2 - Beralasan

27.7K 2.5K 189
                                    

"Happy Reading"

Malvin yang tengah menyetir sesekali diliriknya gadis yang duduk heboh disebelahnya. Gadis itu nampak asik berjoget-joget tanpa tau malu, dengan mendengarkan musik dari sebuah grup Kpop.

Perlahan kedua sudut bibir Malvin terangkat membentuk senyuman kecil. Ia dapat memastikan bahwa Friska adalah gadis yang ceria dan ... menyenangkan. Tentunya.

"Lo tau gak, fakta yang benar adanya." Malvin berucap dengan mata menatap lurus ke depan. Mereka sudah melewati perjalanan jauh hingga telah sampai pada perkotaan.

Friska melirik Malvin dengan senyuman sok manisnya. "Apa tuh."

Malvin tersenyum. "Lo bodoh dan gak punya otak." Friska menatap Malvin kesal, bisa-bisanya dia di gituin sama cowok kaya Malvin. "Lo mau tau, kenapa gue ngomong kayak gitu? Padahal ini kali pertama kita bertemu."

Friska nampak berfikir singkat, kemudian mengangguk. Detik berikutnya ia dapat melihat senyuman miring milik lelaki tersebut yang terkesan ... gimana-gimana gitu. Friska tersenyum melihatnya, itu--senyuman Malvin-- benar-benar menarik Friska untuk menyukai Malvin.

"Seorang perempuan yang meminta pertolongan agar gue nganterin dia pulang, yang padahal lelaki yang nganter dia adalah ... pembunuh." Malvin melirik Friska yang tiba-tiba saja terdiam.

"Padahal, dia ngeliat sendiri lagi, dan bahkan gue bener-bener berfikir bahwa dia udah bosan dengan kehidupannya ... gue iba. Jadi, pengen tuntaskan perasaan bosan dalam hidupnya."

"Menurut lo, gimana?" Malvin tersenyum penuh kemenangan saat melihat gadis itu terdiam tak berkutik. Sepertinya nyali sok beraninya itu tiba-tiba menciut.

"Kalau gue sih, gue bakalan kasih duit 5M, terus turunin dia di pinggir jalan. Sangat mudah." Friska berucap tanpa beban, namun tentunya terdapat sedikit beban terhadap nyawanya.

Malvin berdecih. Dengan senyuman yang tentunya tak pernah lepas dari wajah tampannya itu.

Friska menatap Malvin dengan diam. "Kalau dipikir-pikir, iya juga sih, kok gue tolol banget?" tanya Friska pada dirinya sendiri. Lalu detik berikutnya Friska tersenyum. "Gue udah ngambil rekaman lo, waktu lo bunuh orang itu, bay the way. Baswey."

Malvin tersentak kaget mendengarnya. Ia menatap Friska remeh. "Gue gak percaya, buktinya mana? Lo aja baru datang sambil teriak, mana ada megang ponsel."

Friska berdecak sebal. "Kalau gue tunjukkin ponsel gue, lo bakalan ambil ponsel gue, terus ngehapus bukti yang gue dapat. Kalau lo berbuat jahat dan berniat bunuh gue, dengan sekali klik gue kirim ke sosmed," ujar Friska songong. "Kebetulan followers gue lumayan banyak."

Malvin berdecak sebal. Gadis itu sama sekali tak pantas untuk dipercaya. "Gue tau lo bohong. Dan gu--"

"Ah iya, gue juga indigo loh. Gue bisa minta bantuan sama temen-temen ghaib gue kalau perlu, sih, atau pas lo bunuh gue, gue bakalan gentayangan dan kasih pesan sama keluarga gue kalau gue dibunuh sama lo." Friska berdecih, ia tersenyum melihat raut wajah Malvin yang terlihat tanpa ekspresi, entah apa yang dipikirkan oleh cowok itu.

Pandangan Friska beralih pada sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya. "STOPP!" Sebuah teriakan berhasil membuat Malvin kaget, lalu dengan segera menghentikan mobilnya secara mendadak. Hal itu tanpa sengaja membuat kepala Malvin kejedot. Friska sedikit tertawa saat melihat Malvin yang tengah meringis kesakitan. "Sialan lo!" Malvin menoleh kesal pada Friska yang hanya cengengesan.

Friska menangkup kedua tangannya seperti sedang memohon lalu membuat ekspresi yang terlihat menyesal, nyatanya tidak. "I'm sorry ganteng."

Malvin hanya menatapnya dengan datar. "Mau apa lo?"

P. Sycho [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang