Sepanjang masa pulang Erlangga tak henti-hentinya mengoceh, dari menceritakan tentang kelakuan adiknya yang mengerjai dirinya tadi pagi, sampai membahas hal tak penting untuk di bahas."Amanda," panggil Erlangga melirik kasa spion sekilas.
"Hmm."
"Coba deh lo lihat matahari yang mulai terbenam," suruh Erlangga.
Amanda menengok ke arah kanan, tepat arah matahari terbenam. Ia di buat tersenyum melihat langit yang tampak indah, karena terkena pancaran sinar matahari yang mulai terbenam. Erlangga pun ikut tersenyum ketika Amanda pun tersenyum.
"Indah ya Nda," ucap Erlangga.
"Iya," jawab Amanda yang masih menatap langit berwarna orange.
"Senja kalik ini kalah sama senyuman lo Nda," ucap Erlangga membuat Amanda termenung. "Indahnya senja gak seberapa di bandingin sama indahnya senyuman lo, Nda."
Amanda diam sebentar, lalu ia menatap kaca spion Erlangga. "Gue gak baper sama gombalan lo!" Sengitnya.
Erlangga terkekeh sebentar. "Gue gak lagi gombal, gue serius. Lagian kalau lo baper gue siap kok tanggung jawab," ucapnya di sertai kekehan kecil.
Amanda tak segan menabok punggungnya. "Tampang playboy kayak lo mana bisa di percaya. Gue yakin pasti banyak cewek yang udah jadi korban dari gombalan lo itu," ujarnya. "Cowok kayak lo mana bisa dipercaya."
Harusnya Erlangga tersinggung. Harusnya Erlangga marah. Tapi tidak, cowok itu justru tertawa keras, membuat orang-orang menatapnya dengan aneh, begitu pun Amanda.
"Lucu banget sih lo Nda, jadi makin gemes gue," ujarnya.
"Humor lo aja yang terlalu rendah, gue padahal gak lagi ngelawak," ucapnya judes.
Erlangga geleng-geleng, ia semakin di buat jatuh hati dengan Amanda.
"Dari tadi kenapa gak nyampe-nyampe sih?! Sengaja kan lo, lama-lama in biar bisa nempel sama gue?!"
"Nda jangan teriak-teriak napa, malu Nda di lihat orang. Di sangka nanti rumah tangga kita gak akur lagi," ucap Erlangga nyeleneh.
"Erlangga!" Pekik Amanda kesal. "Gue mau pulang sekarang! Cepatan bawa motornya!"
"Syap bidadari,"
Erlangga melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Amanda menjerit histeris. Cewek itu dengan tak sadar melingkarkan tanganya ke perut Erlangga, menyembunyikan kepalanya di punggungnya.
°•°•°•°
"Kampret lo! Mau bunuh gue?!"
Amanda turun dari jok motor Erlangga, cewek itu tak henti-hentinya mengumpati Erlangga yang membawa montor dengan ugal-ugalan.
"Yaallah Nda, gue bukan pembunuh. Cowok ganteng kayak gue gak pantes Nda, jadi pembunuh," jawab Erlangga dramatis.
Amanda memutar bola matanya jengah. "Capek gue ngomong sama lo, pergi sana!"
Erlang geleng-geleng, sambil mengeluarkan dadanya dramatis. "Astaghfirullah Maimunah, main usir pangeran gitu aja. Kit ati nih orang tamvan."
"Bodo amat, gue gak peduli!"
"Gue gak tiwarin masuk dulu Nda? Haus nih gue," tanya Erlangga sambil memegangi lehernya.
"Enggak! Gue tidak menerima tamu cowok, apalagi ketua Genk kayak lo! Bisa di serang rumah gue nanti," ucapnya pedas.
Erlangga diam sejenak, lalu menyalakan mesin motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Ficção AdolescenteErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...