15-Harus Dipertahankan

15.8K 1.7K 88
                                    

"Happy Reading"

"Kita nikah nanti kamu jangan galak-galak ya," bisik Malvin hingga membuat Friska terdiam sejenak.

"Kejauhan Malvin!" desisnya. Malvin hanya terkekeh pelan.

"Dulu lo pengen banget nikah, mungkin karna ada mantab-mantabnya ya?" tanya Malvin menggoda.

Friska dibuat kesal oleh Malvin dia langsung mencubit pinggang laki-laki itu hingga membuatnya meringis kesakitan. "Sekali lagi lo ngomong, gue potong mulut lo!" bisik Friska penuh penekanan.

Malvin menelan susah payah ludahnya, dia langsung sedikit menjauh dari Friska, lalu terdiam. Friska menahan tawa melihat ekspresi menggemaskan pacarnya itu. 'Psikopat kok takut dipotong," batinya terkekeh.

Beberapa menit kemudian, mereka pun selesai mrmakan-makanan yang disediakan. Mereka semua berbincang-bincang tentang hubungan dan pertemuan Malvin dan Friska, serta masa kecil Malvin.

"Kamu tau nggak sih, kebiasaan Malvin waktu kecil itu mandi lumpur," ucap Airin.

Malvin melotot mendengar itu. "Ma!"

"Hm, Malvin kenapa bisa datar dan dingin ya Tan? Kok beda banget sama Tante dan Om."

"Tante juga nggak tau ya, tapi mungkin aja karna waktu Tante ngandung Malvin, Tante suka banget makan es batu!"

"Jadi, Malvin lahir dari pengaruh es batu?" tanya Malvin dingin.

"Iya," jawab mereka dengan bersama.

"Sial!" gumamnya.

Semuanya tertawa melihat itu. Friska, Airin dan Arzan tertawa mendengar cerita pertemuan Friska dan Malvin, dan tertawa karena cerita Malvin waktu masih kecil.

Malvin yang melihat itu tersenyum, dia lega bisa berkumpul dengan orang-orang yang dia sayang. Dia bahagia melihat gadisnya akrab dengan kedua orang tuanya. Dia berharap, tidak ada yang memisahkan mereka dan menghancurkan kebahagiaannya ini lagi.

***

Malvin dan Friska tengah berada dimobil, senyuman gadis itu tak pernah memudar sedari tadi. Malvin yang melihat itu pun ikut tersenyum.

"Lo seneng banget ya?" tanya Malvin yang membuka suara terlebih dahulu.

Friska menoleh dengan senyuman manisnya. "Banget, gue seneng udah bisa ngenal orang tua lo dan lo! Gue harap, nggak ada yang ngambil kebahagiaan gue!"

"Nggak akan ada yang bisa, kalau pun bisa, dia akan berhadapan sama gue," ucap Malvin, tetapi matanya tetap menghadap lurus, karena dia sedang menyetir. Sesekali melirik gadis disebelahnya ini.

"Tapi gue takut, kalau suatu hari nanti, kita berpisah atau_"

"Udah, diem," peringat Malvin lembut.

"Tapi kita kan nggak tau takdir," lirih Friska.

"Diam Friska!" pringatnya dengan penuh penekanan sembari mengerem mendadak. Hal itu membuat Friska terpelonjar kaget, lalu merasa takut saat melihat wajah Malvin yang memerah.

Pria itu benar-benar tidak suka dengan orang yang terlalu memikirkan hal buruk dengan jauh, baru bahagia, dia tidak ingin kembali dibuat kecewa.

Malvin menatap Friska tajam, dia mengambil pisau kecil disakunya, lalu mengambil tangan Friska dengan paksa.

Srett!

"Awss ..., Mal-malvin." Friska meringis kesakitan saat Malvin membuat huruf 'M' ditangannya.

P. Sycho [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang