Chapeter 25

247 25 0
                                    


Nasib Erlangga memiliki teman-teman yang tak tahu sopan santun, ketika bertamu kerumahnya. Kenan, Joan dan Samuel tiga sahabat yang selalu rusuh saat main kerumahnya, meski Papi dan Mami-nya menyuruh teman-temannya untuk menganggap rumahnya sebagai rumah mereka sendiri, hal itu membuat mereka semakin ngelunjak.

"Tante aku jus mangga ya Tan!"

"Aku es sirup Tan!"

"Aku lemon tea aja Tan!"

Erlangga sontak melepar bantal pada ketiga temanya yang kurang akhlak itu, berani-beraninya mereka menyuruh maminya untuk membuatkan minum. "Heh, beban keluarga! Lo pikir rumah gue warung apa? Enak banget dateng-dateng langsung nyuruh mami gue buatin minum," protes Erlangga tak terima.

"Kitakan keluarga lo juga, Ngga. Kalau lo lupa gue ingetin, bokap sama nyokap lo udah nggep kita sebagai anaknya sendiri," ucap Joan.

Erlangga mendelik. "Sejak kapan gue sodara kek kalian? Dih, ogah gue. Papi mami gue kalau mungut orang itu milih-milih ya."

Joan yang duduk di karpet sambil makan kacang cowok itu menoleh ke Erlangga. "Ngga, kacang lo enak banget. Gue bungkus boleh nggak? Gue nggak pernah ngerasain kacang seenak ini, mana tanpa kulit lagi. Ini seriusan kacang?"

"Itu kacang mete namanya, Jo." Jawab Dania yang sedari tadi mengamati interaksi putranya dan teman-temannya. "Kamu kalau mau bawa, bawa aja." Mendengar itu mata Joan langsung berbinar.

"Serius Tan? Aaaaa makasih banget Tan, entar bungkusin buat Joan ya Tan." Joan memeluk toples kaca yang berisikan kacang mete.

Dania menganguk, membuat Erlangga mendengus kesal.

"Tan ini kue keringnya enak banget, sumpah, mana ada kejunya lagi," sahut Keenan sambil memakan roti kering yang dapat di toples.

Arlan beranjak dari sofa, duduk bersama Keenan. "Ketara banget nggak pernah makan ini." Arlan menyomot nastar kejunya.

"Tante masih ada satu toples, habisin aja yang itu," ucap Dania membuat Keenan menganguk senang.

"Mi, nggak usah lah. Mami itu terlalu baik sama mereka, nggak perlu di baikin entar malah ngelunjak kayak sekarang," ucap Erlangga tak suka dengan sikap maminya yang terlalu baik memberikan makanan pada temannya.

"Apaan sih lo, Ngga. Orang nyokap lo nggak masalah kok, kita sebagai sodara harus saling berbagi," sahut Keenan sambil memakan nastar keju.

"Berbagai apaan? Perasaan gue terus yang sering berbagi sama lo pada."

Keenan tak peduli dengan omongan Erlangga, cowok itu memilih menikmati kue kering yang biasanya Keenan makan satu tahun sekali, kalau waktu lebaran saja.

"Eh, gue punya tebak-tebakan Lan, lo tebak ya." Keenan menepuk pundak Arlan, membuat cowok itu yang sedang bermain game di ponsel menoleh.

"Lucu nggak nih?" Tanya Arlan memastikan.

Keenan berdecak. "Insyaallah lucu, tergantung humor lo aja sih."

Arlan menganguk nurut.

Kebenaran berdeham pelan. "Kue kue apa yang bisa nyanyi dangdut?"

"Apa?"

"NASAR KEJU!" Keenan berseru kencang, membuat semua orang menatapnya datar kecuali Dania yang tertawa.

"Garing banget sumpah Bang," ucap Arlan datar.

Keenan mendengus, usahanya membuat lelucon gagal.

"Hahahaha," Erlangga tertawa sumbang, melihat wajah kesal temanya itu Erlangga menjadi iba ia tahu susahnya membuat orang tertawa dengan lelucon yang kita buat. Erlangga mencoba menghargai temanya itu, meski leluconnya tidak lucu sama sekali.

Erlangga (INI CERITA MAU DI ROBAK DIKIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang