Bel istirahat berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, Amanda masih di dalam kelas bersama ke dua temannya."Gue ke kantin dulu ya," ucap Amanda kepada temannya.
"Tumben," cibir Mira, karena biasanya Amanda akan ke kantin pada saat 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Alasannya karena Amanda malas berdesak-desakan antri membeli makan.
"Mau beli minum buat Erlangga," jawab Amanda sembari mengeluarkan uang di tasnya.
Mira dan Nashwa menatap temanya itu penuh curiga, sejak kapan Amanda jadi perhatian gini sama cowok?
Amanda mendengus sebal, melihat temanya menatapnya, gadis itu melepas masker yang sedari tadi pagi ia kenakan untuk menutupi bekas tamparan yang ada di pipinya.
"Gak usah mikir aneh-aneh deh, gue cuma kasian sama dia. Anggep aja ini tanda terimakasih gue karena dia nanggung hukuman gue tadi," jelas Amanda, seolah dirinya tau apa yang di pikirkan kedua temanya itu.
Nashwa memangut-mangut paham. "Cuma kasian Mir, Katanya," ucapanya pada Mira seolah meledek Amanda.
Mira terkekeh. "Ati-ati lo Nda, entar suka lo sama Erlangga!"
Amanda mendelik geli sembari merogoh kaca kecil yang ada di laci mejanya, sambil memeriksa apa bekas tamparannya masih kelihatan ia menjawab. "Dih, ogah. Gak minat gue."
"Heran gue sama lo, Nda. Cowok kayak Erlangga lo anggurin gitu aja? Jelas-jelas dia suka sama lo, bahkan dia berani ngakuin perasaanya di depan kita semua," ucap Mira geleng-geleng.
Nashwa menganguk setuju dengan perkataan Mira. "Ngangurin orang ganteng, dosa lo Nda!"
Amanda tak memperdulikan ocehan kedua temannya, ia memilih mengaca. merasa bekas tamparan yang ada pipinya udah mulai hilang, Amanda menjadi lega. Tamparan itu ia per-oleh dari papahnya sendiri, saat tau Amanda pulang larut malam. Tanpa bertanya alasan Amanda pulang malam, papahnya langsung melayangkan tamparan keras di wajahnya, membuat Amanda kesal sendiri.
Amanda berdiri, menaruh kacanya ke laci mejanya. "Buat lo aja deh, kayaknya lo berdua yang suka sama dia." Setalah mengatakan itu Amanda melenggang pergi ke kantin.
"Lihat aja Nda! Gue yakin apa yang lo ucapin itu akan berbalik! Lo pasti bakalan suka sama Erlangga!" Teriak Nashwa, namun tak di gubris oleh Amanda.
••••
Aamnada sedikit ragu mengampiri Erlangga di lapangan, apa keputusannya ini benar? Pasti nantinya Erlangga akan ke-geeran, dikira dirinya perhatian padanya. Enggak. Enggak. Amanda cuma mau berterimakasih karena Erlangga menanggung hukumannya, iya hanya itu.
"Ini yang terakhir kalinya Amanda lo berurusan sama itu orang. Habis itu lo bisa menjauh," ucap Amanda meyakinkan dirinya.
Amanda berdiri di pinggir lapangan, dari kejauhan ia melihat Erlangga di kerumuni banyak cewek yang memberi Erlangga air minum. Amanda kesal melihat senyuman songong Erlangga yang ia lemparkan pada fans-fansnya.
"Ih, sok ganteng banget sih," kesal Amanda, kemudian ia menatap botol air mineral yang ia bawa untuk Erlangga, namun sepertinya Erlangga tidak membutuhkannya karena sudah banyak cewek-cewek itu memberi air mineral untuk Erlangga.
Amanda menghela nafas, lalu berbalik badan pergi dari sana. Seharusnya Amanda tak perlu repot-repot membawakan air mineral untuk Erlangga. Ia juga tidak perlu berterimakasih atas sikap Erlangga, lagian juga itu ke-mauanya Erlangga sendirikan? Tapi bagaimanapun Amanda masih tahu dan bisa mengucapkan rasa terima kasih ke orang lain. Ah, sudahlah Amanda akan menemui Erlangga nanti saja untuk mengucapakan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Teen FictionErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...