilin untuk ulang tahunya. Malvin duduk disebelah Friska lalu memegang tangan gadis itu.
"5 menit lagi Ris," lirihnya.
Tittttt...
Garis di mesin pendeteksi jantung, yang tadi teratur malah berubah menjadi lurus dan mengeluarkan suara.
Sontak hal itu membuat Malvin kaget, dia langsung menekan tombol darurat. Kenapa hal ini terulang kembali! Sungguh, Malvin kembali dibuat menangis saat ini. Kapan gadisnya akan sadar, tinggal 2 menit lagi!
Semua dokter dan Suster langsung datang dan menangani Friska. Rasanya tubuh Malvin lemas. Ia tak sanggup menahan semuanya lagi.
Sedangkan Dokter sedang berusaha membuat detak jantung Friska kembali lagi. Sudah berulang kali mencoba, namun hasilnya nihil.
"Sepertinya pasien telah tiada," ucap dokter pada suster yang lain. Dokter Zean merasa bersalah karena tak bisa menyelamatkan nyawa pasiennya.
Malvin yang mendengar itu langsung berlari kesamping Friska. Lalu memeluk gadisnya itu dengan tangisannya."Bangun Ris, jangan tinggalin gue," lirih Malvin.
"Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin," ucap Dokter Zean.
"Permisi Tuan, kita harus membawa pasien keruang yang sudah ditentukan."
Malvin menggeleng. "Dia pasti bakalan sembuh Dok, dia nggak meninggal, dia cuman tidur! Iya kan Ris?" tanya Malvin sambil menghelus-helus rambut Friska. "Semenit lagi Ris," lirihnya.
"Maaf sebelumnya, anda harus keluar terlebih dahulu," lirih dokter.
Suster dan yang lainnya disuruh untuk menarik agar Malvin menjauh. Malvin masih setia mengengam tangan sang pacar, dia tidak ingin berpisah dari Friska.
Kai, dan Risky yang melihat itu langsung menghampiri Malvin. Dokter menyuruh Malvin menjauh, tanpa banyak omong dan bertanya, mereka pun menarik MalMalvi
"3 detik lagi Ris!" teriak Malvin.
1
2
3
Deg!
Saat ia akan berbalik, sebuah tangan menahannya. Reflek, Malvin berbalik dan mendapati Friska dengan mata terbuka.
"Riska," lirih Malvin.
"Pasien kembali, dok!" seru seorang suster.
Malvin dan yang lain disuruh agar keluarga sebentar. Demi Friska, Malvin pun ingin keluar, sungguh, dia bahagia. Tepat pada jam 00:00 jam dimana umurnya bertambah satu tahun menjadi 19 tahun dan gadisnya kembali sadar. Sungguh, Malvin tidak bisa menutup kebahagiaan ini.
Penanganan kembali dilakukan. Akhirnya Friska sadar kembali meski banyak proses dilalui. Setelah itu, dokter keluar untuk menemui semua orang yang menunggu. Dengan senyum lega ia mengucapkan kabar gembira.
"Alhamdulillah, pasien telah sadar sekarang," ucap dokter.
Semua membulat kaget serta terharu, terlebih Malvin. Ia merasa ini mimpi namun ia tidak tidur.
"Alhamdulillah!" seru semuanya histeris. Ternyata doa mereka selama ini terkabul. Akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan Friska.
"Friska kita sadar Ki!" teriak Adel histeris. Risky mengangguk lalu memeluk sahabatnya itu.
Ya. Mereka sama sekali belum pulang, kecuali Aline, Airin dan Arzan, karena mereka sudah mengambil alih untuk menjaga Friska terlebih lagi Malvin.
Kata dokter, keadaan Friska masih sangat lemah. Jadi hanya sedikit orang yang bisa masuk. Maka mereka memutuskan Malvin lah yang duluan masuk baru yang lain akan menyusul.
Kaki Malvin melangkah pelan masuk ke ruangan Friska. Saat menutup pintu, ia menatap seseorang yang tengah berbaring di ranjang.
Suara hentakan kaki terdengar jelas sekali. Namun ia terus berjalan mendekati ranjang Friska. Sesampainya di sana, ia melihat Friska yang menutup mata. Ia ragu, apakah Friska benar-benar sudah sadar.
"Ri-Riska," panggilnya lirih.
Perlahan kelopak mata Friska terbuka. Kemudian mengerjap dan tatapannya langsung jatuh pada wajah Malvin
"Ma-Malvin," ucap Friska dengan suara serak. Ia merasa sedikit sakit pada tubuhnya.
Mata Malvin tak mampu membendung air matanya. Ia langsung memeluk Friska dengan lembut. Karena ia tau kalau tubuh Friska masih sakit. Friska pun membalasnya.
"Ha-happy Birth-birthday," ucapnya dengan suara serak.
"Thankyou," balas Malvin disertai senyuman.
Malvin melepas pelukannya. Lalu menatap lekat wajah pucat pacarnya itu.
"Gue kangen banget sama lo," lirihnya.
"Iya, gue tau kok, gua ngangenin," ucapnya sombong.
Malvin berdecak sebal, sikap songong Friska kembali muncul. "Nggak usah songong lo!" ketus Malvin. Friska hanya cengengesan melihat itu.
Saat melihat air mata Malvin. Dia langsung menghelapnya dengan tangannya. "Jangan nangis! Gue kan udah bilang!" ketus Friska.
"Siapa sih yang nggak nangis kalau pacarnya sakit!"
"Iya, maaf karna bikin lo khawatir."
"Gua maafin, tapi, lain kali jangan buat gue jantungan!" kesel Malvin.
Friska terkekeh pelan. "Maaf," lirihnya. Malvin tersenyum lalu kembali memeluk Friska.
"Jangan ninggalin gue," lirihnya.
_____________________________________
DITUNGGU YA KELANJUTAN CERITANYAAAA^^
TETAP SEMANGAT BACA PART SELANJUTNYA^^
JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN DAN VOTE, KARENA ITU YANG AUTHOR TUNGGU DARI KALIAN^^
JANGAN LUPA JUGA BUAT SHARE KE TEMAN KALIAN, BIAR MEREKA JUGA BISA BACA CERITA INI^^
salam dari author,
Anggi rhyu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
P. Sycho [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca ya] [Update tiap hari Jum'at, kalau gak Update berarti lagi galau] BELUM DIREVISI SEJAK 2020. Malvin tersenyum miring. "Lo mau gue bunuh?" "Kalo diganti sama ciuman?" "Diterima. Gue bakalan buat bibir lo memerah alami." **...