Chapter 17

269 29 0
                                    


Amanda keluar malam untuk mencari udara segar, dirumah Amanda terasa panas ketika mendengarkan pertengkaran kedua orangtuanya. Ia benar-benar malas untuk tetap di rumah.

Duduk di taman yang ada di perumahaanya membuat Amanda merasa tenang, ia memasang earphone di telinganya, kemudian ia menyetel lagu favoritnya berjudul Secukupnya-Hindia. Sambil menikmati lirik lagu tersebut Amanda memejamkan matanya, merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

•••••

"Lama banget sih lo belanjanya!" Sembur Erlangga pada Aila.

Aila baru saja keluar dari supermarket, membeli cemilan untuk  dirinya. "Bingung Bang mau beli apa aja, tadi titipannya mami juga banyak, belum jajanan Arlan sama Bang Er," keluh Aila.

"Lo udah membuat orang tampan nunggu, berdosa lo!"

Aila memutar bola matanya malas. "Bodo, suruh siapa lo nunggu disini!" Aila menyodorkan dua kantong kresek yang berisikan blanjaannya. "Nih bawa bang, ayo pulang."

Erlangga menganguk nurut, ia menerima kantong kresek lalu ia cantolkan ke cantolan montor maticnya.

"Bang, mampir ke taman yuk. Gue pengen beli jagung bakar Bang," ajak Aila.

Erlangga yang sedang memakai helm, menoleh ke arah Aila. "Lo beli sendiri aja, gue tunggu disini."

Aila cemberut kesal. "Gak mau nemenin?"

Erlangga mengeleng, menaruh helmnya lalu mengeluarkan ponselnya.

"Bang! Cuma deket samping minimarket ini doang, masa gak mau nemenin," rengek Aila sambil menarik-narik kaos Erlangga.

Erlangga berdecak. "Justru deket, gak perlu gue temenin Aila kusuma wardani. Lo tinggal jalan gue tunggu sini," gemas Erlangga.

"Hobi banget sih nganti-ngati nama orang, dasar Juki!" Pekik Aila kesal, tak terima abangnya memplesetkan nama lengkapnya.

"Dah, sana beli jagung bakar sekalian gue juga di beliin!" Usir Erlangga.

Aila menarik tangan Erlangga agar mau menemani dirinya. "Bang temenin napa, ntar orang ngira gue jomblo kalau jalan sendirian."

Erlangga melirik adiknya sekilas. "Lah, emang lo jomblo."

"Bang!" Teriak Aila kesal. "Bang serius ah, gue gak mau jalan sendirian gue takut di godain sama om-om, emang Abang mau adiknya yang cantik nan manis ini dilirik sama om-om?" Heboh Aila.

Erlangga mengehela nafas, Aila memang manja. Dari kecil kemana-mana selalu di temani, entah itu sama Arsen, Dania atau sama Erlangga ataupun sama Arlan saudara kembarnya. Bahkan cuma mau membeli jagung bakar yang jaraknya sangat dekat dengan minimarket, Aila meminta Erlangga menemaninya.

"Gue awasin lo dari sini, kalau ada yang berani macem-macem sama lo, gue bakal..." Erlangga sengaja menjeda ucapannya sambil berpikir.

"Bakal hajar orang itu tanpa ampun?" Tebak Aila.

Erlangga mengeleng. "Gue ajak kenalan, siapa tau dia berniat jadi adik ipar gue," ujar Erlangga mengoda adiknya.

Wajah Aila sudah merah menahan emosinya yang ia tahan, jika saat ini dirinya sudah ada di rumah Aila pastikan bakalan nendang bokong abangnya sampai terjungkal. "Abang!" Teriak Aila, ia tak peduli orang-orang menatap dirinya aneh. "Tau ah, gue pergi sendiri. Dasar Abang jahat, gak punya hati! Makanya dari dulu sampe sekarang jomblo," setelah mengatai Erlangga Aila berjalan membeli jangung bakar yang ada di samping minimarket.

Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang