Istighfar dan sholawat jangan lupa ya sebelum baca. Btw kalau ada yang cringe ya mohon di maklumi soalnya selera humor kita beda-bedakan?
1
2
3
Cekidot..
•••
"Gue puyeng,"
Zaid dan keempat sahabat seperjalanan hidupnya kini makan siang bersama. Meski Satria tadi sempat marah dan berniat tidak ingin bertegur sapa dengan mereka, namun tidak jadi. Niat itu tiba-tiba saja hilang saat ia berbicara berdua bersama Zaid.
Flasback
"Oh ngambek? Ngambek lo sama gue? Sama yang lain juga?"
"Yaiyalah! Coba deh lo aja yang digituin! My heart is potek terbelah-belah tau? Tau gak?" Satria membalas perkataan Zaid dengan amarah yang menggebu.
Zaid mengangguk paham, baiklah jika Satria sudah tidak ingin memaafkan mereka.
"Oke, berarti yang lo gajinya gak na–!"
Satria tiba-tiba saja langsung memegang kerah jas Zaid. Membuat langkah Zaid yang berniat pergi terhenti.
"Gak gitu Bos, Pak Bos ah bercandanya gak lucu bawa-bawa gaji. Yaudah gue ikut makan dah,"
Satria langsung pergi ke meja di mana Wawan, Kemal dan Legi duduk. Satria berjalan mendahului Zaid. Zaid hanya terkekeh pelan.
"Oh ayolah, gak ada yang bisa nolak dengan kenaikan gaji."
Flasback off
"Lo udah gak ngisi ceramah lagi?" tanya Kemal pada Zaid mencoba memecah keheningan yang ada.
Zaid berpikir sebentar, hingga ia teringat akan sesuatu hal.
"Untung lo ingetin, malam ini gue ada ngisi jadwal ceramah di deket rumah. Ya Allah untung lo nanya, ada gunanya emang BangKe!" ucap Zaid bersyukur.
Kemal mengangguk, " Ya lo bisa bilang makasih sama gue, tapi gegera lo manggil BangKe jadi jatohnya gue kesel lagi sama lo."
Wawan menikmati makan siangnya kali ini, begitupun dengan Legi. Sedangkan Satria masih gunda gulana mengapa bisa-bisanya ia ditolak padahal ia sudah berbicara pada malam itu dengan ayah gadis yang berniat di jodohkan dengannya.
Atau apa memang benar wajahnya mirip maling? Maling apaan? Maling cinta?
Zaid mencomot mulut Satria yang sedari tadi manyun. " Jangan gitu, cewek banyak kok. Contohnya si micin. Lo kan suka berantem sama si micin!"
Satria memandang Zaid lalu menghela nafasnya pelan, " Gak mau lah gue sama Sasa, udahlah dia pindah rumah jadi sebelahan sama Mak gue. Bisa gila gue!" sanggah Satria.
Ia tidak tahan dengan cobaan ini. Ingin mati tapi belum siap celap-celup siksa kubur. Ingin gila tapi kan dirinya terlalu ganteng untuk ketawa sendiri.
Percakapan mereka kali ini sangatlah singkat, hingga tak terasa jam makan siang pun usai. Mereka berlima kembali masuk ke dalam kantor dan melakukan pekerjaan masing-masing.
Begitupun dengan Zaid, ia juga harus memikirkan tema ceramahnya malam ini. Duduk di kursi kebanggaan miliknya seraya berpikir.
Poligami?
Teringat kata itu, ia jadi ingat dengan kisah lama. Cyra? Bagaimana keadaan gadis itu? Apa ia baik-baik saja?
"Astagfirullah! Gue gak mau miskin lagi, gak gak! Anak udah gede, gak boleh mikirin yang lain!" ucap Zaid tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Gaje III - Ending [ End ]
HumorZaira sudah mulai besar dan tumbuh menjadi gadis lucu yang cantik, tapi sayang sekali ia dikerumuni dengan tiga pria tak berotak. "Mau dong di sapa Zaira, saya lagi hamil nih!" "ZAIROT! SINI ZAIROT!" pekik Bagas Zaira yang berumur 3 tahun pun berja...