6. Suara Tangisan

397 152 103
                                    

Aku memasuki rumah yang lumayan besar tapi menurutku rumah ini sangat besar. Dinding-dinding yang di cat dengan warna serba putih terlihat sangat simple.

Aku melihat sekeliling rumah besar ini begitu terlihat sangat sepi dan hening seperti tidak ada penghuninya. apakah rumah ini kosong? Pikir ku.

Aku terus berjalan menyusuri rumah yang kosong ini dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, kolam renang, taman belakang semuanya aku keliling.

Begitu aku sampai di taman belakang terlihat sangat indah. Bunga-bunga yang bermekaran terlihat sangat cantik dan aku menyukainya.

Aku petik salah satu bunga yang berwarna putih, aku mendekatkan bunga itu ke hidungku dengan perlahan aku menghirupnya, Menikmati harumnya bunga ini.

Aku pun menyelipkan bunga ini di samping telingaku. Aku terus saja tersenyum seakan-akan ini benar-benar membuat ku senang.

Setelah itu aku pun menghirup udara banyak-banyak sambil memejamkan mataku lalu aku membuangnya seraya membuka mataku.

Stelah aku menghabiskan waktu di taman belakang, aku pun mulai masuk ke dalam lagi. Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat ke atas. Lantai di atas yang belum aku lihat.

Perlahan-lahan aku berjalan menaiki anak tangga satu persatu hingga sedikit menimbulkan suara.

Aku sampai di depan pintu yang berwarna putih. Awalnya aku ingin melewatinya tetapi aku mengurungkan niatku.

Aku seperti mendengar suara tangisan dari dalam. Aku penasaran siapa yang berada di dalam yang menangis. Ku melihat sekeliling, sepi tidak ada siapa-siapa.

Perlahan-lahan aku mendekatkan wajahku hingga pipiku menempel dengan pintu. Ku tajamkan pendengaranku agar aku bisa mendengarnya suaranya dengan jelas.

"Hiks.... Hiks... Hiks...."

Benar. Ada seseorang yang menangis dari dalam. Apakah dia adalah penghuni rumah ini? Sekarang aku sangat takut, aku takut dia bukan manusia.

Positif thingking. Dia pasti manusia. Perlahan-lahan aku memutarkan knop pintu sehingga pintunya terbuka. Aku mengedarkan pandanganku ke dalam kamar yang lumayan luas.

Pandangan ku jatuh kepada Seorang wanita paruh baya yang memakai baju putih selutut dan duduk di tepian kasur, wanita itu sedang berada di ruangan kamar ini. Wanita itu menangis sesenggukan tiada henti-hentinya.

Wanita itu terus saja menunduk sambil menangis dan berakhir Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya. Wanita itu cantik meskipun sudah berumur tetapi wajahnya tetap cantik.

Aku hanya diam berdiri ditempat yang tak jauh darinya. Aku memandang kasihan wanita paruh baya itu jika itu adalah bunda ku, aku pasti akan memeluknya dan menenangkanya agar tidak menangis lagi.

"Tolong kamu hiks kembali sayang.... Mama kangen sama kamu hiks...."

Samar-samar aku mendengar rintihan suara wanita paruh baya itu. Kembali? Siapa yang harus kembali? Apakah anaknya? Jika iya, sekarang kemana anaknya pergi? Tega sekali.

Beberapa pertanyaan terus saja berputar di dalam benak ku dan Aku tidak tahu wanita paruh baya itu siapa?

"Kamu sekarang dimana hiks.... Apakah kamu baik-baik aja... Mama sangat merindukan mu hiks...."

Lagi. Aku mendengar lagi suara rintihannya. Wanita paruh baya itu sangat merindukan anaknya. Kenapa tega sekali anaknya pergi meninggalkan ibunya sendirian.

Pasti kalian juga tahu perasaan sang ibu jika anak kesayangannya tidak ada. Dia pasti sangat merindukannya dan berharap anaknya kembali dalam kondisi baik-baik saja.

"Mama hanya minta kamu pulang...."

Lagi dan lagi aku mendengar rintihannya. Suaranya terdengar begitu bergetar, dia menahan suara tangisanya.

Aku harus bagaimana sekarang? Jika aku pergi, aku tidak tega untuk meninggalkannya. Wanita paruh baya itu sedang membutuhkan seseorang untuk menenangkannya dan menghiburnya.

Perlahan aku melangkahkan kakiku untuk mendekatinya. Aku menepuk bahu wanita paruh baya itu dengan pelan.

"Permisi Tante...." Ucapku.

Wanita paruh baya itu perlahan mendongakan kepalanya dan berakhir menatap ku. Aku tersenyum kepadanya, senyuman ku tulus kepada wanita itu tanpa terpaksa.

Matanya sembab, hidung mancung nya memerah, kedua pipinya basah serta kedua matanya yang terus mengeluarkan air matanya.

"Tante kenapa menangis?"

Aku bertanya kepada wanita paruh baya itu sambil tersenyum.

Bukannya menjawab wanita paruh baya itu malah memeluk ku erat bahkan sangat erat seakan tak mau aku pergi.

"Jangan pergi lagi...."






TBC

Gimana sama part 6 nya suka gak?
Kalo kalian semua suka Jangan lupa untuk vote dan coment nya ya.

Terimakasih❤️

STARLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang