Amanda memandang seragamnya yang terkena noda minuman. Meski sudah di bersihkan namun noda dari minuman itu belum hilang sepenuhnya, karena ia hanya membersihkan dengan air.
Gadis itu mengehela nafas panjang, ketika mengingat kejadian di kantin beberapa jam yang lalu. Padahal ia dan Erlangga tidak ada hubungan apa-apa, tapi kenapa ia malah jadi kena serang sama cewek bernama Monica itu. Sebenarnya Amanda sudah menduga kejadian ini bakal terjadi, dimana ia akan di serang oleh fans Erlangga ketika mereka tau kalau Erlangga menyukainya. Ribet emang kalau berurusan sama cowok populer di sekolah kita, ada aja masalahnya.
Amanda mengeluarkan ponselnya untuk mengecek pesan whatsapp dari Mira. Karena tadi temannya itu akan mengantarkan jaketnya untuk Amanda menutupi seragamnya yang kotor, namun sampai sekarang batang hidung Mira tidak terlihat. Amanda memutuskan untuk keluar dai toilet, ia akan mencoba menghubungi Mira di luar.
Amanda menghentikan langkahnya ketika melihat sosok Erlangga yang menunggu di depan toilet wanita. Gadis itu menatap cowok itu dengan ekspresi juteknya, cowok itu tidak salah namun karena kepopuleran cowok itu Amanda jadi kena imbasnya. Lagian banyak siswi cantik di SMA Tribuana namun kenapa harus Amanda yang Erlangga suka?
Erlangga tersenyum kikuk sambil mengusap lehernya. Ia memperhatikan penampilan Amanda, dan benar kata Joan kalau gadis itu kadi korban ke-gilaan Monica. Erlangga jadi merasa tidak enak dengan Amanda.
"Ini jaket gue buat nutupin seragam lo yang kotor," ucap cowok itu sambil menyerahkan jaket jeansnya pada Amanda. Saat tahu bahwa Monica menyiram gadis itu dengan minuman es milik Nashwa, Erlangga langsung memarahi Monica. Cowok itu tak habis pikir dengan kelakuan Monica yang dari dulu selalu mengangu gadis yang dekat dengan Erlangga.
Amanda menerima jaket jens dari Erlangga, ia langsung memakainya.
"Sorry gara-gara Monica lo jadi...."
"Belum apa-apa gue udah kena serang fans lo," ucap Amanda terkekeh.
Erlangga menunduk merasa bersalah. "Sorry.."
"Bukan salah lo, jadi nggak perlu merasa bersalah. Cuma ya... Lo mesti tau kalau gue nggak suka sama kejadian ini, karena kita emang gak ada apa-apa tapi kenapa jadi gue yang kena amuk sama Monica?" Amanda memberi jeda ucapannya. "Jadi mulai sekarang lo nggak usah deketin gue lagi, gue nggak mau kalau sampai di labrak dengan alasan gue sama lo ada hubungan." Lanjutnya membuat Erlangga mengangkat kepalanya dengan terkejut.
"Nda...."
"Gue rasa perasaan lo ke gue itu cuma sementara, entar juga ilang sendiri kalau lo jaga jarak sama gue."
Erlangga menatap gadis itu tak percaya. "Kok lo bisa berpikir kayak gitu?"
Amanda mengidikan bahunya ia menatap lorong yang sepi, tak memperdulikan Erlangga.
"Lo masih ngeraguin perasaan gue Nda?" Tanya cowok itu.
Amanda tak menjawab.
Erlangga mengusap wajahnya frustrasi, melihat kebungkaman gadis yang ada dihadapannya. "Gue harus gimana biar lo yakin sama gue Nda? Apa harus gue teriak di tengah-tengah lapangan bilang kalau gue suka sama lo? Biar semuanya tau kalau gue serius, enggak bercanda."
Amanda menoleh. "Jangan gila lo!"
"Gue udah gila Nda. Karena lo."
Amanda berdecih. Ia melangkah pergi meninggalkan Erlangga. Namun sebelum dirinya benar-benar pergi, gadis itu membalikan badannya menatap Erlangga. "Jaket lo gue pinjem dulu entar kalau udah gue cuci gue titipiin ke Akbar."
🌻🌻🌻🌻
Pulang sekolah Nashwa dan Mira mengajak dirinya mampir ke cafe dekat sekolah. Amanda menceritakan tentang kejadian di depan toilet saat Erlangga meminjamkan jaket padanya, gadis itu cerita kepada dua temannya kalau dirinya sudah tidak mau berurusan lagi dengan Erlangga.
"Gila lo Nda! Cowok se-ganteng dan se-baik Erlangga lo sia-siain gitu aja?! Heran gue, emang tipe cowok lo kayak apa sih? Kayak mantan gue, Zayn Malik, apa kayak pacar gue Tay tawan?" Oceh Nashwa tak habis pikir dengan temanya itu. Padahal kalau di lihat-lihat lebih dalam, Erlangga itu cowok idaman. Amanda termasuk cewek beruntung bisa di sukai oleh Erlangga. Meski Erlangga suka mengoda gadis-gadis cantik di sekolah, namun Nashwa jarang melihat Erlangga serius mendekati seorang gadis.
"Akbar lo kemana in njir!" Mira menyonyor kepala Nashwa.
Nashwa berdecak. "Itu beda cerita Mir. Kalau Akbar mah, calon suami gue," balasnya sambil cengengesan.
Amnada mengehela nafas berat. Gadis itu mengaduk-aduk matchalatte dengan tatapan menerawang. Amanda tau Erlangga itu orang baik, cowok itu tidak seperti pikiran Amanda waktu pertama kali kenal dengan Erlangga. Kalau boleh jujur Amanda sebenarnya merasa nyaman saat Erlangga ada bersamanya, seolah-olah gadis itu merasa terlindungi. Tapi apa boleh buat? Ketakutan akan trauma di masa lalu yang menuntut gadis itu agar lebih berhati-hati dengan makhluk hidup yang bernama laki-laki. Apa lagi laki-laki buaya kayak Erlangga yang sukanya cari muka di depan cewek-cewek cantik.
Mira melirik ke Amanda. Yang sedang mengaduk-aduk minumannya. "Masih ada waktu buat lo yakinin perasaan lo terlebih dahulu, sebelum nantinya Erlangga bener-bener jauh dari lo."
Amanda mendongak, bibirnya menukik ke bawah, dan keningnya berkerut seolah memikirkan perkataan Mira barusan. "Masalahnya gue nggak ngerti cara nge-yakinin perasaan gue itu gimana.... Gue masih trauma sama mantan gue, gue takut kalau..."
"Amanda, Erlangga itu orang baik," potong Nashwa. "Jangan samain semua cowok kayak mantan lo si Dicky itu."
Mira menganguk setuju. "Kalau pikiran lo menilai semua cowok itu sama kayak mantan lo, kapan lo akan sadar dan mencoba menerima kenyataan bahwa di dunia ini enggak semua cowok itu sama."
"Jangan sampai lo nggak bisa ngelakuin apa yang lo inginkan cuma gara-gara rasa takut akan masa lalu Nda. Hidup itu terus berjalan, harusnya bisa ambil sisi positif dari kejadian lo sama Dicky. Allah baik sama lo, dia sayang sama lo. Anggep aja cara yang di lakukan Dicky sama lo itu, petunjuk dari Allah kalau Dicky itu nggak pantes buat lo. Karena lo terlalu baik buat cowok brengsek kayak dia," ucap Nashwa bijaksana. Membuat Mira dan Amanda memerjap sambil mendengarkan nasehat dari temanya itu.
Mira bertepuk tangan, sambil geleng-geleng kagum. "Gila nyet! Otak lo abis ke cuci apa gimana? Kok bisa ngomong kayak orang bijak, siapa yang ngajarin gue tanya?
Amanda terkekeh. Ia juga heran karena biasanya Nashwa tidak pernah berbicara seperti tadi. Entah apa yang di makan gadis itu sampai bicara seperti itu.
"Bisa nggak sih kasih apresiasi gitu ke gue, jarang-jarang lho gue ngeluarin kata-kata bijak kayak tadi!" Kesal Nashwa.
"Makasih Nahswa calon istri halunya Akbar." Balas Amanda membuat Nashwa tersenyum malu.
"Hihhhh genit banget sih lo, pantes Akbar ga tertarik sama lo," Mira mendelik melihat temannya itu yang ke-sem-sem kalau ada yang menyebut nama Akbar.
"Syirik aja lo syaiton!"
"Anjir..."
Belum ada semenit yang lalu mereka berdua berbicara mengunakan akal. Sekarang mereka sudah kembali menjadi Mira dan Nashwa yang asli. Amanda hanya bisa geleng-geleng melihat perdebatan kedua temannya.
"Nyesel gue muji kalian dalam hati, ternyata cuma sesaat warasnya."
"Nyesel gue punya temen kayak lo Nda. Omongannya udah ngalahin mie samyang, pedes!" Balas Mira. Bukannya marah Amanda justru tertawa, melihat itu Mira dan Nashwa pun ikut tertawa.
di sela-sela tawa Amanda gadis itu tengah memikirkan nasehat dari kedua temannya. Mereka benar... Dirinya terlalu takut untuk melakukan apa yang hatinya inginkan. Dan untuk perasaannya terhadap Erlangga, Amanda akan mempertimabangkan lagi.
Karena sebenarnya Amanda tak ingin menjauh dari cowok itu.
^_________^^_________^^_________^^
Terimakasih untuk kalian yg udh setia baca sampai part ini.
Love u so much......
Tetep jaga kesehatan ya!
Kalau suka dengan cerita ini. Boleh bgt share cerita ini ke temen-temen kalian. Ajak mereka buat mampir ke lapak ku◉‿◉
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Teen FictionErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...