21. Cemburu

149 31 35
                                    

"Aduh pak ini kulit saya yang putih dan mulus kayak gini kalo di biarkan di bawah terik matahari bisa gosong pak!"

"Udah pemutihannya lama berbulan-bulan... Eh satu harinya udah item." Oceh Aurel tiada henti.

"Tinggal pemutihan lagi apa susahnya Rel." Sahut Starla yang berada di sampingnya.

"Kan Lo juga tau Star pemutihan itu lama kayak nungguin doi peka tapi gak peka-peka."

"Ngoceh Mulu Lo." Sahut Rian yang baris di belakang.

"Apa Lo cowok tengil?!" Sewot Aurel menoleh kebelakang.

Kevin yang mendengarnya pun tertawa. "Emang Rel dia itu emang cowok tengil beda sama gue kalo gue itu cowok ganteng."

"Halah. Lo malah lebih tengil dari pada dia." Sarkas Aurel lalu menghadap ke depan lagi.

Saat ini kelas mereka sedang berolahraga di lapangan. Semuanya sedang melakukan pemanasan terlebih dahulu.

"Cahaya matahari di pagi hari itu bagus untuk tubuh kita jadi sekarang ayo kita lanjutkan pemanasan." Ujar Pak Yunus selaku guru olahraga.

"Utara." Panggil Kevin seraya menoleh ke samping.

"Paan." Sahut Utara tanpa melihat Kevin.

"Ini matahari kan terik banget ya, Lo gak mencair apa."

"E--e--e...." refleks Cakra menepuk keras punggung Didit sampai akhirnya Didit bisa berbicara. "Emangnya Utara es apa bisa mencair."

"Es kutub Dit es kutub." Geram Rian.

"E--e--e es kutub itu jauh Rian. U--u Utara ini sama kayak Didit ma-manusia bukan es kutub."

"Lama kelamaan gue pengen makan Lo idup idup Dit." Sahut Kevin yang kehilangan kesabaranya.

Sontak Didit bergidik ngeri. "Ih ngeri Kevin kok manusia makan manusia.... A--a--a atau KEVIN INI MONSTER YA." Refleks Cakra membekap mulut Didit.

"Diem deh Dit. Bacot Mulu dari tadi." Sentak Cakra lalu menjauhkan tangannya dari mulut Didit.

"Tangan gue jadi bau jigong nih gara-gara Lo." Tuduh Cakra.

"Si--si siapa suruh Cakra bekap Didit." Ucap Didit tak mau kalah.

"Nih bos pakai handsaniteizer takutnya ada kuman menempel." Ucap Rian seraya menyemprotkanya pada telapak tangan Cakra.

"BERISIK!" Bentak Utara. Dan semuanya menoleh ke belakang tempat barisan Utara.

"Ada apa Utara?" Tanya Pak Yunus.

"Mereka berisik pak." Jawab Utara jujur seraya menunjuk para temannya.

"Dasar kulkas berjalan. Jujur amat jadi orang." Gumam Kevin.

"Berbohong dosa."

"Tapi cari alasan lain dong Bambang."

"Si--si siapa Bambang? Temen baru kita ya?" Tanya Didit.

Rian memutar bola matanya jengah sambil mengelus-elus dadanya 'sabar'. "Tetangga gue."

"Ri--ri--ri..."

"Gak usah dilanjut Dit. Gue takut kesabaran gue habis kalo ngomong sama lo." Potong Rian.

"Udah udah jangan ada yang berisik. Ayo kita lanjut lagi pemanasanya setelah itu kita langsung masuk ke materi permainan bola basket." Ucap Pak Yunus.

"Iya pak." Jawab semua murid serempak dan tiba-tiba....

BRUKKK

Seorang perempuan ambruk begitu saja. Dia pingsan, semuanya menatap kaget perempuan itu bukanya pada bantuin bawa ke uks, eh. Semuanya malah diam kek patung tanpa ada yang mau membantu.

"Rel, Aileen pingsan." Ujar Starla panik seraya menyenggol Aurel.

"Yaudah lah Biarin aja, palingan dia juga pura-pura pingsan." Sahut Aurel tidak peduli.

"Kalo Aileen pingsan beneran gimana Rel?"

"Gue gak peduli."

"Jangan gitu Rel gak baik. Aileen juga dulu termasuk sahabat kita yang selalu ada disaat kita sedih ataupun senang." Jelas Starla. Dia hanya tidak ingin Aurel bersikap seperti ini.

"Ingatan Lo udah kembali?" Tanya Aurel.

"Belum."

"Gue pikir Lo udah ingat sama kenangan persahabatan kita dulu." Gumam Aurel mendadak jadi lesu.

"Kenapa kalian semua cuma diam aja! Bantu angkat ke uks!" Sentak seorang lelaki seraya menggendong Aileen ala bridalstyle.

"Gue bantu Cak." Ucap salah satu murid.

"Telat! Gue aja yang bawa." Ketus Cakra.

Cakra bergegas meninggalkan lapangan untuk menuju ke uks. Sebelum meninggalkan lapangan Cakra sempat melewati Starla. Cakra hanya melewatinya tanpa melirik Starla sama sekali.

Padahal sedari tadi Starla terus menatapnya dari mulai Cakra menyentak semua murid dan berjalan melewatinya dan tanpa melirik dirinya seakan Starla tak pernah ada.

Starla terus saja menatap punggung Cakra yang mulai menjauh, ada perasaan aneh dalam hatinya tapi dia tidak tau perasaan itu apa.

"Starla, Lo kenapa sih?" Tanya Aurel yang melihat Starla sedari tadi terus saja menatap Cakra.

"Aneh."

"Aneh kenapa?"

"Aneh Rel."

"Iya aneh kenapa Starla."

"Gue kenapa Rel?"

"Ya mana gue tau Lo kenapa, lo-nya aja gak ngomong!" Sewot Aurel.

Ho'oh Starla gimana sih?

"Kenapa gue merasa gak suka kalo Cakra menggendong Aileen." Lirihnya dengan pandangan kosong ke depan.

"Anjir gue pikir Lo kenapa ternyata cuma masalah itu doang." Sahut Aurel.

"Ini bukan sekedar cuma Rel. Dada gue rasanya sesak, apa jangan-jangan gue punya penyakit asma lagi." Ucap Starla.

"Astaghfirullah... Amit-amit dah Star."

"Ya terus gue kenapa?!"

"Gue yakin nih...."

"Apa?"

"Lo cemburu." Ucap Aurel sambil tersenyum.

"Gue cemburu, gak mungkin lah. Aneh-aneh aja Lo."

"Percaya sama gue kalo Lo itu pasti udah ada rasa sama Cakra. Buktinya sekarang Lo gak suka kan liat Cakra gendong Aileen."

"Jadi maksud Lo gue suka sama dia?" Aurel hanya mengangguk sambil tersenyum menggoda.

"Gak. Gak mungkin gue suka sama dia. Coba Lo pikir deh hampir setiap hari gue berantem sama dia dan yang pastinya gue benci sama dia." Ucap Starla sambil tersenyum miring.

"Awalnya memang benci tapi sekarang berubah menjadi cinta gitu maksud Lo."

"Nggak Rel. Benci ya tetap benci gak bisa berubah."

"Halah. Tinggal bilang cemburu apa susahnya." Cibir Aurel lalu meninggalkan Starla yang masih mencerna ucapan Aurel.

"Masa iya sih gue cemburu."






































TBC

Gimana sama part ini suka gak? Kalo kalian suka jangan lupa vote and coment yaaaa🤗

Makasih❤️

Lanjut?

STARLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang