16. Susu Coklat

254 61 96
                                    

Hari sudah malam, Starla baru saja pulang dari apartmennya Cakra. Dia memasuki rumahnya yang seperti biasanya suasana slalu sepi.

Terkadang dia selalu merasa ingin mempunyai saudara seperti kakak atau adik tapi sayang bundanya hanya memiliki anak satu yaitu dirinya.

"BUNDAAA... STARLA PULAAANG....." Teriaknya tetapi tidak ada yang menyahut.

"Bi... Bi Nani..." Tetap saja tidak ada yang menyahutinya.

"Ck. Pada kemana sih?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Starla perlahan melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya kering. Setelah sampai dapur Starla menuangkan air ke dalam gelas lalu ia meneguknya.

"Non." Panggil seseorang seraya menepuk pundak Starla pelan.

Uhukk uhukk

"Bi Nani... Ngagetin aja." Kaget Starla sampai keselek.

"Maaf non... Bibi cuma mau ngasih tau aja...." Ucapan bi Nani terpotong.

"Kasih tau apa bi?"

"Emm....anu...itu...."

"Apa bi cepetan bilang."

"Nyonya sakit non dari tadi terus saja manggil non Starla terus sepertinya nyonya sedang mengigau non."

"Ya sudah Bi makasih.... Starla ke atas dulu." Pamitnya.

Setelah mendapat anggukan dari bi Nani, Starla berlari menuju lantai atas tempat kamar bundanya.

Starla dengan cepat membuka pintu kamar bundanya lalu ia memasukinya dengan nafas yang terengah-engah dan juga raut wajahnya yang terlihat khawatir.

"Bunda...." Panggil Starla seraya berjalan perlahan mendekati Ranty yang terbaring lemah di ranjangnya.

Perlahan-lahan Ranty membuka kedua matanya dan pertama kali yang dilihatnya adalah Starla yang berada di sampingnya.

"Bunda sakit? Sakit apa bunda? Kita kerumah sakit aja ya." Ucap Starla khawatir.

"Uhukk uhukk.... Gak usah bunda cuma demam biasa." Jawab Ranty.

Starla menghela nafasnya lega setidaknya Ranty tidak sakit parah lalu setelah itu ia duduk di tepi ranjang di samping Ranty.

"Kenapa bisa demam Bun?" Tanya Starla seraya mengelus-elus tangan Ranty dengan lembut.

"Bunda.... Da-dari kemarin terus kepikiran ayah kamu." Jawabnya sambil tersenyum tipis dengan bibirnya yang pucat.

Kata bunda, Ayahnya sudah lama meninggal sejak dia kecil. Waktu sepulang dari rumah sakit, Ranty menceritakannya padanya.

Starla mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Yaudah nanti kita ziarah ke makam ayah ya Bun."

Ranty hanya mengangguk sedikit ragu lalu tak lama Ranty pun mengambil sesuatu di dalam laci setelah itu dia memberikannya pada Starla dan Starla pun menerimanya.

"Kalung."

"Iya itu kalung kamu."

"Dari siapa bunda? Pasti dari ayah ya."

"Bukan. Waktu kamu kecelakaan kamu memakai kalung itu tapi itu bukan dari ayah mungkin kamu membelinya sendiri."

*****

Pagi hari ini cuaca sangat cerah. Starla memasuki kelasnya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya sedari tadi.

"Pagi Aurel...." Sapa Starla ceria menghampiri meja yang diduduki oleh Aurel.

STARLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang