Istighfar terus sholawat ya jangan lupa 🥰
1
2
3
Cekidot...
•••
Setelah cekcok minggu kemarin, selepas minggu selanjutnya mereka memutuskan untuk pergi ke kampung, seraya meninjau pondok pesantren. Ya, hari dimana mereka akan berangkat adalah hari ini.
"Ngapain ke kampung sih? Katanya mau liburan?" tanya Bagas heran.
Firhan mencomot mulut anaknya, " Diem Gas, kan kita mau meninjau lokasi tempat pengurungan kamu selama tiga tahun. Kali aja ada yang kurang gitu, takutnya Kakekmu malah manjain kamu sedangkan ayah dulu menderita!" jelasnya.
Bagas terdiam, mengapa ayahnya berbeda dengan ayah orang lain?
Kalau lelang orang tua dihalalkan, ayah uda–
"Apa? Mandang kek gitu pasti mikir mau lelang ayahkan? Kamu lelang ayah, rame yang ngantri mau jadi anak ayah!"
Antara kaget dan kagum, seketika Bagas berpikir ayahnya mempunyai ilmu ngadi-ngadi. Iya, karna tebakannya meski negatif tapi benar.
Zaid sudah menyiapkan mobil serta bawaan mereka, mereka akan disana kurang lebih selama seminggu sehingga bawaan yang dibawa lumayan banyak.
"Ayo berangkat! Ayo, udah gak sabar melihat Bagas dikurung disana. Disana gak pake celana ya Gas," ucap Zaid bersemangat.
Bagas melongo, lah? Kalau gak pake celana bisa-bisa nanti senjata tegak berdiri waktu paginya terlihat orang dong?
"Lah, tap–!"
"Pasti negatifkan pikirannya, emang si Gas elpiji otaknya sudah resmi tergadai. Pake sarung disana,"
Bagas menatap Zaid sinis. Dari tadi omongannya terpotong pikirnya. Tidak secara langsung, di dalam hati pun omongannya terpotong.
"Jangan-jangan Bagas sebenarnya bukan anak Ayah tapi Bagas diguna-guna sama Ayah nih pasti biar Bagas mau jadi anak Ayah!" ujarnya kesal dan menatap Firhan serta Zaid dengan ekspresi datar.
"Kalau Ayah guna-guna kamu, emang kamu ada gunanya?"
"Astagfirullah! Kok baru sadar kalau Ayah itu..."
Hening seketika, Bagas menunggu Zaid yang masih menggantung perkataannya. Aisyah, Shira serta Zaira sudah masuk ke dalam mobil.
"BENAR!"
"AISHH! UDAH KUDUGONG, DAHLAH MAU PINDAH KK AJA!" teriak Bagas frustasi.
Firhan langsung masuk ke dalam mobil, cukup sudah ia tak kuat beradu argumen bersama dua otan itu.
"Emang ada yang mau nerima lo masuk?" tanya Zaid remeh.
"Ada lah, masuknya pake salam biar sopan."
Zaid menepuk jidatnya pelan, sepertinya jika Bagas dijual bisa membuatnya mendapatkan pundi-pundi uang.
"Siapa yang mau nerima meski masuknya pake salam?"
Bagas berpikir sebentar, " Raffi Ahmad nerima, karena dia suka anak yang sopan contohnya gue!" jawab Bagas percaya diri.
Zaid mengangguk paham, sekarang ia tau dari mana asal otak Bagas yang semakin besar semakin tidak waras. Turun temurun dari dirinya.
Baru saja Bagas hendak masuk ke dalam mobil, Zaid memanggil adiknya itu membuat Bagas menoleh.
"Mau jadi anak Papi Raffi, coba sekarang test dulu. Anggep aja kalau Abang ni Papi Raffi," suruh Zaid pada Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Gaje III - Ending [ End ]
HumorZaira sudah mulai besar dan tumbuh menjadi gadis lucu yang cantik, tapi sayang sekali ia dikerumuni dengan tiga pria tak berotak. "Mau dong di sapa Zaira, saya lagi hamil nih!" "ZAIROT! SINI ZAIROT!" pekik Bagas Zaira yang berumur 3 tahun pun berja...