Makan tebu
Pake nasi
Ini hari Minggu
Yaudah, ngasi tau doang, sih"Happy Reading"
Friska meremas-remas jari-jarinya gugup, ia tak menyangka akan berada di situasi seperti ini. Pikiranya tengah bergulat memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Lamunan Friska buyar saat mendengar sebuah langkah kaki. Pandangan Friska beralih menatap keberadaan dua Polisi yang tengah memasuki cafe tersebut. Bahkan, nampaknya Pelayan yang ingin membantu Friska tadi baru saja mau menelpon Polisi. Namun, kenapa Polisi tiba-tiba datang?
Pandangan Friska menangkap seorang pria yang tak asing baginya. "Alby?" gumam Friska.
Bahkan dengan baru saja memasuki cafe itu. Alby segera mendapatkan keberadaan Friska yang terdapat orang aneh di belakangnya, cowok itu segera melangkahkan kakinya menuju Friska yang terlihat kebingungan. Alby tanpa segan memeluk Friska dengan perasaan cemas. Nyatanya, dia tau apa yang terjadi, dia sempat mengikuti Friska karna takut jika terjadi apaapa pada Friska dan benar saja saat ia mengikuti Friska, dia juga melihat ada seseorang yang juga mengikuti Friska. Entahlah siapa, dia hanya ingin Friska baik-baik saja, setelah mengamati kemana Friska akan pergi ia lalu segera menghubungi Polisi.
"Lo gak apa-apa?" bisiknya. Friska mengangguk, Alby melepaskan pelukannya. Beruntung dia tidak terlambat.
Friska menatap Alby lekat. "Lo, kenapa bisa di sini?"
Alby tersenyum. "Firasat gue yang membawa gue ke sini."
"Al--" Pandangan mereka beralih pada Polisi yang tengah membawa si pelaku misterius yang terlihat tak ada pergerakan ingin kabur sama sekali. Polisi itu membawa si pelaku berada di hadapan Friska. Ia nampak memandang sinis Friska, hal itu membuat Friska gugup bukan main, kakinya melangkah perlahan mundur. "Terimakasih atas laporan yang anda ajukan." Polisi dan Alby berjabatan tangan. "Sesuai laporan. Kami akan menindaklanjuti kejadian ini. Saya berharap, semoga hal ini tidak lagi terjadi terhadap anda maupun orang lain, jika pun terjadi tolong segera melapor. Sekali lagi, terimakasih atas bantuannya," ujar Polisi itu. Friska tersenyum. Polisi itupun pergi.
Namun, senyum Friska luntur saat tiba-tiba pelaku itu membisikan sesuatu padanya. Itu terdengar seperti Have fun, don't be strong. Apalagi disertai senyuman horornya, itu benar-benar membuat Friska merinding. Alby yang melihat Friska masih ketakutan langsung membawanya meninggalkan tempat itu se-segera mungkin. Sebelum itu, ia sempat berterimaksih pada Pelayan.
Mereka telah berada di dalam mobil milik Alby, untung ia sudah cukup umur untuk mengendarai. Pandangan Alby beralih pada Friska sebelum menjalankan mobilnya. Ia tersenyum tulus. "Jangan takut."
Friska membalas tatapan itu, lalu membalas senyuman Alby. Friska mengangguk. "Makasih."
Alby hanya mengangguk dan tersenyum. "Anter gue ke rumah Malvin, bisa? Gue bakalan arahin." Alby nampak diam sesaat. Friska mengigit bibirnya cemas melihat itu. Alby hanya membalas Friska dengan senyuman, Friska bernafas lega.
Hening! Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka dengan pikiran yang saling beradu. Alby melirik Friska sekilas. "Kalian ngapain cari tau tentang psikopat-psikopat, gitu?" tanya Alby memecahkan keheningan.
Friska melotot mendengar itu. Ia segera membuat dirinya bersikap biasa saja, lalu melirik Alby dengan senyuman. "Ah, gak ada yang penting kok. Kita cuman abis nonton film Psycho gitu, jadi pengen cari tau aja karena kayanya menarik."
Friska memandang Alby, cowok itu tak menjawab, bahkan tak terlihat ekspresi. "Gue boleh kasih saran?" tanya Alby dengan mata yang terus fokus pada jalanan.
Friska diam sesaat, matanya masih menatap Alby, kali ini dengan tatapan heran. "Saran dalam?"
Mobil Alby berhenti di sebuah rumah yang besar. Alby melirik Friska sekilas. "Gue punya Kakak sepupu."
KAMU SEDANG MEMBACA
P. Sycho [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca ya] [Update tiap hari Jum'at, kalau gak Update berarti lagi galau] BELUM DIREVISI SEJAK 2020. Malvin tersenyum miring. "Lo mau gue bunuh?" "Kalo diganti sama ciuman?" "Diterima. Gue bakalan buat bibir lo memerah alami." **...