Disinilah Erlangga membawa Amanda pergi dari hukuman pak Wawan. Amanda yang tadinya ingin marah, tak jadi karena ia juga malas untuk menjalani hukuman yang bukan kesalahannya. Amanda tak menegur Erlangga kala, cowok itu menarik tangannya bahkan sampai sekarang tangan Amanda masih Erlangga gengam."Lo sering kesini?" Tanya Amanda menatap pemandangan dari rofftoop.
Erlangga menganguk. "Hm, biasanya anak-anak kalau bolos larinya ke sini." Cowok itu membawa Amanda untuk duduk di sofa yang bisanya Erlangga pakai untuk tidur.
Amanda menyenderkan punggungnya, sambil menikmati angin yang berhembusan menerpa wajahnya. Amanda sempat tergun karena rofftop tempatnya sangat indah dan bersih, tidak kotor seperti rofftop di sekolah lama Amanda. Meski cuacanya saat ini panas, namun tempat Amanda duduk di tempat yang tidak terkena sinar matahari, karena ada payung yang membuatnya aman dari sinar matahari, pantas saja Erlangga betah di bolos disini tempatnya memang nyaman digunakan untuk bolos.
Amanda memejamkan matanya, sambil sesekali menghirup udara. Erlangga yang melihat itu terkekeh geli.
"Tenang banget disini," gumam Amanda dengan mata yang masih terpejam.
Erlangga berdeham pelan, untuk menghilangkan ke gugupnya berada di dekat gadis yang ia sukai. "Amanda," panggilnya.
"Hm."
"Lo masih suka sama Dicky?" Tanya Erlangga, pertanyaan itu sudah dari kemarin Erlangga tanyakan pada Amanda. Pasalnya ia sedikit kepo dengan masalah yang terjadi antara Amanda dan mantanya itu, Erlangga juga perlu memastikan apakah gadis itu masih suka dengan mantanya, karena jika iya maka Erlangga tidak harus mendekati Amanda.
Amanda membuka matanya, lalu menoleh ke Erlangga yang sedang menatapnya. "Kenapa tiba-tiba tanya gitu?" Bukanya menjawab Amanda malah bertanya balik.
Erlangga mengaruk tengkuknya bingung sendiri. "Ya...gak papa sih, cuma kepo aja. Kalau nggak mau ngasih tau nggak papa, gue nggak maksa."
Amanda mencibir. "Yakin nggak pengen tau soal hubungan gue sama Dicky?" Tanya Amanda memastikan. "Gue yakin sejak kemarin pasti lo, pengen tanya kan soal ini? Secara lo naksir sama gue, pasti lo bakalan cari tau soal gue, soal masa lalu gue," ucap gadis itu dengan percaya diri.
Erlangga hanya bisa menyengir konyol, yang dikatakan gadis itu memang benar, tapi bagaimana bisa Amanda dengan percaya dirinya berkata seperti itu?
Amanda mengelengkan kepalanya, gadis itu menatap lurus Erlangga bisa mendengar helaan nafas kasar dari Amanda.
Baru saja Erlangga ingin mengatakan sesuatu, gadis itu mengeluarkan suaranya membuat Erlangga diam, mendengarkan Amanda yang bercerita.
"Gue sama Dicky putus karena dia mainin perasan gue, di bohongin gue," Amanda mulai bercerita tentang alasannya dia putus. "Sebelum gue kenal Dicky, gue emang orangnya sulit percaya sama orang lain apalagi sama cowok, karena gue punya pandangan tersendiri tentang cowok. Disaat gue udah mulai percaya sama Dicky, di saat gue udah cinta sama dia, dia malah ngasih luka di hati gue. Gue sakit hati banget waktu tau Dicky cuma jadiin gue sebagai bahan taruhannya, rasanya saat itu gue merasa gue orang terbodoh yang mau percaya sama omongan cowok brengsek kayak dia," ucap Amanda sembari terkekeh miris, gadis itu sekilas melirik Erlangga yang menyimak ceritanya.
"Nggak ada rasa sakit yang paling sakit waktu gue di bohongin sama Dicky, dia kasih gue perhatian, dia kasih gue cinta tapi semua itu palsu, bodohnya gue nggak sadar akan hal itu." Amanda geleng-geleng kepala lirih, ia tak dapat memungkiri bahwa hatinya saat ini merasa sesak, setiap ia mengingat apa yang terjadi di masa lalunya.
Amanda menghela nafas kasar, menatap Erlangga. "Gue masa depan gue hampir rusak Ngga, kalau sampai malam itu gue nggak memberanikan diri buat ngelawan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)
Teen FictionErlangga seorang ketua Genk di sekolahnya. Sifatnya seperti bunglon, bisa berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Ia sosok yang asik, suka bercanda dalam setiap hal. Suka tebar pesona, memiliki paras yang tampan membuat dirinya sangat beruntung...