25. KELAHIRAN BUAH HATI

770 38 1
                                    

"Tapi perkiraan dokter kan masih seminggu lagi. Tapi kita kerumah sakit sekarang, tunggu mas ambil perlengkapan dulu. Sebentar ya adik yang sabar." ujar Jamari berlari kecil.

"Aduhhh mass."

Jamari menggendong Meylina ala brydal style setelah mengambil perlengkapan menuju ke rumah sakit RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat).

"Hikss.. Sakit mass.. Hiks.." eluh Meylina sambil menangis.

"Istighfar ya dik yang sabar." ujar Jamari sambil mendorong troli bersama beberapa suster dan perawat.

Setelah sampai di ruangan bersalin jamari segera menghubungi ayah dan bundanya untuk mengabari istrinya akan melahirkan.

"Mas." panggil Meylina yang baru saja dipasang infus oleh perawat.

Jamari langsung menoleh setelah selesai mengabari orang tuanya.

"Iya dik. Kenapa?mau minum?" tanya Jamari sambil mengelap keringat di dahi Meylina.

"ih mas aku ini mau melahirkan, kok minum sih!sakit tau mas." Meylina sedikit mengeraskan suaranya.

Astaga, sabar Jamari.

"Iya-iya dik. Maaf ya. Kalo bisa mas pengin pindahin rasa sakit yang adik rasakan untuk mas saja."

"ih gombal!akh.. Sakit mas." Meylina mencengkram tangan Jamari kala sakit menjalari perutnya.

"Adik yang sa- ." ucapan Jamari terpotong saat dokter masuk keruangan.

"Permisi pak, bu. Saya periksa dulu ya." ucap sang dokter.

"Iya dok." Jawab Jamari.

"Baru bukaan ke tiga bu, pak. Di tunggu sampai bukaan sempurna ya baru ibu Meylina siap untuk melahirkan." ucap dokter setelah memeriksa.

"Dok tapi istri saya sangat kesakitan? Saya tidak tega melihatnya." tanya Jamari.

Dokter tersenyum. "Wajar pak, ibu Meylina mengalami kontraksi. Saya sarankan ibu Meylina tidur dulu supaya nanti saat melahirkan lebih fresh. Kalo begitu saya permisi bu, pak."

"Iya dok." jawab Jamari.

Jamari menatap istrinya tidak tega yang terus merasa kesakitan.

"Tidur dulu dik supaya lebih fresh saat melahirkan juga mengurangi rasa sakit." ucap Jamari.

"Iya mas aku tidur ya." ucapnya pelan berangsur tidur.

Setelah beberapa menit tertidur, Meylina kembali bangun. Ternyata kontraksinya terasa kembali, hanya saat tidur saja sedikit lebih baik.

"Eh dik udah bangun?" tanya Jamari yang meringis kala tangannya terkena cakaran kuku tumpul istrinya yang menahan sakit kontraksi.

Jam terus berdetak hari mulai pagi tepat pada pukul satu pagi. Meylina masih terus kontraksi. Sakit diperutnya semakin lama semakin menjadi.

"Gimana keadaan kamu nak?" tanya bunda yang lima belas menit yang lalu sampai dirumah sakit. Tapi tidak dengan ayah karena masih tugas dikantor.

Ingatkan author yang belum menjelaskan, ayah Jamari adalah seorang Perwira tinggi yang bertugas di Batalyon Yonif 400/BR (Banteng Raider) Semarang dekat dengan Kodam IV Diponegoro, ya ayah Jamari adalah prajurit infanteri. Letjend inf. Wijaya Prawira S.Tr. Han. MM.

"Sakit bun.. aww akhh." ringis Meylina yang langsung memegang perutnya.

"Nak sudah mengabari kakak iparmu belum?" tanya bunda.

"Belum bun, dari tadi Meylina tidak mau ditinggal." ucap Jamari yang terus mengusap perut Meylina.

"Kabari sekarang, biar istrimu sama bunda."

My Danru PaspampresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang