12

353 26 0
                                    


"Kita telat berapa menit?" Tanya Erlangga kepada Samuel sambil berjalan santai menuju kelasnya.

Samuel melirik jam di ponselnya. "Gak telat, kita dateng ya pas banget."

Erlangga mengehentikan langkahnya. "Gak telat? Kok bisa gitu, padahal gue tadi dateng jamnya udah mepet banget," herannya.

Keenan yang ada di samping Erlangga, cowok itu menepuk pundak temannya. "Berarti hari ini kita gak di ijinin buat mbolos," sahutnya dia angguki oleh teman Erlangga yang lain.

Erlangga mengeleng, tak setuju oleh ucapan temanya itu. Lagian siapa yang berani ngelarang Erlangga buat bolos?

"Hari ini hari Selasa, jam pertama Fisika dan yang ngajar pak Wawan," ucap Joan memberitahu jadwal jam pertama.

"Dan Pak Wawan bakalan bahas bab tentang hukum pascal yang kemarin pak Wawan jelasin, pasti nanti pak Wawan bakal ngasih soal tentang bab yang kemarin dia jelasin, gimana dong? Mampus kita nanti," heboh Samuel.

"Salah siapa kemarin pas pak Wawan jelasin lo pada tidur," timpal Akbar datar.

"Salah lo sih Bar!" Tuduh Erlangga.

Akbar melirik sinis. "Kok gue?"

"Ya lo sebagai seorang teman yang baik harusnya ngingetin kita dong!"

Akbar mengeleng samar. "Gue selalu ngingetin lo dan jawaban lo setiap gue ingetin selalu sama 'gue gak tidur, cuma kepala gue pegel, gue masih bisa dengerin penjelasan guru.' "

Skakmat!

Akbar berhasil membuat Erlangga mati kutu, sekalinya Akbar bicara lebih dari 5 kata pasti bisa membuat Erlangga tak bisa menjawab. Memang benar sih, Akbar sering mengingat Erlangga agar tidak tidur saat jam pelajaran, namun Erlangga tak pernah mendengarkan perkataan temanya itu.

"Mampus lo Ngga! Sekalinya Akbar ngomong panjang lo ga bisa njawab kan?" Ujar Keenan.

"Gitu kan yang lo bilang ke gue?" Sinis Akbar.

"Yaa.. gue kan ikhlaf Bar, habisnya kemarin gue ngantuk banget jadi terpaksa deh gue tidur pas pelajarannya pak Wawan," jawab Erlangga.

"Dasar ngeles!" Joan menjitak kepala Erlangga.

"Bangsat lo berani sama gue?!"

"Duh, khilaf gue bos," Joan menangkupkan kedua telapak tangannya. "Sorry Bang Jago, Ampun Bang Jago."

"Waktunya cabut nih," gumam Erlangga, cowok itu bersiap bejalan belok menuju kantin namun di cegah oleh Akbar.

Akbar menggeret ujung kerah Erlangga, seperti anak kucing. "Mau kemana lo? Bolos lagi?"

Erlangga berdecak kesal. "Bisa gak sih Bar, lo jadi anak yang gak bener aja sehari?! Gak pengen apa lo kayak gue? Bisa bolos di kantin, lihatin ciwi-ciwi olahraga di lapangan, uwwww.."

"Akbar lo suruh gituan, mana mau Ngga!" Timpal Samuel.

"Nah, Akbar itu demennya bolos di perpustakaan. Ya gak Bar?" Sahut Joan.

"Bacot lo pada!" Seru Akbar. "Kalau sampai kalian bolos lagi, gue gak bakalan ngasih contekan ulangan buat minggu depan," tegasnya lalu berjalan meninggalkan teman-temannya.

"KUNCI JAWABAN TUNGGUIN BANG KEENAN!" teriak Keenan lalu mengejar Akbar.

"Habis gue kalau sampai Akbar gak ngasih contekannya, gue bakalan remidi dan gue gak mau remidi," gumam Joan sambil meringis membayangkan nilai ulangan hariannya tanpa bantuan jawaban dari Akbar. "AKBAR AKU PADAMU!" Teriak Joan berlari menyusuri Akbar dan Keenan.

Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang