Purbalingga, Jawa Tengah.
Hampir 2 tahun Meylina menjalin hubungan dengan seorang dokter muda, dia begitu baik padanya setiap hari saat Meylina berangkat sekolah selalu dia yang mengantarkan.
Dia begitu tampan dan menawan sehingga banyak perempuan tertarik padanya, tetapi dari sekian banyak wanita cantik dia malah memilih Meylina yang hanya seorang gadis SMA.
Meylina Fransisca atau yang sering disapa Mei, gadis 18 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya disalah satu SMA di Jawa Tengah.
Ia akan dikenalkan oleh kekasihnya pada keluarganya. Dan, dia sedang memberanikan diri bertemu calon mertuanya.
"Bismillah, semoga mamahnya mas Dodi bisa menerimaku." Ujarnya dalam hati.
Kakinya melangkah dan tangannya digandeng sang dokter.
Ini kali pertama ia dikenalkan dengan mamahnya sang pacar yang hampir 2 tahun menjalin hubungan secara diam diam tanpa diketahui keluarga sang dokter.
Langkah kakinya terhenti didepan pintu rumah.
Saat membuka pintu seorang wanita paruh baya sedang duduk menikmati secangkir teh dimalam hari.
"Assalamualaikum." Ucap Dodi.
"Wa'alaikumussalam." balas Ani.
"Mah aku bawain calon mantu ini." jelasnya pada sang mama.
Mamah mas Dodi menatapku dari atas hingga bawah dan tersenyum sinis.
"Oh kamu meylina seorang yatim piatu anak orang miskin komplek sebelah." ujar Ani.
Raut mukanya tak bersahabat seolah olah aku ini tak diterima sebagai pacar anaknya.
Mengetahui respon sang mama Dodi tak terima mamahnya menghina kekasihnya.
"Mamah jangan bicara seperti itu." bentak Dodi.
"Kamu tahu kan Dodi. Keluarga kita adalah keluarga terhormat. Apa kata teman teman mamah punya menantu yang hanya lulusan SMA anak yatim piatu yang tidak sederajat dengan keluarga kita?" ujar Ani.
"Mah tolong jangan mempermasalahkan derajat kita dengan hubungan aku. Aku mohon sama mamah, stop memandang seseorang dari derajat keluarganya."
"Cukup Dodi mamah ngga setuju kamu menjalin hubungan dengan dia. Diluar sana banyak wanita yang lebih cantik dan sederajat yang lebih pantas menjadi pendampingmu!" kata Ani lantas pergi meninggalkan ruang tamu.
Aku menunduk diam menangis tersedu-sedu, sakit hati mendengar hinaan mamahnya mas Dodi yang aku kira bisa menerimaku justru memandangku rendah tak sederajat. Begitu tega nya seorang wanita menjatuhkan harga diri wanita lainnya, tidaklah berpikir hancur hati nya jika anak perempuan nya yang ada di posisiku?
"Tidak apa sekarang aku direndahkan, tapi suatu saat akan kubuktikan kalo aku akan mendapatkan seorang TNI yang mau menerimaku apa adanya tanpa ada 'tapi'." Batinku.
Dengan air mata yang terus mengalir deras Meylina berlari keluar rumah meninggalkan Dodi. Tak menghiraukan teriakan Dodi memanggil namanya.
Setelah sampai dirumah peninggalan orang tuanya. Meylina masuk ke kamar menangis sejadi jadinya. Sampai kakaknya terkejut melihat adiknya menangis.
"Dek kamu kenapa nangis?siapa yang berani beraninya buat adek mbak ini nangis?" Zoya kakak meylina menyambutnya dengan pelukan hangat.
Aku terus menangis dipundak mbak Zoya sampai mataku sembab. Sakit sekali rasa nya direndahkan, dicaci maki. Bagaimana tega seorang ibu berkata seperti itu. Aku terima jika dia tidak mau menerimaku, tetapi tidak harus merendahkan bukan?apa dengan dia merendahkan ku seperti itu bisa membuat nya tinggi derajat?semuanya sama dimata Allah Azza Wa'Jalla yang membedakan hanyalah ketakwaan.
"Menangislah dek selagi bisa mengurangi rasa sedihmu. Tapi setelah ini kamu cerita sama mbak." jelas mbak zoya.
"Mbak hikss."
"Ngga apa apa kalo kamu masih belum bisa cerita dek. Tapi mbak tunggu kamu siap buat ceritain semua."
"Jadi gini mbak hikss."
"Kenapa dek?cerita sama mbak barangkali dengan kamu cerita bisa mengurangi beban masalahmu." digenggamnya tangan adek semata wayangnya.
"Mbak tadi aku dikenalin sama mas Dodi ke mamahnya tapi mamah mas Dodi ngga suka sama aku karena aku hanya lulusan SMA yang ngga sederajat dengan keluarga mas Dodi. Mamah mas Dodi ngga kasih restu sama aku mbak hikss." ujar meylina.
"Yang sabar ya dek. Jangan risaukan jika kamu sama Dodi berjodoh pasti Allah satukan. Walaupun mamahnya Dodi ngga kasih restu namanya jodoh pasti kembali."
"Iya mbak."
"Yang penting kamu perbaiki dulu pribadimu. Kalo kamu mau mendapatkan jodoh yang idaman ya harus jadi idaman dulu. Jodoh adalah cerminan diri."
"Siap mbak."
"Udah ngga usah dipikirin, sekarang kamu tidur ya udah malem besok kesiangan shalat tahajud nya." Zoya mengusap kepala adeknya lantas berlalu.
"Iya aku tidur mbak."
"Hem."
Perlahan aku terlelap. Masuk kedalam mimpi. Menghilangkan penat dikepala walau hanya semalam.
💂💂💂💂💂💂💂
Makasih buat kalian yang udah baca cerita ini.
Maaf jika alurnya masih berantakan dan kurang menarik
KAMU SEDANG MEMBACA
My Danru Paspampres
Romance^^My First Story^^ Takdir yang membawaku padanya, bagaikan ikan di air dan sayur di gunung. Walaupun ikan yang jauh dilaut dipertemukan dengan sayur didarat dalam satu piring. Ibaratkan jodoh walau terbentang jarak berkilo kilo meter jika memang jod...