"Mau kemana Bang?" Tanya Arlan yang melihat Erlangga turun dari kamarnya, mengunakan jaket kulit yang bertuliskan nama Genk-nya.Erlangga menoleh. "Mau keluar," jawab Erlangga singkat, lalu melengos pergi gitu aja.
"Keluar kemana?" Tanya Aila yang sedang menonton tv di ruang tamu, gadis itu berjalan mengampiri abang nya.
Erlangga berdecak pelan, duo kurcil ini selalu saja mengangunya seolah mereka tidak rela Erlangga hidup tenang. "Kepo banget sih kalian!"
"Kita kan cuma tanya Bang, emang salah?" Tanya Arlan.
"Gue ada urusan. Udah kalian jangan banyak tanya, nanti kalau Papi sama Mami tanya gue dimana, bilang gue udah tidur gitu," ucap Erlangga sambil celingak-celinguk mencari keberadaan orang tuanya yang tak terlihat.
"Jadi kita di suruh bohong nih?" Tanya Aila memperjelas.
"Bang Er gak pernah dapet pelajaran agama ya di sekolah? Kan bohong Dosa bang, kalau mau bohong gak usah ngajak-ngajak kita dong bang,'' sahut Arlan menceramahi abangnya itu.
Erlangga mendengus kasar. Kalau Arlan sudah mulai menceramahi dirinya, ia harus sedikit mengeluarkan uang untuk menyogok kedua adik laknatnya itu. "Kalian mau apa, buruan!"
Arlan dan Aila saling melempar senyuman. Ini yang mereka suka dari abangnya, di saat seperti ini peluang besar bagi mereka untuk memoroti uang Abangnya itu.
"Beliin kita jajanan yang banyak Bang!" Seru Arlan antusias.
"Yang komplit Bang, harus ada minuman dingin, Snack, biskuit, cokelat, pokoknya harus ada segala macam jajanan!" Sahut Aila.
Erlangga mendengus kasar. "Iya ntar gua belin, sekalian se tokonya," jawabnya pasrah, kemudian cowok itu melengos pergi keluar.
*****
"Apa sih Ky!"
"Dengerin gue dulu , gue bisa jelasin semuanya."
Amanda yang habis membeli es teh manis di warung dekat rumahnya, saat menuju pulang ke rumah ia bertemu dengan Dicky. Cowok yang selama ini Amanda hindari, cowok yang telah memberi luka di hatinya.
Amanda terus berjalan, gadis itu mempercepat langkahnya. Namun kalah dengan langkah Dicky yang berhasil membuatnya berhenti. Dicky menarik tangannya secara kasar.
"Lepasin!" Amanda mencoba memberontak dari cengkeraman Dicky.
"Gak. Lo selalu ngehindar dari gue Dea, kenapa? Segitu bencinya lo sama gue?" Tanya Dicky menatap Amanda.
"Jangan panggil gue Dea! Gue bukan Dea!" Tekan Amanda. Gadis itu tidak suka jika orang lain memangil dirinya dengan sebutan Dea hanya orang terdekatlah yang berhak memanggilnya dengan sebutan itu.
"Kenapa? Gue kan orang terdekat lo? Kenapa gue gak boleh manggil lo Dea?"
Amanda melepaskan tangan Dicky dari pergelangan tangannya. Cewek itu menatap cowok yang ada dihadapannya dengan tatapan sinis. "Itu dulu sebelum gue tau renacananya licik lo! Sekarang gue nggak sudi kenal sama laki-laki brengsek kayak lo Ky! Lo udah bikin gue sakit, Lo udah ngerusakin kepercayaan gue terhadap semua cowok! Lo udah bikin masa depan gue nyaris hancur! Lo-" Amanda menghentikan ucapannya, ketika merasakan sesak di dada saat mengingat kejadian dimana Dicky mempermainkan perasaannya.
Dicky menunduk lesu, ia mengakui bahwa dirinya salah. Perbuatannya terhadap Amanda benar-benar sangat brengsek, namun sekarang dirinya menyesal. Dicky menyadari dirinya sendirilah yang terjebak dalam permainan yang ia buat.
"Maaf," hanya kata itu yang bisa Dicky ucapkan.
Amanda tertawa sinis. "Gue belum bisa maafin lo Ky. Bahkan gue juga belum bisa maafin diri gue karena udah percaya sama cowok bajingan kayak lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Novela JuvenilErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...