Amanda menghela nafas kasar, menatap gerbang sekolah yang sudah di tutup. Ia terlambat masuk sekolah, karena bangunnya kesiangan, setelah kemarin malam ia pulang cukup larut.
Amanda menatap layar ponselnya, "baru telat 10 menit, udah di tutup gerbangnya," gumam Amanda.
Amanda menatap sekeliling, tak ada siswa yang terlambat hanya dirinya sendiri yang terlambat, mungkin hari ini hanya Amanda seorang yang akan mendapatkan hukuman.
Amanda berpikir keras, agar bisa masuk ke sekolah tanpa ketahuan oleh guru-guru ataupun anak OSIS yang sedang bertugas.
"Lo telat juga?"
Amanda tersentak kaget melihat Erlangga yang tiba-tiba ada di sampingnya. Amanda memperhatikan penampilan Erlangga dari bawah sampai atas, penampilannya jauh dari kata rapi. Baju sekolah tidak di masukan, kancing atas di biarkan terbuka, rambutnya masih basah dan terbiarkan acak-acakan, tidak memakai dasi, bahkan baju seragamnya tidak ada bad sekolah, ataupun identitas nama. Namun di balik itu semua, bukanya terlihat jelek dimata Amanda, ia sempat terpana akan penampilan bad boy Erlangga. Sial! Harus Amanda akui Erlangga memang tampan.
Erlangga menatap Amanda bingung, gadis itu menatapnya seolah kagum akan penampilannya. "Gak usah dilihatin gitu kalik, gue tau gue emang ganteng." Ucapan Erlangga barusan membuat Amanda tersadar kalau dirinya baru saja terkena jebakan buaya Erlangga.
"Apaan sih lo, geer!" Amanda memalingkan wajahnya.
"Yok masuk," ajak Erlangga berjalan ke arah lain bukanya masuk lewat gerbang, cowok itu punya jalan rahasia tersendiri.
Amanda masih bingung dengan ucapan Erlangga, ia berdiri di tempat memerhatikan apa yang akan di lakukan oleh cowok itu.
Erlangga menoleh kebelakang, melihat Amanda yang terdiam disana, gemesin banget sih ni cewek, pengen gue bawa pulang lama-lama. Batin Erlangga berdecak sebal melihat Amanda yang sangat menggemaskan baginya.
"Lo mau berdiri di situ sampai bel sekolah?" Tanya Erlangga.
Amanda mengeleng. "Gue mesti ngapain?"
"Ikutin gue. Gue ada jalan biar kita bisa masuk ke dalam."
Amanda menganguk nurut, mengikuti langkah Erlangga.
Amanda menatap tembok besar yang ada di hadapannya. Erlangga membawanya ke gedung tua, gedung itu merupakan basecamp anak Still Boys yang letaknya di belakang sekolah.
"Ini kita harus lompatin tembok se-gedhe ini?" Tanya Amanda.
Erlangga menganguk. "Iya, cuma ini satu-satunya jalan biar bisa masuk ke sekolah."
"Tenang, gue ada tangga kok buat naik. Nanti setelah lo sampai di atas lo tinggal lompat aja, gampangkan?"
"Gue takut jatuh," gumam Amanda namun dapat di dengar oleh Erlangga.
"Gak bakalan lo jatuh, kan ada gue. Sebelum lo jatuh, gue dulu yang bakalan luka-luka. Bahkan tanpa lo sadari sekarang gue udah jatuh, Nda."
"Hah? Jatuh?"
"Iya, gue udah jatuh. Jatuh cinta sama lo."
"Gila lo!" Seru Amanda kesal, ia dapat merasakan jantungnya berdebar kencang saat ini. Sialan, Erlangga terlalu blak-blakan untuk mengutarakan perasaannya.
Amanda memalingkan wajahnya, tak berani menatap Erlangga. "Udah ayo lo naik duluan," suruh Amanda mengalihkan pembicaraan.
Erlangga mengerutkan keningnya ketika melihat pipi Amanda terlihat ada bekas tamparan. "Amanda, pipi lo kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Teen FictionErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...