1. Si kecil Zaira

11.3K 1.4K 432
                                    

Istighfar dulu ayok, astagfirullah ideku lari lari bingung banget 🙂
Sholawat jangan lupa, jangan lupa comment biar aku semangat lanjutin FG🥰

1

2

3

Cekidot..

•••

Pagi hari yang cerah, Firhan dan Aisyah sedang pergi ke rumah Kyai Ibrahim karena ada sesuatu urusan yang membuat Bagas akhirnya menjadi obat nyamuk di rumah Abangnya, Zaid.

"Bisa gak peluk-peluk nanti bae? Gabisa? Atau gimana? Tidak berperikejombloan banget!" ujar Bagas kesal.

Bagas Dwita Ibrahim, umur enam belas tahun kelas tiga smp yang artinya tahun depan ia akan di depak ke Pondok Pesantren seperti Zaid dan Legi dulu.

Ganteng rupawan serta cerdas membuatnya menjadi idaman para siswi di sekolahnya bahkan di sekolah lain, Bagas tipe cowok yang santai tetapi prinsipnya satu bercanda boleh baper jangan. Kan berabe kalau satu sekolah baper sama Bagas, Bagas kan hanya satu-satunya limited edition.

"Biarin, iri? Bilang bos! Hahay! Palpale pal pale pale pale!" ujar Zaid dengan lidah yang melet-melet mengejek adiknya.

"Kak, Bagas pergi dulu ya. Itu siluman di kasih makan, nanti kalau gak di kasih makan bahaya bisa mengambang nanti. Cukup tai yang lembek, otak Abang jangan! ASSALAMU'ALAIKUM!!" pekik Bagas di akhir katanya dan setelah itu ia segera mencium punggung tangan Shira, dan Zaid. Sebelum Zaid loading , Bagas segera membawa motor dengan laju meninggalkan rumah.

"Apa? Tai? BAGAS KAMU BILANG ABANG MIRIP TAI???" pekik Zaid yang baru saja ngeh dengan perkataan adiknya.

Zaira kecil yang selalu mendengarkan perkataan buruk Zaid tertawa riang, " Papa tai?" tanyanya.

Saat itulah Zaid ingin menangis saja rasanya, mengapa anaknya ini kalau soal yang jelek-jelek cepat sekali menangkap sedangkan yang baik-baik , juga sih kan ada Shira. Kalau gak ada niscaya Zaira akan menjadi gadis bar-bar.

"Nak jangan nak, jangan ngikut jejak setan ya nak. Please jangan, Papa ganteng mohon jadi anak baik-baik!" ujar Zaid pelan sambil menggendong Zaira yang tertawa karena ia pikir Zaid mengatakan lelucon.

"Setan?" tanyanya lagi. Oke, kubur Zaid hidup-hidup sekarang. Lisannya tidak cocok berada di dekat anaknya.

"Papa," ajar Zaid pada Zaira.

"Papa," ujar Zaira dengan suara lucunya.

Shira tertawa pelan melihat suaminya itu, semenjak Zaira sudah bisa ngomong  Zaid selalu mengajak anaknya itu berbicara bahkan mengajarkan Zaira untuk mengaji.

"Lucu," ucap Zaid senang. Zaira tersenyum sambil mengikuti perkataan Zaid, " Acuu!"

Wajah Zaid yang semulanya bahagia langsung datar, lucu Zaira bukan Acu.

"Lucu, Papa lusyu!" ujar Zaid lagi. Bermain bersama Zaira adalah melatih kesabaran yang paling paten.

"Papa asyu,"

"YANGG! AKU PERGI KERJAA!" pekik Zaid tiba-tiba membuat Zaira kaget dan spontan menggeplak wajah Zaid sembari menangis kencang.

Plak!

"MAMAAAAAA!!!" pekik Zaira yang menangis.

Zaira menggeplak tepat di tulang hidup Zaid, Zaid sekarang merasa kalau tulang hidungnya mulai bergeser sedikit.

"Iya nak iyaa," jawab Shira yang kewalahan menghampiri Zaira karena tadi Shira sedang mencuci baju.

Zaid memandang istrinya, "Ayang!! Tangkap!" ucap Zaid dan seolah melambung anaknya. Shira yang spontan pon langsung cepat menangkap Zaira yang masih di gendongan Zaid.

Family Gaje III - Ending [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang