"Happy Reading"
"Mau apa kamu?" tanya Bram. "Kenapa kamu deketin anak saya?"
"Karna saya cinta sama Friska," ucap Malvin dingin.
"Apa iya, atau kamu cuman ingin mempermainkan hidup Friska lalu kamu bunuh seperti para perempuan diluar sana yang sudah kamu bunuh!"
"Tidak, saya tidak pernah berniat membunuh lagi dikarenakan anak anda. Tapi, saya tidak menyangka jika Papinya sendiri adalah Psikopat," ucap Malvin santai.
"Dulu saya memang psikopat, tapi, sekarang saya sudah meninggalkan itu semua demi keluarga saya!"
"Wah, saya juga seperti itu, saya meninggalkan psikopat demi anak anda, masa depan dan keluarga saya!"
"Jika Friska tau, dia pasti bakalan sakit hati, karna kamu sudah membohonginya!"
"Tenang saja, anda tidak perlu khawatir, Friska sudah mengetahui identitas asli saya, karena itulah saya lebih memilihnya dibandingkan membunuh orang."
"Ck, saya masih kurang percaya pada kamu!"
"Bagaimana bisa? Kita dulu adalah patner membunuh, lalu kenapa anda sekarang malah tidak mempercayai saya? Sedangkan anak anda saja sangat percaya kepada saya!"
"Friska gadis polos, dia akan percaya kepada siapa saja!" bantah Bram.
"Tidak selugu dan sepolos itu hingga menerima saya apa adanya."
"Ck, saya curiga, jika kamu penyebabnya Friska dan keluarga saya hancur!"
"Jaga omonganmu anda! Saya sangat menyayangi anak anda, tidak mungkin saya ingin membunuh Friska, bahkan membuatnya ketakutan seperti ini!"
"Semua bisa terjadi! Tidak ada yang tidak mungkin!"
"Tapi itu nyatanya, tidak mungkin saya mengkhianati anak anda, sedangkan saya dan anak anda begitu saling mencintain!" bantah Malvin. "Oh, atau mungkin, ini akibat perbuatan masa lalu anda yang sama suka membunuh seseorang yang tidak bersalah? Bahkan dalam hal sepele pun bisa nyawa menjadi taruhannya?"
"Jangan ngada-ngada kamu, itu tidak mungkin!"
"Menjadi pembunuh bukanlah mudah, bisa saja orang yang ingin anda bunuh belum tiada, hingga membuatnya kembali bangun dan membalas dendam? Atau mungkin, musuh anda yang telah anda hancurkan hidupnya malah balas dendam?"
Ya. Mereka berdua adalah patner dalam membunuh, mereka sangat kompak hingga membuat polisi mana pun sangat sulit menemukan mereka dikarenakan otak mereka sangat cerdik. Namun, mereka berpisah dikarenakan keegoisan mereka.
Mereka saling tidak ingin mengalah, hingga membuat persahabatan membunuh mereka hancur. Jadi, mereka kembali membunuh orang-orang, tapi bedanya, mereka memiliki mangsa ataupun korban masing-masing sendiri.
Bram berdecak kesal. "Itu tidak mungkin! Dan satu lagi, saya harap, anda tidak mengatakan masa lalu saya! Kita memang satu tujuan dulu, namun sekarang, anda telah menjadi orang yang dicintai anak saya! Jangan pernah anda menyakiti dia!"
"Saya tidak akan pernah menyakitkan orang yang saya sayang!"
"Terserah, intinya, jika kamu menyakiti Friska, akibatnya akan sangat fatal!"
"Saya akan menerima konsekuensinya. Tapi, saat ini tidak akan ada yang lebih penting dari keselamatan Friska dan identitas asli pelaku misterius itu!"
"Baiklah, saya akan mencoba percaya kepada anda. Tetapi, jika masalah keselamatan Friska, saya siap jika harus bersatu demi melindungi Friska!"
"Bagus, kita bersatu hanya untuk keselamatan orang yang kita sayang. Pemikiran dewasa."
"Saya harap, anda tidak pernah berniat untuk melukai anak saya!" ucap Bram.
"Itu pasti, saya akan selalu berada disamping Friska, dan akan selalu mencintainya, bukan melukainya."
"Pa! Vin!" teriak Friska sembari berlari kecil kearah mereka.
Mereka yang melihat itu mengatur ekspresi dan posisi, lalu tersenyum manis kearah Friska.
"Kalian udah selesai bicaranya?" tanyanya.
"Udah sayang," jawab Bram.
"Yaudah, yuk masuk!"
"Iya, Papi masuk dulu," pamit Bram sambil mengacak-ngacak gemas rambut Putrinya, lalu berjalan masuk, sesekali memandang Malvin dengan sinis.
"Vin!" panggil Friska.
Malvin mendongak kebawa, menatap wajah gadis itu. "Kenapa?"
"Papi tadi ngapain lo?"
"Ngapain apanya?"
"Nggak nonjok atau kentutin lo kan?"
Malvin terkekeh melihat wajah mengemaskan gadis ini dan pertanyaan yang dilontarkannya. Dia mengacak-ngacak rambut Friska gemas. "Nggak kok, Papi lo baik," ucap Malvin.
"Beneran?"
"Iya."
"Seriusan? Nggak bohong kan?"
"Nggak sayang," ucap Malvin lembut.
Friska pun tersenyum lebar. Lalu mengengam tangan Malvin. "Ayo kita masuk!" teriaknya sambil menarik Malvin masuk kedalam.
Setelah makan bersama. Malvin dan Friska duduk ditaman halaman rumah Friska, suasana saat ini sangatlah damai."Vin!"
"Hm."
"Besok gue boleh sekolah kan?" tanya Friska antusias.
Malvin nampak berfikir sebentar, lalu menoleh gadis itu. "Boleh, asalkan lo jaga kesehatan."
"Siap, gue bakalan jaga kesehatan!"
"Pinter." Malvin memiringkan kepalanya kebahu gadis itu, lalu bersandar disana. Sedangkan Friska menghelus-helus lembut rambut Malvin.
***
Malvin dan Friska saat ini sedang berada disekolah, mereka sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas Friska.
Sungguh, mereka sangat merindukan sekolah, sudah lama mereka tidak sekolah akibat Friska sakit. Semuanya menatap mereka bersahabat. Semuanya menyambut baik dan meriah kedatangan Friska. Gunanya agar gadis itu bahagia dan tidak memikirkan hal yang tidak baik.
"Anjir, gue ngerasa jadi ratu!" teriak Friska.
"Ratu empang kali ah," cibir Abdul.
"Dih, sirik aja lu!" balas Friska.
Mereka hanya tertawa melihat itu. Setelah puas, Friska pun memasuki kelasnya, lalu duduk seperti biasa. Sedangkan Malvin mengikutinya, karna jam pelajaran juga belum dimulai.
"Gimana?" tanya Malvin.
"Gue seneng banget bisa sekolah lagi!" teriak Friska antusias. "Gue bener-bener bahagia!" lanjutnya.
"Bagus deh ka_"
Ucapan Malvin terpotong saat ponsel Friska berdering. Ia pun langsung mengangkatnya.
"Halo."
"Iya, ada apa Pi?"
"Mami kecelakaan!"
Deg!
_____________________________________
DITUNGGU YA KELANJUTAN CERITANYAAAA^^
TETAP SEMANGAT BACA PART SELANJUTNYA^^
JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN DAN VOTE, KARENA ITU YANG AUTHOR TUNGGU DARI KALIAN^^
JANGAN LUPA JUGA BUAT SHARE KE TEMAN KALIAN, BIAR MEREKA JUGA BISA BACA CERITA INI^^
salam dari author,
Anggi rhyu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
P. Sycho [TAHAP REVISI]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca ya] [Update tiap hari Jum'at, kalau gak Update berarti lagi galau] BELUM DIREVISI SEJAK 2020. Malvin tersenyum miring. "Lo mau gue bunuh?" "Kalo diganti sama ciuman?" "Diterima. Gue bakalan buat bibir lo memerah alami." **...