28-Tidak asing

9.4K 982 76
                                    

Baca note dibawa okeeee?❤

Yang lagi Ujian, stop dulu bacanya, kerjain dulu, entar dilanjut bacanya
👍❤

"Happy Reading"


Friska terbangun, matanya mengerjap-ngerjap, melihat kesemua sudut kamar Malvin. Tidak ada siapa-siapa disana. Dimana Malvin?

Friska berdiri, ia ingin sekali mandi, badannya serasa lengket, pengen pulang, tapi Malvin belum mengizinkan, entahlah kenapa. Lagi pun jika dia mandi dia harus memakai baju apa?

Friska duduk, sembari mengumpulkan semua nyawanya. Nampaknya, ia sedang mengingat mimpinya, seperti yang dilakukan banyak orang setelah bangun tidur. Saat kesadarannya hampir terkumpul, ia pun berdiri, menuju lemari besar Malvin, untuk mencari apakah ada baju yang pas untuknya. Dia berjalan bergontai-gontai.

Setelah sampai disana terdapat dua lemari besar, ia pun memilih sisi yang kiri, tangannya membuka lemari itu secara perlahan. Lalu ...

"Aaa!" Friska berteriak kaget dengan perasaan takut, dia mundur lalu duduk di ranjang dengan tangan memegang selimut yang menutup wajahnya. Ia benar-benar takut saat ini. 

***

Malvin sedang berbicara bersama Maidnya, untuk Segera mencari tau siapa pelaku dibalik semua ini.

"Hidup atau mati, dia harus segera berhadapan dengan saya, apakah kalian mengerti?" tanya Malvin dengan tegas.

"Mengerti Tuan, kita akan berusaha menemukan jejak-jejak pelaku itu," ucap salah satu Maid dengan sopan.

"Baiklah, sesegera mungkin kalian mencari—"

"Aaaa!"

Malvin dan yang lainnya lantas kaget mendengar teriakan itu. Teriakan itupun sepertinya berasal dari kamar Malvin.

"Friska?"

Malvin segera berlari dengan cepat menuju kamarnya, diikuti oleh kedua Maidnya. Sesampai didepan pintu, Malvin membuka pintu itu dengan kasar, lalu nampaklah seorang gadis tengah menutupi dirinya dengan selimut, disertai isakan kecil.

Malvin sontak kaget, lalu berlari menghampiri gadis itu.

"Lo kenapa?" tanya Malvin.

Friska membuka selimutnya. Lalu memeluk Malvin dengan erat.

"Huaaa! Kalau mau bunuh orang jangan disimpen dong kepalanya!" ujar Friska disertai isakan.

Malvin lantas binggung. Friska menunjuk ke lemari nya yang terbuka lebar, disana bermacam-macam kepala manusia maupun tengkorak telah tertata rapi. Detik berikutnya ia nyengir.

"Ya sorry, soalnya nggak afdol kalau nggak nyimpen kepalanya."

Friska memukul-mukul dada Malvin kesal. "Gue takut bangsat!"

Malvin kembali nyengir. "Gue kan udah minta maaf."

Friska menjauhkan dirinya dari Malvin, sembari menatap tajam cowok itu.

"Lo masih bunuh orang ya?" tanya Friska curiga.

"Hah? Ya nggaklah, kan lo ngelarang gue. Tapi beda cerita kalau gue hilaf."

"Bangke lo! Mending jangan bawa gue kerumah lo, kalau ada begituan!"

"Yaelah, gue minta maaf, lagian itu kepala manusia lama kok, cuman gue nggak sempet buang aja." Pandangan Malvin beralih pada dua Maid yang berdiri didepan pintu. "Kalian juga, kenapa nggak buang itu kepala?"

"Maaf Tuan, kita lupa karna tugas baru yang Tuan berikan," ucap salah satu maid.

Malvin berdecak. "Yaudah, nanti langsung dibuang itu. Dikubur maksudnya, terserah dimana."

P. Sycho [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang